⚠️Hati-hati, bab ini penuh emosi dan air mata. Dihimbau untuk pembaca menyiapkan tisu terlebih dahulu."Dona, gue minta lo tunggu di sini, ya? Gue takut," pinta Thalita.
Mereka baru saja pulang dari tempat Erwin balapan. Saat itu Irwan menelepon dan meminta Thalita untuk segera pulang.
"Takut kenapa?" tanya Dona. "Cowok lo bukan monster," tambahnya.
Thalita tetap khawatir, tapi berusaha meyakinkan diri bahwa semua baik-baik saja.
"Gini aja," imbuh Dona, "kalau terjadi apa-apa, lo telepon gue," tawarnya.
Thalita tersenyum, lalu mengangguk. Dia memandang kepergian Dona hingga punggungnya tak lagi terlihat.
Motor Irwan sudah tertengger di halaman rumah Thalita. Dia tidak tahu kenapa cowok itu datang saat orang tuanya tak ada di rumah.
Tangannya gemetar ketika membuka pintu utama. Dia langsung melihat Irwan sedang berada di dapur dengan posisi membelakanginya. Hawa tak mengenakkan mulai terasa akibat sikap dingin Irwan yang tetap fokus memotong buah ketika Thalita masuk.
Thalita menarik napas panjang, berusaha mencairkan suasana.
"Sayang, kamu lagi bikin apa?" Thalita tersenyum sembari menghampiri sang pacar.
Irwan tak menjawab, dia masih membelakanginya sembari sibuk dengan pisaunya.
Thalita berdiri di belakang Irwan, jantungnya berdegup kencang. Dia benar-benar takut.
"Kamu ke sini sejak kapan?" Thalita memberanikan diri untuk bertanya lagi. Wajahnya semakin pucat, mengingat apa yang Irwan katakan dalam telepon tadi. Thalita sadar, situasi ini seolah berada di zona merah.
Tangannya bergerak dengan gemetaran, hendak menyentuh bahu Irwan. Namun, Irwan berbalik sebelum Thalita berhasil menyentuhnya.
"Argh!" Thalita memekik hingga terhuyung ke belakang, kaget dengan pisau yang Irwan sodorkan di depan wajahnya.
Irwan memandang Thalita datar, tapi tetap berhasil membuat Thalita ketakutan setengah mati.
"A-apa ini?" rintih Thalita, meneguk ludahnya dengan susah payah. Mata pisau di depannya tampak menyeramkan.
"Aku potong buah-buahan buat kamu," jawab Irwan santai. Dia menurunkan pisaunya, menggantinya dengan semangkuk potongan buah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Jugendliteratur[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...