DIVE INTO YOU (CHAPTER 20 : YES OR NO)

58 8 51
                                    

Selama pulang ke Korea, Michael tidak pernah mengunjungi lagi ayahnya di rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selama pulang ke Korea, Michael tidak pernah mengunjungi lagi ayahnya di rumah sakit. Hanya sekali, di minggu-minggu awal dia berada di Seoul itupun karena desakan sang nenek. Michael masih dipenuhi rasa benci yang aneh dalam dada. Bukan membenci sang ayah, tapi keadaan yang memaksanya berbuat kesalahan terlalu jauh. Sangat jauh sehingga Michael bahkan tidak yakin dia bisa kembali ke pijakan awal saat ia belum mengenal Mingyu. Saat ia belum memutuskan kalau dia akan mempertahankan Josh di kandungannya. Saat ia belum mengenal Dave yang berhasil membuatnya kembali percaya kalau jatuh cinta tidak akan menyakiti siapapun.

Hari itu hujan turun dengan deras. Ketika Michael duduk di samping bangsal sang ayah. Suara alat ventilator dan ruang intensif yang terlalu dingin membuat dia larut dalam keheningan yang beku. David menunggu di selasar dengan sabar, bahkan ketika hampir satu jam berlalu dan dia hanya mendapati Michael menatap ayahnya seperti mayat hidup. Mereka sama-sama mati, sama-sama enggan bicara. Lalu Michael mengeluarkan buku resep usang dari dalam tas dan meletakkan benda itu di samping lengan Tuan Kim.

"Aku tidak tahu apa artinya ini untukmu, " ucap Michael pelan. "Tapi sekarang aku cukup yakin 
bahwa diriku tidak pantas mewarisi apapun. Toko roti itu, atau segala hal sentimental yang appa miliki di dalamnya, jelas bukan sesuatu yang harus kulanjutkan. "

Michael mengangkat wajah, menatapi sosok sang ayah yang sama sekali tidak bergeming. Pria itu terlihat seperti mayat. Tidak ada tanda kehidupan di sana, seolah-olah dia akan langsung mati ketika semua alat bantu medis di tubuhnya dilepas.

"Appa, aku telah menikahi seseorang, " Michael mengaku seperti tengah berhadapan dengan seorang pendeta dari bilik dosa. Matanya melirik pada cuaca yang terlihat kembali mendung dari arah jendela. "Mungkin belum resmi tapi semua keluarga sudah mengetahui hal ini termasuk nenek. Kau tahu apa yang terasa menyedihkan? Aku menikahinya lewat kebohongan. Kau pasti akan marah besar kalau kau sedang tidak sakit seperti sekarang. Mungkin kau akan mengusirku lagi keluar dari rumah, lalu aku merasa justru itu lebih baik. Aku tidak pernah pulang. "

Kepala Michael merunduk. Dia tidak berani menggengam jemari sang ayah yang semakin berkeriput. Tidak seperti dulu, saat ia masih bersekolah dan pria itu selalu menemaninya. Jemari Tuan Kim hangat dan kokoh. Menggengam Michael menyusuri trotoar untuk pulang ke rumah, menangkap tubuh Michael setiap kali dia melompat dan berakting menjadi tokoh pahlawan, menggendong Michael dan membelai lembut kepalanya ketika Michael menangis karena bertengkar dengan teman sekolah.

"Appa kau tidak akan bangun? Paling tidak kau harus mengatakan padaku apakah kau sudah memaafkanku atau belum. Jadi aku bisa menjalani kehidupanku tanpa merasa bersalah. Bagaimana mungkin kau tetap diam begini sementara tidak ada yang pernah mendesakku untuk menjelaskan tentang siapa Dave sebenarnya. "

Suasana masih tetap sama. Yang menjawab perkataan Michael sedari tadi hanyalah bunyi alat monitor organ vital juga jantung.

"Aku pulang dulu, " kata Michael pelan. Dia lalu bangkit dari duduknya dan meraih lagi buku catatan itu. Di area selasar, David masih setia menunggu. Dia tersenyum ketika Michael muncul dan bergegas menghampiri.

VERSELUFT || RAVN 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang