Pacar Yang Tertunda

9 2 0
                                    

“Pacar yang tertunda”

Sesampainya di rumah, saya berpikir bagaimana bisa Alice mengirim pesan ke Adi seperti itu. Padahal, bilang ke saya saja saya akan menerimanya. Saya bisa juga menjemput Alice ke kelasnya, kenapa harus bilang ke Adi. Setelah itu saya berpikiran untuk mengobrol dengan Adi, saya khawatir Adi tidak mengantarkan Alice pulang karena Adi juga mempunyai pacar. Jadi kemungkinan tadi Adi meluangkan waktu bersama pacarnya.

Aditya: “Bagaimana tadi Alice?,” tanya saya
Adi: “Bagaimana apanya?,” ucap Adi
Aditya: “Lah, Alice bagaimana? Kamu tinggal tadi?.”
Adi: “Lah, aku kira Alice minta tolong menyampaikan pesannya kepadamu.”
Aditya: “Jelas – jelas itu dia curhat sama kamu kalau dia tidak mau ke kelasku dan meminta kamu untuk menemaninya,” jawab saya dengan marah
Adi: “Lah, aku tidak tau.”
Aditya: “Ah bodoh kau.”

Setelah itu saya berpikir untuk mengobrol dengan Alice meskipun saya kecewa, saya khawatir apakah dia baik – baik saja ketika pulang.

Aditya: “Alice.”
Alice: “Iya, kenapa,” tanya Alice.
Aditya: “Aku minta maaf ya karena tadi sudah pulang duluan.”
Alice: “Iya.”
Aditya: “Tadi kamu pulang sama siapa?,” tanya saya kepada Alice
Alice: “Sama Martha, temen sekelasku.”
Aditya: “Gimana tadi? bisa mengeluarkan sepeda tidak?.” tanya saya
Alice: “Bisa kok.”
(Alice meninggalkan percakapan)

Saya tidak tau harus lanjut atau menyerah sampai disini saja, saya masih menyukai dia. Ya begitulah, menurut saya dia perempuan yang berbeda dengan perempuan lain. Jarang ada perempuan seperti dia, apalagi di sekolah. Saya kebingungan karena 2 pilihan yaitu mengejar cinta atau mengejar cita – cita. Saya rasa, saya akan mengejar keduanya.

ADITYA: MELANGKAH LEBIH DEWASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang