9

2.3K 231 11
                                    

"Udahlah Al, biarin aja adek lo main sama temennya. Dia kan udah gede ini bisa jaga diri" ucap Dena yang sejak tadi memperhatikan Alga sibuk menghubungi adiknya.

"Bener kata Dena, adek lo udah gede biarin aja lagian perginya sama temennya ini. Yang udah lama kenal sama Raksa, orang tua lo juga kenal orangnya" imbuh Toni.

"Dia gak bisa di percaya" ucap Alga tanpa mengalihkan pertanyaan, dia tetap berusaha menghubungi adiknya walau pun adiknya sudah berkali-kali menolak telponnya.

"Lo yang gak percaya sama dia, adek gue aja yang baru SMP udah gue bebasin. Gue yakin dia bisa jaga diri, apa lagi adek lo yang udah SMA" ujar Dena.

"Adek gue sama adek lo itu beda, adek lo bebas ngelakuin apa aja sedangkan adek gue gak bisa" sungut Alga menatap tajam Dena.

"Bukan maksud gue mau bandingin adek gue sama adek lo. Maksud gue tuh dia udah gede, butuh kebebasan biarin aja, kalau lo terus ganggu dia yang ada Raksa marah" jelas Dena.

Bukan maksud dia ingin membandingkan adiknya dengan adik sahabatnya. Hanya saja menurutnya Alga terlalu berlebihan jika ingin mengetahui apa saja yang adiknya lalukan dan makanan apa saja yang Raksa makan.

"Lo gak ngerti apa-apa, mending lo diem" ucap Alga meletakkan ponselnya di atas meja dengan kasar, ketika nomernya di blokir oleh adiknya.

"Udah jangan ribut, Alga apa yang di bilang Dena itu bener. Gak ada salahnya kamu percaya sama adek kamu kali ini, aku yakin dia bisa jaga diri" lerai Zeea mengusap pundak Alga.

"Gue gak bisa tenang kalau dia sama orang lain dan dia jauh dari rumah. Gak ada yang ngawasin dia" balas Alga mengusap rambutnya sendiri.

"Udahlah Zeea, percuma ngomong sama dia. Dia bakalan diem kalu adeknya udah pulang udah duduk di depan dia" ucap Dena.

"Si Azka kemana coba, gak bisa di hubungi. Awas aja kalau dia pulang, gue hajar sampai mampus" kesal Alga kembali mengambil ponselnya.

"Al, coba aja lo telpon temennya Raksa, siapa namanya? lupa gue" usul Tino. Sebenarnya dia kasih melihat Alga yang seperti orang stres hanya karena adiknya tidak mau mengangkat telponnya.

"Lino" ucap Dena yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Alga.

"Ya Toni kan nanya, gak salah kan gue" ucap Dena mengalihkan perhatian ke arah lain.

"Nah itu dia, lo coba telpon dia aja. Lo tanya mereka ada di mana, kan lo bisa nyusul jemput adek lo" ujar Toni.

"Gak perlu nanya dia, gue juga udah tau mereka ada di mana sekarang" ketus Alga.

"Ya udah tinggal samperin aja, jemput adek lo apa susahnya?" ujar Dena. Yang tak mengerti jalan pikiran Alga, sudah tahu adiknya ada di mana ya tinggal datang samperin terus ajak pulang.

"Kalau dia mau udah gue jemput dari tadi, lo ngerti gak sih? kalau dia gak mau" sewot Alga lalu bangkit dari dudukku.

"Oh, adeknya gak mau di jemput. Ngomong dong dari tadi, mana tau gue kalau lo gak ngomong" gumam Dena.

"Al lo mau ke mana?" tanya Toni menghentikan langkah Alga.

"Dugem" jawab ngasal Alga lalu masuk ke dalam mobil.

"Mau dugem siang-siang gini mana ada jir" ucap Toni tersenyum tipis pada Zeea. "Sejak punya adek dia emang agak aneh, lo jangan heran ya"

Zeea menganggukkan kepalanya. "Dia sayang banget sama adeknya?" tanya Zeea menatap Dena.

"Iya, gitulah dia. Dulu pas adeknya pertama kali tinggal di rumah dia bencinya setengah mampus, makin ke sini jadi gak pisah sama adeknya" jelas Dena.

"Adeknya kan udah gede kenapa Alga harus tau apa aja yang adeknya lakuin? sampai makanan aja di tanya-tanya" penasaran Zeea. Kalau Alga sedang tidak marah-marah tadi, dia ingin bertanya langsung dengan Alga, sayangnya tadi suasana kurang pas.

"Adek dia sakit, udah berberapa kali operasi. Alga bilang gak bisa sembuh jadi biar adeknya tetap sehat, semuanya harus di jaga termasuk makanan dan aktivitas dia di luar"

"Sakit apa?"  tanya Zeea.

"Nah kalau soal itu gue gak tau, kita gak ada yang tau soal sakitnya Raksa. Alga gak mau ngasih tau, kalau adeknya sakit juga kita gak boleh jenguk"

Zeea menganggukkan kepalanya, mengerti dengan ucapan Dena. Tanpa di sadari sejak tadi ada yang merekam percakapan mereka yang membahas tentang adiknya Alga.

...............

"Raksa, Davin mainnya udahan. Ayo kita makan" panggil Lino dari ambang pintu rumahnya.

"Sejam lagi Bang, nanggung nih" ucap Raksa lalu melempar bola basket ke dalam ring. "Dikit lagi padahal masuk"

"Lo udah kalah, kita masuk dulu yuk lanjut lagi nanti" ajak Davin merangkul pundak sahabatnya.

"Lo dari tadi di telponin Abang lo gak di angkat, nanti lo di marahi sama dia" ucap Davin melepas rangkulannya setelah makan sampai di ruang makan.

"Tadi udah aku jawab, tapi Abang malah marah-marah nyuruh pulang jadi aku blokir nomornya, sementara sih" balas Raksa lalu duduk di kursi meja makan.

"Wah, makan-makan kita hari ini" antusiasnya melihat banyaknya makanan yang tersaji di atas meja.

"Khusus hari ini, kata Mama kamu boleh makan apa aja" ucap Lino mengusap rambut Raksa.

"Habis makan aku pulang Bang, gak jadi nginep" ujar Raksa menatap Lino yang duduk di seberangnya.

"Kenapa?" tanya Davin.

"Kalau gak pulang nanti Abang marah, tadi aja udah marah-marah. Kalau tiba-tiba di usir dari rumah gimana?" jawab Raksa.

Dia tidak mau Abang-nya tambah marah hanya karena dirinya yang menginap di rumah temannya, lagi pula ia juga bisa menginap kapan saja apa lagi nanti Davin akan sekolah di kota bersamanya.

"Nanti kita anterin kamu pulang" ujuar Davin menepuk pundak Raksa. "Sebentar lagi kita sekolah bareng, bisa main setiap hari"

"Gak usah tadi aku udah kasih tau Mama, kamu kan baru datang. Istirahat aja besok kan kita mau main di mall"

Davin menganggukkan kepalanya. "Ayo makan, jangan ngobrol terus" ujar Lino lalu mengambilkan makanan untuk adiknya dan juga untuk Raksa.

Selesai makan Raksa di jemput oleh Shakira, tak hanya Shakira yang datang menjemputnya Alga juga ikut menjemput.

"Pulang juga lo, kirain gak pulang lagi" ucap Alga pada adiknya yang baru saja masuk ke dalam mobil.

Raksa hanya diam tanpa membalas ucapan Alga, dia hanya tidak ingin ribut dengan Abang-nya hari ini.

"Gimana dek maninya hari ini?" tanya Shakira tersenyum lembut pada anak bungsunya yang duduk di kursi samping kemudi.

"Seru Ma, tadi Abang Lino juga traktir kita makan-makan" jawab Raksa menoleh ke arah Shakira yang tengah fokus menyetir.

"Manin sama dia lo jadi kurang ajar, pake acara blokir nomor gue" kesal Alga.

"Ya maaf, tapi kan tadi aku udah jawab telpon Abang-"

"Diem, gak usah ngejawab" ketus Alga menyandarkan tubuhnya di kursi mobil.

"Ma aku nanti mau main sama temen-temen aku, mau nginep di rumah Dena" ujar Alga. Dia sengaja mengatakan ingin menginap di rumah temannya.

"Yes! Malam ini boleh tidur di kamar Mama dong kalau Abang gak di rumah. Bisa main PS sama Papa sampai tengah malam" sahut Raksa menoleh ke belakang.

"Mau di anterin sekalian gak ke rumah Abang Dena nya?" tawarnya tersenyum manis pada Alga.

"Kenapa gak mau di anterin, ya udah biasa aja doang kan aku baik hati nawarin. Gak mau ya udah gak usah melotot gitu" ucap Raksa mencabikkan bibirnya lalu kembali menghadap ke depan.

"Besok aku mau main ke mall sama Davin sama Abang Lino. Boleh kan Ma?"

"Gak, besok di rumah gak usah kelayapan. Kalau berani keluar gak usah pulang sekalian" ucap Alga.

"Oke, bisa tinggal bareng Davin kalau gak pulang ke rumah Nenek" balas Raksa yang membuat Alga semakin kesal.

ALGA WIJAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang