Esok harinya mereka berniat melanjutkan perjalanan. Namun Arion terus memandangnya. Kedua pria yang bersamanya terus menatap tajam pemuda itu. "Ayo?! Kita pergi dari sini?" Cetus Obito dingin.
"Kami bertiga mengucapkan terimakasih karena sudah mengizinkan berteduh." Ujar Hinata sopan dengan diakhiri senyum kecil.
Arion menukik alis lembut. "Kalian akan pergi secepat itu?" Ujarnya. "Aku akan sendirian lagi." Lanjutnya dengan menghela nafas kecil.
"Iya, maafkan kami. Kami tidak bisa berlama-lama karena kami ada urusan yang sangat penting." Jawab Hinata dengan sabar.
Arion mengangguk paham. Dia mengangkat tangan putihnya, dengan tiba-tiba namun lembut ribuan cahaya gliter emas menyatu di atas telapak tanganya. Hinata menatap takjub saat kerlipan itu melewati dirinya. Hingga kerlipan itu membentuk sebuah wadah botol kecil emas. " Ini untukmu..." Dia mengulurkan botol itu pada Hinata.
"Eh, apa ini?"
"Ini serbuk, bisa kau gunakan untuk menyembuhkan luka dengan cepat sudah ku campur dengan spiritualku." Jawabnya dengan suara yang mengalun tenang. Segera Hinata menerimanya.
"Terimakasih Arion!" Serunya senang Hinata tersenyum memandang botol di tanganya. Mereka bertiga berjalan menjauh pungggung mereka semakin mengecil. Arion memandang dengan senyum manis.
"Hinata... "
.
Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, dengan kali ini melewati rumput liar yang tumbuh tinggi membuat tubuh kecilnya tidak terlihat. Namun mereka berdua dengan sigap menyingkirkan rumput liar dengan menggunakan kuku tajamnya. "Alam liar sangat berbeda dengan alam yang kita tinggali." Celetuk Hinata.
"Benar, kau ingat saat kita menjalan misi mencari batu di tiga tempat, itu juga alam liar kan?" Balas Obito tenang. Hinata mengangguk sebagai jawaban.
"Tapi menurutku itu sedikit berbeda, disini kita terasa bebas dan menemukan mahluk lain yang belum kuketahui." Ujarnya dengan pandangan wajah heran terlihat dari kerutan halus di dahinya.
"Itu karena kalian masih di kawasan monsuta, bukankah mereka yang mengatur tempat? Jika ini kita ada di alam bebas yang mana mahluk lain akan kita temukan." Celetuk Deidara yang sedari tadi yang hanya mendengarkan.
Hinata tersenyum pada pemuda itu, Deidara dan Obito ternyata mereka sudah tumbuh semakin tinggi dan tubuh mereka semakin bagus. Ah senangnya bersuami dua innernya dalam hati.
"Kau benar, aku sampai terkejut bertemu dengan mereka yang belum pernah kulihat." Ujarnya.
Sruk! Sruk!
Suara aneh dari arah lain membuat mereka menghentikan langkahnya.
Kraakk!!
Mengadah menatap langit. Mereka terkejut karena ada elang yang terbang memutari mereka. "Ouh astaga! Apa kawanan mereka mencari kita!" Seru Hinata dengan raut cemas.
"Tenanglah kita berjalan melewati rumput agar tubuh kita tertutup." Celetuk Obito. Mereka melanjutkan dengan berjalan cepat. Hinata cukup susah menyaingi langkah keduanya, dengan sigap Deidara menggendongnya. Obito yang di depan menyingkirkan rumput itu.
Ini cukup mendebarkan bagi Hinata karena takut jika keduanya terluka karena melindungi dirinya.
Kraakk!!
Dengan tiba-tiba elang itu sudah berdiri di depan mereka dengan wajah cukup mengerikan. Dengan tatapan tajamnya elang itu menatap nyalang dia dengan secara aneh lehernya bergerak, tubuhnya bergerak dengan perubahan yang cukup aneh karena dia secara perlahan membentuk manusia.
"Ah, merepotkan sekali..." Suaranya berat dan sedikit kasar. Senyum evil terlihat disana dia menatap Hinata dengan pandangan tajam. "Kalian melukai adikku ... Hmm ini cukup merepotkan karena mengganggu waktu tidurku." Lanjutnya lagi.
"Kami tidak melukai, dia yang secara tiba-tiba mengganggu kami." Ujar Obito tajam.
"Kau pikir aku peduli ... " Dia barlari menyerang Obito yang sudah siap sigap dengan cakarnya yang tajam. Pertarungan itu cukup sengit kerena mereka seimbang dan sama-sama kuat.
"Apa kau ingin membantu Obito Dei..." Ucapnya dengan suara pelan. Dia masih menggendong sang empu.
"Tidak. Aku yakin dia bisa, kau tau Obito seperti apa kan?"
Mata merah itu terlihat Obito dengan cepat mengikuti setiap gerakan elang itu yang sangat cepat memutarinya. "Sialan, ini menguras waktu." Umpatnya dengan keluhan yang dingin.
Cakar di kukunya kembali ia keluarkan dengan menggunakan matanya dia akan tahu setiap gerakanya.
Craass!!
Dia sangat cepat hingga mengenai perut pemuda elang itu. Pemuda itu terjatuh kebelakang. Namun dia terlihat terkekeh. " Cukup kuat untuk monster sepertimu." Ejeknya dengan seringai.
"Benar. Aku memang kuat." Dia berdecih dengan ucapan Obito.
"Ayo kita pergi sekarang! Dia hanya menghambat perjalanan kita." Deidara dengan cepat melesat mengikuti Obito. Namun Hinata menatap di balik pundak Deidara, elang itu terlihat kesakitan.
"Obito kau menggunakan racun?!" Seru Hinata cepat.
"Benar." Jawabnya singkat. Dia melirik Hinata sekilas yang terlihat kasihan. "Jangan kasihan itu merepotkan!" Ketusnya.
Hinata yang mendengar hanya terdiam. Dia melirik Deidara yang juga memandangnya. Namun senyum manis pemuda itu layangkan pada Hinata. Benar, berawal dari kasihan dia membuat terikat dengan Deidara.
Apa dia baik-baik saja...
Hinata menatap elang itu dengan tatapan yang sulit di artikan namun elang itu ternyata menatapnya sedari tadi. Hinata mengambil serbuk yang diberikan Arion, secara diam-diam. Dengan pelan dia mengalungkan lenganya di leher Deidara, melempar benda itu dengan cukup kuat.
Elang itu mengernyit saat sebuah benda kerlip terlihat dari cukup jauh. Dia dengan susah payah berjalan menuju benda itu mengambil benda itu dia terduduk di tanah menatap benda itu. " Serbuk elf ... " Bisiknya. Dia juga tidak menyangka jika monsuta itu kuat bahkan racunya dalam hitungan detik langsung menyerap.
Hinata masih mengalungkan lenganya di leher pemuda itu yang menatap lurus. Dia menghela nafas sehingga mengenai leher putih Deidara. "Kau dari tadi terus menghela nafas, hal itu membuatku geli Hinata." Ujarnya dengan polos. Hinata tertawa kecil mendengarnya.
"Kita istirahat dulu disini , sepertinya besok kita akan sampai disana." Celetuk Obito. Hinata turun dari gendongan Deidara dia duduk di samping Obito.
Malam telah tiba udara di hutan ini cukup dingin Hinata yang merasa dingin dia duduk di pangkuan memeluk Obito yang duduk dekat pohon. Lantas pemuda itu segera membalas pelukan Hinata.
Deidara yang sudah tidur lebih dulu di atas rumput hanya dapat memunggungi mereka. Dia tidak ingin melihat pemandangan itu membuatnya sesak saja.
Obito menyingkirkan anak rambut yang mengahalangi wajah sang empu dengan pelan dia mengelus pipinya. Bibirnya terukir senyum dia mengecup pipi chubby Hinata dengan lembut. Beralih pada dahinya, hidung kecil dan mancung. "Kau semakin cantik." Bisiknya di telinga sang empu.
Dia dengan berani mengecup bibir sang empu yang tertidur nyenyak, dengan lembut dia mendaratkan kecupan-kecupan lembut di bibir Hinata.
Mengulum bibir bawah Hinata, dia semakin rakus. Hinata yang terusik dia memukul dada Obito sehingga tautan itu terlepas. "Aku mengantuk!" Serunya. Dia kembali mencari kenyamanan di pangkuan itu.
Pemuda itu hanya menghela nafas sabar. Dia semakin mengeratkan pelukan menyalurkan hawa panas di tubuhnya untuk Hinata.
***
Note:
Seperti biasa aku akan gunakan beberapa karakter oc buatanku sendiri dan fiksi haluku jadi jan heran kalo gak kenal sama mereka karena karakter dari haluku xixixi
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Monster 2
FantasyPerjalanan Hinata dengan kedua suami monsuta Obito dan Deidara, untuk mencari tahu siapa monster liar yang membantai desa Rabenda. Perjalanan dunia luar, yang berbeda dari desa monsuta membuatnya banyak bertemu mahluk lain yang belum pernah ia temui...