September 2014
Los Angeles, Universitas Lympus
"Oh, jadi kau adalah anak baru itu. Namamu adalah—" Wanita itu memicingkan matanya pada layar komputer. "James Richard, apakah itu namamu?""Itu nama Kakak laki-lakiku. Aku Joana Richard." Aku memperbaiki.
Aku tersenyum sebisaku. Jelas sekali mereka tidak mencatat namaku dengan benar. Bagaimana bisa mereka berbuat demikian, padahal aku sudah menyelesaikan administrasi dengan baik. Tampaknya mereka menyepelekan kedatanganku. Bagiamapun mahasiswa di tempat ini didominasi oleh penduduk lokal. Mungkin saja ada semacam diskriminasi terhadap murid asing. Jika saja Dad tidak mengenal salah seorang dosen di dalamnya, aku barangkali tidak dapat masuk.
"Aku pikir kau seorang anak laki-laki. Ternyata aku salah."
"Aku sudah menyelesaikan administrasi dan memastikan namaku dengan benar."
"Well, aku sudah bekerja sangat lama di sini. Mungkin sebelum kau bisa bicara." Jelas dia tidak mau disalahkan.
"Aku sudah mengatur kamarmu, tapi ini sedikit, ya, tidak masalah. Para perempuan sekarang hampir tidak memiliki privasi terhadap laki-laki lagi."
"Jadi, dimana kamarku?" tanyaku tidak sabar.
"Gedung barat, lantai 4, nomor 473. Teman sekamarmu cukup keren. Aku yakin kau pasti akan senang."
"Terima kasih." Aku langsung pergi. Muak melihat Mrs.Cloe yang tampak tidak niat bekerja. Perjalanku cukup jauh. Alih-alih langsung beristirahat, aku malah harus kebingungan mencari kamarku. Tadi aku bahkan harus menunggu Mrs.Cloe yang berbincang dengan teman-temannya di kafetaria. Jelas dia sama sekali tidak menyukai pekerjaannya.
Sekarang aku berada di depan kamar 473. Kampus ini memiliki sistem asrama. Masing-masing ditempatkan dalam unit yang terdiri dari 3 murid. Aku telah menyiapkan mental sejak Dad mengatakan bahwa ini adalah asrama. Aku harus akrab dengan orang baru dalam waktu yang lama. Aku siap mengalami cekcok terkait perbedaan kebiasaan, sifat dan lainya. Ini akan menjadi perjalanku yang paling berbeda. Tidak hanya soal kebudayaan, tapi ini benar-benar diluar zona nyamanku.
Kuketuk pintu tiga kali. Aku sejujurnya sangat gugup. Hanya saja aku bertekad untuk terlihat berani. Ini bukan Indonesia. Ini adalah Amerika yang menurutku didominasi oleh remaja cuek dengan kepercayaan diri tinggi. Mereka tidak akan terlalu menekanku, seperti mengapa aku memutuskan bersekolah di sini atau sejenisnya. Bahkan jika aku salah, aku berdiri dengan mantap berkat pikiran sepihak tersebut.
"Jean, pesankan aku pizza sekalian!" Laki-laki itu meneriaki temannya. Tingginya berada jauh dari kepalaku dengan tubuh yang besar. Aku ragu untuk menyebutnya sebagai mahasiswa tahun pertama. Mungkinkah aku yang terlalu pendek di sini?
"Ada yang bisa aku bantu?"
"Ini kamarku." Kutunjukan selembar kertas yang aku terima dari Mrs. Cloe. Menunjukkan jelas bahwa itu adalah kamarku lengkap dengan sebuah kunci.
"JEAN, COBA LIHAT KEMARI!"
Laki-laki bernama Jean itu memiliki perawakan tidak jauh berbeda. Hanya saja memiliki kulit lebih gelap yang terlihat eksotis dengan sepasang mata berwarna cokelat terang.
"Aku rasa wanita itu gila!"
Jean menggoyangkan sebentar kertas tersebut, lalu membacanya. Perlahan, tapi pasti alisnya bertaut bingung.
"Aku tidak tahu sistemnya akan berubah seperti ini."
"Bagaimanapun sistem yang lama terlalu membosankan."
Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Apakah mereka teman atau pacar dari dua teman kamarku? Kelihatannya mereka cukup aneh.
"Aku tidak keberatan, tapi aku ragu kau bisa menahan diri dengan sifat binatangmu itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire |18+
Lãng mạnJoana Richard seharusnya tidak jatuh cinta kepada Kaigan Wilson. Pria itu tidak segan menenggelamkan kepala Joana di kloset toilet yang kotor, karena tidak menyukai kehadirannya. Kaigan adalah laki-laki yang selalu mendapat apapun yang ia inginkan...