6. Tragedi Baju Couple

410 63 1
                                    


Siapa sangka, kalau Isvara bakal jadi bahan olok-olokan di pernikahan Yuli?

Bukan.

Bukan karena Isvara ditanya kapan nikah atau siapa calonnya, tapi karena Isvara secara nggak sengaja pakai batik couple sama Genta!

Tadi pagi waktu acara akad sih, aman-aman saja karena Isvara pakai seragam bridesmaid, kembaran dengan tiga bestie-nya yang lain. Saat acara resepsi di malam hari, Isvara pulang buat ganti baju karena sudah berkeringat seharian.

Siapa yang menyangka kalau motif batik rok lilit yang Isvara kenakan akan sama dengan kemeja Genta?

Ah, enggak.

Ini pasti gara-gara Genta, kan? Dia pasti sudah memata-matai Isvara sejak lama, dan tahu kalau batik ini adalah favorit Isvara. Karena itu Genta beli motif yang sama dan...

Sial. Imajinasi Isvara sudah kelewatan.

"Kenapa kamu ndak balikan aja sama si Genta, sih? Dulu kalian kan romantis banget. Udah kayak anak kembar siam yang nggak bisa dipisahin." Hilda berbisik di telinga Isvara. "Nggak usah sok gengsi. Aku tahu kok kalau kamu emang sengaja couple-an sama Genta."

Capek banget, asli.

Mau Isvara jelasin berkali-kali sampai mulutnya berbusa juga, enggak ada yang bakal percaya. Mana rasanya gondok banget lihat Genta yang lagi ketawa haha hihi sama temen-temennya di bawah pelaminan. Udah bisa dipastikan kalau obrolan mereka enggak jauh-jauh dari kenangan laknat antara Isvara dan Genta waktu SMA dulu, serta membandingkan dengan kondisi mereka hari ini.

"Si Genta emang udah sering main ke rumah Isvara kali Hil." Rania berujar dengan nada menggoda. "Kabarnya udah ngelamar juga. Cuma si Isvara aja yang masih maju mundur."

Kecepatan gosip itu emang ngeri banget, ya. Pasukan burung ababil aja kalah.

Hilda terkikik. "Kalau yang kamu masalahin si Genta itu udah duda, saranku sih, tetap terima aja. Di mana-mana yang namanya duda itu lebih menggoda dan lebih berpengalaman. Kamu tinggal biarin si Genta mimpin permainan sementara kamu tinggal rebahan dan mendesah keenak—"

Isvara menghentikan kalimat Hilda dengan melemparinya kuncup bunga melati. Mentang-mentang dia sudah menikah, jadi omongannya enggak jauh-jauh dari urusan ranjang.

"Eh, si Genta mau ke atas, tuh." Rania tertawa kesenangan. Dia menggoncang-goncang lengan Isvara antusias. "Mana dari tadi tatapannya ndak lepas dari Isvara, lagi. Berasa lagi liat adegan drama."

Isvara cuma bisa menghela napas panjang. Entah sudah berapa kalinya sejak Isvara melihat Genta masuk pakai batik laknat itu.

"Awas aja kalau lo sampe ngecengin gue sama si Gen---"

"Wah, Genta! Udah lama banget ndak liat kamu!" Rania langsung berdiri menyambut Genta. Senyumnya terlukis lebar, antusias. "Habis ini kamu netap atau balik lagi ke Surabaya?"

Hilda ikut-ikutan berdiri menyambut Genta udah kayak ketemu presiden. "Kamu beneran balikan sama Isvara? Sengaja mau go public hari ini, ya? Kapan nih, kira-kira undangannya sampai?"

Genta langsung menatap Isvara yang masih duduk sambil mengalihkan pandangan. Sengaja menganggap Genta tak kasat mata.

"Aku berencana tinggal di sini selamanya." Genta tersenyum manis. Matanya tak lepas dari Isvara. "Kalau masalah go public atau enggak, itu terantung Isvara. Aku udah lamar dia tapi belum di acc."

Hilda dan Rania saling pandang. Ekspresi mereka menunjukkan hal yang sama: ketidakpercayaan.

"Hei, ndak mungkin. Orang udah pake baju couple gini. Masa belum ada kejelasan?" Hilda meraih tangan Isvara dan memaksanya berdiri. "Ini lagi makhluk satu. Ada temennya datang bukannya disambut, malah melengos."

Ketempelan Duda PosesifTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang