07

732 90 32
                                    

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Feel free to ask for the typo(s)
Happy reading!

Feel free to ask for the typo(s) Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


✧✧✧

Bunyi ketukan pada pintu kamar utama kediaman Wang mengudara, disusul suara kepala pelayan yang menerobos masuk. “Tuan Wang, makan malam sudah siap di bawah.” Teriak sopan wanita berumur itu.

Yibo sama sekali tidak mengeluarkan suara, tidak ingin membangunkan Lusi yang gusar dalam dekapannya. Mereka memutuskan istirahat beberapa waktu lalu, meninggalkan pekerjaan di ruang kerja dan mendaratkan diri di tempat tidur hingga terlelap tanpa sadar.

Keduanya saling mendekap. Dan senyum Yibo kembali terbit saat dia menyisiri surai hitam Lusi. Rambut wanitanya panjang dan lurus, Yibo tidak mengizinkannya untuk dipotong itu seperti mahkota Lusi.

Dalam dekapan hangat, semerbak aroma Lusi tercium oleh hidung Yibo. Dia selalu suka aroma tubuh Lusi yang didominasi oleh wangi vanila lembut. Itu berhasil menenangkannya, menghilangkan beban pikir Yibo yang terlalu lelah dengan pekerjaan. Tanpa melakukan apa-apa, wanitanya selalu mampu membuat Yibo merasakan semesta yang terus berbaik padanya.

Hal itu mampu menempati posisi tertinggi dalam diri Yibo hingga beberapa waktu lalu. Sebelum ada aroma vanila lain yang hinggap, dibarengi dengan wangi red berry juga bunga peony yang begitu samar. Jujur saja, Wang Yibo lebih menyukai aroma Xiao Zhan yang lebih kuat dibanding dengan milik tunangannya yang lembut.

Aroma itu membuatnya bernostalgia, merasakan euforia setelah pelepasannya dengan Xiao Zhan. Kala itu rasanya sungguh berbeda, bahkan Yibo belum pernah mendapatkan hal itu dengan orang lain. Membuatnya teringat, bahwa pesan Zhan tadi siang belum juga dibalas.

Dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara, Yibo beranjak, lekas membenarkan letak selimut Lusi yang sedikit tersingkap. Wanitanya mengeluh, menutupi wajah dengan selimut untuk mencari posisi yang nyaman. Melihatnya, Yibo terdiam. Baru kembali bergerak ketika napas Lusi mulai kembali teratur.

Piama satin merah maroon membalut tubuh Yibo. Dia memasukkan telapak ke saku ketika membuka pintu ruang kerja, menghela saat mendapati meja masih penuh oleh beberapa kertas dan tab. Terlebih dulu, Yibo merapikannya. Membersihkan meja hingga rapi, lantas membuka kunci ponsel dengan fingertip dan mengetikkan pesan balasan untuk Zhan.

Redamancy ✧ YiZhan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang