- END -

2.9K 131 24
                                    

Harap-harap bijak dalam menanggapi cerita

Jangan lupakan follow + vote, buat support. Komennya ditunggu!🐱. Maaf author baru pulih dari bad rest.

***

Matahari pagi menyapa dengan sinarnya yang lembut melalui celah-celah tirai di kamar. Cahaya itu perlahan membangunkan Haekal yang sudah terjaga lebih dulu, namun tetap memeluk istri dan anaknya erat. Saat melihat Aya yang masih terlelap dengan wajah damai, hatinya terasa hangat. Sementara Haya meringkuk di antara mereka, memeluk erat mainan mobil barunya.

Haekal tersenyum kecil, menahan diri untuk tidak bergerak agar tidak membangunkan mereka. Namun, tak lama kemudian, kedua manik teduh itu terbuka perlahan. Melihat Haekal yang sudah terbangun, Aya terkejut sejenak, namun kemudian teringat dengan peristiwa semalam. Hatinya kembali berdebar kencang.

"Selamat pagi," bisik Haekal lembut, tanpa mengganggu tidur sang anak.

"Pagi," balas Aya, suaranya sedikit serak dan terbata karena baru bangun.

"Maaf, kalau aku ganggu tidurmu tadi malam," ucap Haekal sambil menatap dalam mata Aya.

Aya berdengung pelan. "Hngg."

Hening sejenak di antara mereka, hanya suara napas Haya yang terdengar. Namun, suasana itu terpecah ketika Haya mulai bergerak-gerak dan akhirnya terbangun. Matanya yang besar langsung mencari-cari sang ibunda.

"Buna!" seru Haya sambil merentangkan tangan, masih setengah mengantuk. Aya langsung memeluknya dan mencium keningnya.

"Morning, sayang..."

Haekal, yang berada di samping mereka, tersenyum dan mengusap kepala Haya.

"Selamat pagi, Haya."

Anak kecil itu mengerjap, menatap pria yang belum begitu dikenalnya.

"Siapa, Buna?" Aya menatap Haekal sejenak sebelum akhirnya menjawab.

"Ini Yayah, Haya. Yayah udah pulang."

Mata Haya membulat. "Yayah? Yayah pulang?"

"Iya, sayang. Yayah pulang."

Haya, yang tampak sedikit bingung namun senang, merangkak ke pangkuan Haekal dan memeluknya erat.

"I-ini yayah Haya?"

Haekal mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Haya kangen Yayah!"

Haekal merasakan hatinya tercubit mendengar hal itu. Dia memeluk Haya dengan penuh kasih sayang.

"Yayah juga kangen Haya."

Aya melihat pemandangan itu dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Momen kebahagiaan itu hampir membuatnya lupa tentang perasaan sakit yang pernah dia rasakan. Namun, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama.

Pagi itu, terdengar suara bel pintu rumah yang mengagetkan mereka bertiga. Aya, dengan sedikit cemas, melirik Haekal yang juga tampak khawatir.

"Aya akan liat siapa yang dateng," kata Aya sambil bangkit dari tempat tidur. Haekal mengangguk dan membiarkan Aya pergi. Saat Aya membuka pintu, dia terkejut melihat kedua orang tuanya berdiri di sana, tampak marah dan kecewa.

"Aya, apa ada orang yang datang?" tanya sang bunda dengan nada kebingungan.

Aya menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat.

6929 - Heejay (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang