ONE

22 4 1
                                    

Keheningan di dalam ruangan itu mendominasi keadaan, membuat sesosok pria berkulit putih tadi hanya bisa menundukkan kepalanya, tak mau melihat ke arah lain, bahkan tak mendengarkan makian kekesalan kedua orangnya, Fay hanya meremas tangannya sendiri, sembari memasang wajah baik-baik sajanya, sampai akhirnya sebuah tamparan mendarat pada permukaan pipinya. Namun, tubuh pria itu bergeming, tak bergerak sama sekali. Bahkan tak ada pembelaan apapun yang ia utarakan, menurutnya percuma meskipun ia mengatakan jika dirinya tidak salah, maka Fay akan tetap salah di mata kedua orang tuanya.

Fayyaz tahu tak seharusnya ia melakukan hal itu, lalu bagaimana jika Gare saja tidak pernah mau berbicara padanya, beranggapan kalau Fay tidak ada, seandainya ia tak melakukan hal tadi maka kemungkinan dirinya terpaksa harus diam selamanya.

"Kau membuat malu kami semua, bagaimana dengan Kakakmu? Kenapa kau selalu membuat ulah dan menyusahkan orang lain?"

"Membuat ulah apa? Aku korban di sini. Pria itu memperkosaku, lalu ketika aku hamil, aku harus bagaimana? Haruskah aku diam, membiarkan Phi menikah dengan pria brengsek sepertinya."

"Kau menjebaknya."

Fayyaz memejamkan matanya, "Pakai akal sehatmu phi, kau pintar kan? Bagaimana aku menjebaknya? Meskipun itu terjadi kenapa dia hanya diam? Kenapa dia tidak pergi? Kenapa dia justru melakukan hal yang buruk seperti itu padaku, bukankah aku Adik kekasihnya sendiri?"

"Cukup aku tidak mau mendengar apapun darimu."

Pria itu memejamkan matanya, "Bagaimana phi bisa tetap membela pria itu, setelah apa yang dia lakukan padaku?"

"Aku membencimu. Jangan harap aku mengganggapmu Adikku, aku tidak punya Adik jalang sepertimu."

Wanita itu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu ingin pergi hanya saja sewaktu pintu terbuka ada sosok Gare yang kebetulan ingin memasuki ruangan itu. Ia menatap pria itu dengan tajam, tangan Gare ingin meraih lenganya akan tetapi wanita tadi menampiknya, tak mau Gare menyentuhnya sama sekali.

"Aku kecewa padamu."

"Tunggu dulu, aku ingin mengatakan sesuatu," hanya saja wanita itu melangkahkan kakinya semakin menjauh, tak memedulikan apa yang Gare katakan, "Faresya, tunggu! Aku belum berbicara!"

Ucapan Gare bagaikan angin lalu bagi sosok wanita itu, hingga ia mengembuskan napas beratnya, pria tersebut menatap Fay yang tengah duduk dan menatapnya, ia hanya memasang wajah datarnya sebelum mengisyaratkan agar pria itu mengikutinya.

Tanpa banyak bicara Gare memasuki audinya, membiarkan Fay yang hanya terdiam di tempat begitu Gare memasuki kendaraan tersebut. Pria itu memejamkan matanya, ia membuka jendela dan berteriak pada Fay untuk memasuki mobilnya, hal itu membuat Fay langsung melakukannya duduk di samping kemudi, membiarkan Gare  membawanya pergi ke tempat yang dirinya tak ketahui.

Kendaraan pria itu menepi pada sebuah hunian pada pusat kota, Gare melangkahkan kakinya untuk keluar begitu mereka sampai tanpa mau menengokkan kepalanya sama sekali pada sosok Fayyaz bersikap jika Fayyaz tidak ada. Lagipula ia tidak membutuhkan pria itu, kalau bukan karena Fay mungkin hidupnya akan baik-baik saja. Ia membenci Fay lebih dari apapun.

-----------------------------------------------------------------------------------

Ia muak pada sosok itu yang selalu menggodanya, selalu mencari cela untuk mendekatinya, bahkan melakukan hal di luar akal sehat untuk bersamanya. Semakin hari Gare merasa ia makin terjebak bersama pria tidak waras itu. Ia benci kenyataan jika Fay lah yang kini menjadi pendampingnya, ia tidak menyukai pria itu. Lagipula sejak kapan Gareska berubah menjadi gay?

Jika bukan karena makanan sialan itu, kalau Fayyaz tak berbohong padanya, mana mungkin ia sudi tidur dengan seorang pria. Melihat Fay saja Gare muak dan bagaimana bisa kini ia bersama dengannya dalam ikatan pernikahan?

PLEASE BE MINE !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang