XXXI. THE TRUTH

50 7 0
                                    

Tidak pernah terbayangkan oleh Anna bahwa dirinya akan mendapatkan kesempatan bertemu spirit es, terlebih lagi rajanya spirit es. Pria yang memperkenalkan dirinya bernama Neve itu sekarang berdiri di hadapannya, menawarkan kontrak pada Anna yang baru saja mengalami kebangkitan. Satu lagi yang membuat perempuan itu makin syok, ia tak percaya yang mau melakukan kontrak dengannya adalah spirit paling kuat.

Anna hanya diam dengan senyum tipis terlukis di wajah. Diam-diam salah satu tangannya berusaha mencubit punggung tangannya yang lain. Jauh dalam lubuk hatinya ia masih tidak percaya akan mengalami kejadian ajaib ini. Rasa sakit yang berasal dari cubitannya, membuat Anna yakin ia tidak bermimpi.

Ini nyata rupanya, batin Anna.

"Ah, iya. Senang bertemu denganmu, Neve. Emm ... kalau aku boleh tahu, sejak kapan kau menungguku?" tanya Anna seraya tersenyum kikuk.

Neve juga tersenyum, jelas makin membuat jantung Anna berdegup kencang karena wajahnya jadi lebih tampan ketimbang berekspresi datar. "Sejak kebangkitan pertamamu. Namun, saat itu elemenmu tiba-tiba saja disegel dan aku tidak bisa menggapaimu. Ini adalah kali keduanya kita bertemu lagi setelah segel itu perlahan-lahan lepas darimu."

"Segel?" Anna terdiam. Tak lama setelahnya ia teringat tentang segel yang dibicarakan Seryl. Segel yang menyembunyikan ingatan masa kecilnya. "Ah, segel itu maksudmu. Aku rasa keberadaanku di dunia dongeng ini bikin segelnya lepas."

Neve mengangguk seraya tertawa pelan. "Kau menganggap Greina itu dunia dongeng, ya?"

"Memangnya kenapa? Dan ... hei, jangan mengejekku!" pekik Anna setelah mendengar Neve lagi-lagi tertawa.

"Maaf, Vyloria. Hanya saja ini pertama kalinya aku bertemu Elementalis yang menganggap Greina adalah dunia dongeng."

Anna menyipitkan mata, raut wajahnya berubah, dan kedua tangannya dilipat di atas perut. "Menurutmu aku aneh? Memangnya Elementalis seperti apa yang menjalin kontrak denganmu?"

"Aku tidak pernah menjalin kontrak dengan Elementalis mana pun. Hanya kau saja, Vyloria. Tapi, aku pernah bertemu dengan banyak Elementalis ketika mereka pertama kali berkunjung ke wilayahku untuk melakukan kontrak dengan spirit es."

Anna mengerjap ketika mendengar bahwa ini pertama kalinya Neve melakukan kontrak dengan Elementalis, terlebih lagi Elementalis itu adalah Anna yang memorinya disegel serta jadi buronan kekaisaran. Tiba-tiba saja muncul rasa bangga pada dirinya, sehingga ia nyaris saja ingin sombong pada orang-orang kenalannya.

Demi mengenyahkan rasa besar kepalanya, Anna lantas memutar otak untuk memikirkan pertanyaan lain. Setidaknya, butuh beberapa detik hingga sebuah pertanyaan muncul di benak.

"Apa kau yang menjadi saksi saat mereka membuat kontrak?" tanya Anna.

Neve menggeleng, tetapi senyum di wajahnya tidak hilang. "Tidak. Aku hanya melihat mereka datang dan bertemu spirit es. Aku hanya mengawasinya dari jauh."

Anna tertawa renyah, sebab mengira jika Neve telah menjadi saksi para Elementalis membuat kontrak dan mengetahui jika mereka tidak pernah berkata tentang dunia dongeng.

Tentu saja mereka tidak menganggap dunia ini dongeng. Mereka saja tinggal di dalamnya, batin Anna.

"Vyloria, sebelum kita melakukan kontrak, apa ada hal yang ingin kau tanyakan." Neve bergerak mendekati Anna. Salah satu tangannya mengambil sejumput rambut pirang perempuan itu yang tergerai.

Kini, wajah Anna memerah. Tidak pernah dalam hidupnya ia diperlakukan seperti itu oleh seorang pria, rasanya ia ingin mendorong Neve untuk agak menjauh. Namun, alih-alih mendorong sang raja, ia malah menarik kembali rambutnya sembari pura-pura batuk.

A Crown of SeasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang