1. Tayana

21 0 0
                                    

"Koala! Lo nggak bisa geser tuh saus ke sini?"

"Nggak bisa ambil sendiri, lumpuh lo?"

"Dih, lo habis pakai bawa pulang lah itu saus tempat awalnya di sini. Di depan mata gue."

Adukkan bakso di mangkuk berhenti, Taya menggeser saus sambal dengan malas sambil merengut. "Manja."

Di samping Taya, Raghil tertawa. Mencicipi kuah bakso bening tanpa campuran saus maupun kecap di dalamnya. Ia lebih suka makanan dengan cita rasa asli seperti kaldu bakso yang terasa di lidah ini. "Baksonya enak, cobain guys."

Setelah selesai dengan persausan Raqil mencoba. Senandung langsung terdengar, menandakan pernyataan Raghil valid. Taya mengangguk lemas. Hari ini dia tidak dalam kondisi prima untuk menikmati semangkuk bakso—meskipun ini gratis traktiran kekalahan Raghil tapi tetap saja—pikirannya sibuk merutuki kebodohan yang telah dilakukan. Bisa-bisanya dia salah mengumpulkan tugas praktikum akhir dengan tugas praktikum minggu lalu. Alhasil, satu kelompoknya kena omel besar dan diancam mengulang tahun depan. Tidak panik bagaimana? Jantung mau copot rasanya. Mau menangis sejadi-jadinya saat itu juga. Tapi untungnya, Taya bisa bernegosiasi dengan sang dosen agar diberi kesempatan mengumpul tugas 20 menit lebih telat dari kelompok lain. Tawaran dengan pengurangan nilai? Oh tentu, tidak. Taya berusaha mati-matian. Taya tidak akan membiarkan hidupnya dalam rasa bersalah kepada lima anggotanya dengan pengurangan nilai itu. Maka keputusan akhir, Taya dengan amat sangat tidak ada pilihan pun ditunjuk menjadi asisten dosen sampai dengan satu semester. Itu kalau kerja Taya maksimal, kalau tidak tambah satu semester lagi. Semua karena ketololan Taya yang sibuk begadang mengerjakan materi biologi untuk les privatnya.

"Lagian kenapa juga bisa salah kumpul, lo nggak bisa baca Taya?" Raqil dengan mulut pedasnya itu ingin Taya sumpal dengan bakso urat di mangkuk.

"Asisten dosen udah ngapain aja nih?"

Raghil terkekeh mendengar denting sendok serta tatapan sinis Taya.

Raqil cekikan. "Gil, lo tahu nggak mukanya Taya waktu panik minta anter ke kost kocak banget. Pucet tuh muka, mana air matanya udah tinggal dikit lagi netes. Gue mau ketawa tapi takut dosa, sumpah Ta ekspresi lo nggak akan pernah gue lupain seumur hidup. Seorang Taya yang hidupnya terorganize banget ternyata bisa kacau juga."

"Terus aja! Gue nangis di sini biar tahu rasa lo pada ya."

Jelas kalau tiba-tiba Taya menangis di pujasera yang lagi ramainya jam makan siang ini Raghil dan Raqil lah yang akan dipandang ganas. Mencegah terjadinya itu Raghil cepat meminta maaf sebab Taya selalu serius dengan omongan.

"Iya-iya, sorry deh."

Raqil masih sulit menahan tawanya. "Lagian gue dari awal bilang apa, Ta, lo kalau mau kuliah fokus kuliah kalau lo kerja ya kerja. Jangan dicampur adukin. Sekarang siapa yang keteteran? Lo sendiri kan. Ngajar lima orang itu mudah Ta? Lo siapin materi biologi, matematika, fisika. Nggak capek apa?"

"Awas ya kalau lo alasan mau bantu perekonomian keluarga." Sindir Raqil.

"Gue sama Raghil tahu lo dari kita SMP. Lo tuh emang nggak bisa relax dikit hah? Lo nggak sibuk nggak mati Ta."

Mendadak kuah kemerahan bakso ini terasa hambar. Benar perkataan Raqil, nggak sibuk nggak mati. Tapi bagaimana kalau itu yang membuat Taya bahagia? Dengan segala kesibukan yang pernah Taya jalani Taya benar-benar bahagia. Capek tentu, tapi terasa menyenangkan. Dan itu jelas bukan masalah besar baginya. Taya selalu menikmati proses itu. Dan Raqil selalu ada untuk mengomentari segala hal seperti sekarang.

"Iya Ta, kurangin dikit napa."

Tidak lupa pendukung nomor satu Raqil, kakaknya Raghil. Tidak hanya nama mereka yang mirip, mereka juga mirip. Mulai dari postur tubuh, tinggi, wajah, mereka sungguh kembar identik. Orang baru kenal pasti seratus persen akan bingung. Raghil lahir sepuluh menit lebih awal, memiliki tiga tahi lalat di pipi kiri membentuk titik segitiga seperti horoskop Capricorn jika disambungkan garis. Sedangkan Raqil tidak memiliki satupun tahi lalat dan hanya memiliki bekas tanda jahitan di salah satu sikunya. Kenakalan sewaktu kecil Raqil memang cukup bikin geleng-geleng kepala.  

TayanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang