Gak jadi ke UI

4 0 0
                                    

Kendari, 9 Mei 2021

Hari ini hari penutupan pendaftaran Universitas Indonesia. Tempat ribuan orang bermimpi untuk kuliah disana. Berbulan-bulan sebelumnya saya sudah persiapkan diri untuk ikut SIMAK UI nanti. Mulai dari berlangganan RuangGuru, ngajar Matematika padahal saya gak suka Matematika, dan menyimak contoh-contoh soal SBMPTN baik dari buku maupun dari Youtube. Saya gak bisa ikut SBMPTN karena memang kondisi waktu itu sedang di pengabdian, dan gak memungkinkan juga untuk ikut. Akhirnya saya fokuskan diri ke SIMAK UI.

Berbulan-bulan persiapan, tapi nampaknya bukan jalannya saya ke UI. Sudah tanggal 9 Mei tapi saya belum bisa daftar masuk. Ada masalah administrasi yang menghambat saya untuk menyelesaikan pendaftaran. Akhirnya saya alihkan pandangan ke target kedua, yaitu Universitas Airlangga dan Universitas Padjajaran. Dimana kualitas jurusan Hubungan Internasional-nya bagus. Secara umum juga termasuk universitas top di Indonesia.

Saya rencana kuliah walaupun dari dulu inginnya di Turki, tapi nampaknya orang tua lebih ingin saya kuliah di Indonesia. Tapi saya maunya kuliah di Indonesia, asalkan di Universitas top. Kalau tidak dapat, ya diluar negeri sekalian. Jadi urutannya secara prioritas seperti ini:

1. UI/Unair/Unpad

2. Turki

3. UIN

Jadi seandainya UI tidak dapat ya ke prioritas kedua, begitu juga seterusnya. Tinggal liat ke depannya saja. Pertimbangan saya batal jadi ke UI ya pastinya soal biaya. Ditambah lagi, jalan yang terbuka untuk saya waktu itu hanyalah tinggal jalur paralel. Gak ada jurusan HI nya, gak ada jurusan Psikologinya. Yang kira-kira cocok saya ambil hanyalah hukum dan manajemen. Biaya nya pun ada di kisaran 13 juta-an. Kalau misalkan diterima pun, saya pikirnya pasti berat bayarnya. Makanya UI saya ikhlaskan. Bagaimana dengan UGM? Teman saya ternyata sudah ada yang diterima di UGM, UPI, UNY. Satu orang! Dia sama alumni Gontor seperti saya juga, seangkatan juga. Tapi dia kayaknya sudah lirik peluang sejak lama. Akhirnya dia curi start duluan, sedangkan saya di tempat lain masih mencari-cari. Saya ikut senang karena ada sahabat saya yang lulus di universitas besar semacam UGM gitu.

Ya,begitulah. Saya terlalu lengah. Memang sedia payung sebelum hujan itu benar-benar real. Kayaknya saya ini buka payungnya pas udah mulai gerimis. Tapi biarlah, jalan itu luas. Kalau tidak dapat, ya berarti tinggal cari jalan yang lain. Kan tujuan akhir kita juga sukses, dan sukses itu tidak berhenti ketika kita diterima disuatu Universitas top. Itu hanya menunjang kita saja. Percuma saja kalau dapat, tapi cara kita menyikapinya gak bagus. Ya, gak jadi apa-apa juga. Ada banyak jalan menuju Roma. Dan Roma-ku adalah kesuksesanku. 

Notes from TurkiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang