Matahari menyembul perlahan dari balik awan tipis, menyinari kota besar yang mulai terjaga. Langit biru yang masih bersih belum tertutup noda polusi kendaraan, dihiasi kicauan burung yang riang menyambut hari baru. Hembusan angin lembut menggerakkan dedaunan, membawa aroma segar embun yang masih bertahan di rerumputan.
Seperti hari-hari biasanya, Mobil berjenis sedan, berwarna hitam mengkilat milik laki laki yang bernama Ivander Zagara, baru saja terparkir tepat di depan sebuah rumah sederhana dengan senyumnya yang hangat. Di dalam mobil, juga ada sang kekasih duduk di kursi penumpang, melirik jam tangannya dengan santai. Namun, perhatian Ivan hanya terfokus pada pintu rumah yang masih tertutup, dengan pemandangan perempuan paruh baya, yang tengah berkutik dengan beberapa tanaman yang ada di halaman rumah itu.
Selama bersahabat, Ivan memang selalu menjemput Alisha terlebih dahulu agar mereka berangkat kesekolah bersama, walaupun kini Ivan sudah memiliki kekasih, tidak membuat kebiasaan itu hilang sedikitpun.
Alisha dan Anna: kekasih Ivan, merupakan sahabat kecil, karena rumah mereka yang bersebelahan. Tetapi, saat menginjak sekolah menengah pertama, Anna harus ikut pindah bersama orang tuanya keluar kota. Anna, kembali lagi ke kota asal saat akan masuk SMA, dan kembali menempati rumah lama nya. Dan di saat itulah, Alisha mengenalkan Anna kepada Ivander Zagara.
Sedangkan, Alisha sendiri sudah bersahabat dengan ivander semenjak mereka duduk bangku 1 SMP. Rumah ivander tak jauh dari rumah alisha dan anna, hanya beda komplek saja. Komplek ivan berada di seberang komplek alisha dan anna.
Ivander membuka pintu mobil sedan miliknya. Menyipitkan sedikit matanya saat cahaya mata hari menyilaukan matanya "Selamat pagi mbok." ucap ivander setelah menutup pintu mobil dengan Anna yang juga ikut turun dari pintu lainnya.
Wanita paruh baya yang kerap di panggil si Mbok itu, menoleh dan tersenyum hangat menyambut sahabat dari anak majikan nya itu "Wah sudah sampai ya. Selamat pagi den ivan non anna." sapa Mbok Siti, sedikit menundukan kepalanya.
"Masuk dulu ya mbok." ucap Anna dan Ivan, setelah menyalami Mbo Siti.
Tidak heran lagi jika Anna dan Ivan langsung masuk kedalam rumah alisha. Karena sudah biasa untuk mereka berdua, terlebih lagi bagi ivan. Mereka juga sudah sangat dekat dengan orang tua Alisha, begitupun Alisha yang juga sudah dekat dengan orang tua Ivan dan Anna.
Ivan dan Anna jalan bersamaan memasuki rumah Alisha "Selamat pagi bunda." sapa ivan yang langsung menghampiri bunda Alisha, yang kerap dipanggil, Bunda Ami.
"Pagi bunda." sambung Anna, yang langsung menyalami Bunda Ami, begitupun Ivan
Bunda Ami yang baru saja selesai berkutat dengan rutinitas pagi, menyiapkan sarapan untuk penghuni rumah, menyambut hangat kedua anak muda yang menjadi sahabat anak nya ini "Nah ini dia, yang di tunggu-tunggu udah sampai, anak bunda yang dua ini." ucap Buunda Ami menerima salaman dari keduanya. "Duduk dulu, nak. Al, nya masih siap-siap." Bunda Ami mempersilahkan Ivan dan Anna untuk duduk di kursi meja makan, karena posisi mereka sedang berada di ruang makan.
Anna langsung duduk setelah Bunda Ami menawari, "Ivan ke antas sebentar, Bunda. Kamu disini dulu ya, An." Pinta ivan yang dijawab anggukan dan acungan jempol oleh Anna.
Hal berikutnya, yang sudah menjadi kebiasaan untuk Ivan dirumah Alisha, yaitu: kebebasan untuk Ivan, jika Ivan ingin mendatangi kamar Alisha. Dengan syarat, jika dirumah itu ada Bunda Ami atau Mbo siti.
Walaupun diberi kebebasan, bukan berarti Ivan bisa langsung masuk begitu saja. Ivan, harus mengetuk pintu terlebih dahulu, jika sipemilik kamar sudah mengizinkan untuk masuk, barulah Ivan bisa masuk kedalam kamar Alisha "Sha, Gue masuk yaa" teriak ivan di depan pintu kamar alisha. Tapi, kalimat itu tidak terdengar seperti permintaan izin, melainkan pemaksaan agar sipemilik kamar mengizinkan dirinya untuk masuk. Apapun aturannya, akan ivan patuhi, tapi dengan syarat suka-suka Ivan.
