Last one; Efemeral
"For the love we share together, I want to keep it until forever."....
Sosok itu, duduk disisi ranjang dengan kepala tertunduk menangkup wajahnya didalam dua telapak tangan menyembunyikan bagaimana raut lelah yang tak bisa ia sembunyikan pada khalayak ramai. Tak bisa berpura-pura tegar, ia memilih untuk mengurung diri didalam bilik kamar dengan miliaran juta kenangan. Semua berawal di sini, dan di sinilah semua itu harus diakhiri.
Sial! Sial! Sial!
Di saat semua keadaan dan hidup keluarga ini berjalan pada titik sangat baik-baik saja, tanpa pertanda sebuah ujian datang menerpa. Bukannya tak mau, bukannya tak boleh diguncang, akan tetapi memang boleh jika serangan datang sebesar ini sampai melumpuhkan bagi siapa saja yang mendengar. Hari itu hati mereka kompak terbelah, mengucurkan darah yang berceceran akibat robekan kala berita itu terdengar dan merambat dari mulut ke mulut yang lain. Tak tertolong. Tak bisa dicegah. Tak bisa ditarik kembali untuk tetap tinggal sebagaimana janjinya untuk membersamai juga untuk menyaksikan bagaimana setiap buah yang ia miliki berjalan meninggalkan hunian.
"Mbu," seruan kecil disertai dorongan pintu yang dia bukakan itu menyela. "Mbu!" semangatnya berlari kemudian mendekat menggapai dua lutut ibunya yang hening sendirian.
"Dedek ada di sini." ia mengulas senyum. "Naik ke atas sama siapa sayang?"
"Thatha Iin."
"Kak Iin-nya kemana? Kebawah lagi?"
"Iya, bawah lagi." Jungsoon menoleh mencuri pandang dibelakang punggung ibunya. Tak berubah posisi, selalu seperti itu sejak terakhir ia diizinkan melihat ke kamar. "Ayah macih bobo ya, mbu? Napa ayah bobo tuyus?"
"Ayah kan capek udah kerja banyak setiap hari, jadi ayah mau istirahat, mau bobo dulu sebentar nanti bangun lagi. Ajak princess main lagi ke lapang ya sayang."
"Ayah banunin mbu."
"Coba princess yang bangunkan. Siapa tahu ayah mau dengar kalau kamu yang bilang."
Jungsoon lalu diangkat ketiaknya, dibiarkan si kecil berjalan mendekati bagaimana lelaki itu kini damai dalam posisi tegak lurus telentang di atas ranjang dengan dua bola mata yang terpejam. Sangat damai, tidak terusik, oleh jeritan, tangisan, dan ledakan amarah anak-anak yang meminta dia untuk kembali bangun agar mereka semua bisa berinteraksi kembali seperti kemarin, seperti kemarinnya lagi dan seperti kemarin yang lain. Bukan membeku, membisu, serta aliran napas yang putus tak lagi berusaha ia raup dan hembus.
Sore itu, ayahnya Jungsoon ... resmi berpulang.
"Ayah banun 'yah. Janan bobo tuyus ayah." Jungsoon mengguncang bahu ayahnya sekuat tenaga dan bicara keras-keras didekat telinga. "Ayah banun! Ayah janan bobo! Ayaaaah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me Before Us; Under the Same Roof [TAEKOOK]✔️
Fanfiction"In the harmony of love, 'Me Before Us' is the sweet refrain where 'Me' finds it's melody in the embrace of 'Us.' Join the enchanting journey of togetherness." *** Nikah muda? Siapa takut! Awalnya Jungkook hanya anak bungsu dari keluarga kecil yang...