Chapter 3: Proposal

556 81 0
                                    

"What do you mean?" Gigi termenung mendengar pertanyaan Jesse. 

Jesse menaruh pelan garpu dan sendoknya, "Marry me, G." Ucap Jesse seraya memegang tangan putih Gigi, "Kita udah kenal dari kecil. Tante Lau sama om Adam juga percaya sama gw and as you can see I live well. Gi, gw tahu lo udah pengen bebas dari dekapan orang tua lo. So I am asking you a way out. Will you marry me?"

"I am sorry. What? Oke lo ga salah, gw emang pengen lepas dari orang tua gw. Tapi apa untungnya buat lo J? Are you running for the parliament? Lo butuh trophy wife?" 

Jesse tersenyum simpul mendengar reaksi Gigi, "Of course not. You are so much more than a trophy wife, G. Apa ya, mungkin karena gw mau settle down dan lo adalah orang yang paling cocok buat gw, Genevieve Amaya."

Nama lengkap Gigi terdengar sangat indah ketika diucapkan dari bibir manis Jesse, membuat Gigi tidak dapat berpikir dengan jelas. Biasanya di pagi hari Gigi bersikap sangat rasional tetapi tidak tahu kenapa hari ini Gigi sangat ingin bertindak impulsif. Seperti menerima tawaran pernikahan Jesse. 

"Okay. gue mau nikah sama lo. Selama lo janji, walaupun belum ada cinta dalam pernikahan kita, jangan sekali-kali kepikiran buat cari cewek lain." Gigi menatap Jesse serius.

Walaupun dalam hitungan beberapa jam lalu konsep menikah dan membuat keluarga sendiri tidak masuk ke dalam pertimbangan Gigi, tetapi sejak kecil Gigi tahu bahwa kalau suatu hari nanti ia beruntung dan menemukan pangerannya, ia ingin dicintai dengan sempurna. Tawaran pernikahan yang ditawarkan Jesse memang tidak berdasarkan hal tersebut, tetapi Gigi merasa setidaknya ia bisa menjadi satu-satunya wanita yang bertindak sebagai cinta Jesse Aiden Mahapraya. 

"No worry. Baby. I have no one in mind but you. Gue janji, selama lo masih mau pernikahan ini, gw akan membantu lo bahagia dengan cara lo sendiri."

Gigi tersedak mendengar pet name Jesse, "Bukannya kalau orang ngelamar itu janjinya mau bahagiain ceweknya, ya?" Ucap Gigi sambil menatap dalam mata Jesse. 

"Tapi menurut gue, gaada yang bisa buat lo bahagia tapi lo sendiri, semua rasa bahagia itu kan munculnya dari lo sendiri ngga sih?" Jesse tersenyum, "makanya gue cuma bisa janji akan membantu lo bahagia dengan cara lo sendiri, G. Apapun itu."

Gigi semakin terlihat heran dan tidak percaya akan tawaran Jesse. Seberapa besar kemungkinan ada orang dengan segala sifat baiknya itu datang dan melamar? Nihil. Namun, setengah dari diri Gigi sangat ingin menerima tawaran pernikahan tersebut dan merasakan dunia yang lebih bebas. 

"Gue gatau ini bakal buat lo merasa tenang atau ngga. Tapi, selain karena alasan gue tadi, gue memilih lo karena lo satu-satunya perempuan yang pernah ketemu Mama gue. My beloved mother. It just feels right untuk nikah dengan orang yang pernah ketemu Mama."

Gigi tertegun mendengar jawaban Jesse. Raw. Out of Expectation. 

Tante Desiree. Mama Jesse. Perempuan seumuran Mamanya, kalau masih hidup. Walaupun agak samar tetapi Gigi ingat bagaimana Tante Desiree selalu menyemangatinya untuk melanjutkan latihan biola dengan penuh kasih sayang, berbeda dengan Mamanya. 

"Lo..."Gigi menghela napas, "Okay then. I'll be your wife, Mr. Mahapraya."

"Looking forward to it, Mrs. Mahapraya." 

【-】【-】【-】

"NIKAH? LO MAU NIKAH?" Soraya berteriak melalui telepon.

"Gosh. tone it down." Gigi menjauhkan handphonenya

"But why? Lo baru ketemu lagi sama Jesse semalem, G," Soraya terdengar panik dari ujung telepon. 

"Well, things happened. Semoga aja ini pilihan yang terbaik, he sounds very sincere earlier, Babe."

The Princess and The MastermindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang