Chapter 13 Intrik

271 41 0
                                    

Kenapa perasaan manusia mudah sekali berubah? Lana pernah bertanya pada ibunya suatu masa. Ibunya bilang, karena itu dalam sebuah ikatan pernikahan yang dibutuhkan bukan cinta semata, akan tetapi komitmen juga usaha. Memahami seorang tidak akan ada habisnya dan tidak akan ada batasnya, sampai kematian menjemput. Sampai mereka jatuh cinta lagi satu sama lain, Lana tertawa saat itu.

Setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi. Adiknya Seri, seolah kehilangan arah. Dia bergaul dengan berandalan, berpacaran dengan seseorang yang sudah dewasa. Menjadi anggora geng motor.

Berkali-kali ayahnya memarahi dan mengamuk pada adiknya, ketika Lana berkuliah di ibukota, seri ingin ikut. Tapi ayahnya tidak mengizinkan, beliau tidak percaya pada Seri.

Namun saat SMA, Seri benar-benar membuktikan keseriusannya. Selama dua tahun dia berubah, rajin dan prestasinya meningkat, karena itu ayahnya menyetujui Seri ikut dengannya berkuliah.

Tapi malangnya, perjalanan hidup tidak begitu lancar untuk mereka. Seri meninggal dan Lana membawa pulang seorang anak.

Ayahnya murka. Sedangkan, ibu tirinya bersorak kesenangan akan kehancuran mereka. Karena sejak dulu, dia selalu berusaha untuk menyingkirkan Seri dan Lana, agar Naralah yang mendapatkan semuanya.

Bukankah itu gila? Bagaimana seseorang datang entah dari mana kemudian tiba-tiba merebut semuanya?

"Gio itu abangku."

Lana terisak. Efran ataupun Gio, mereka adalah orang yang sama. Semuanya keinginan takdir, mungkin inilah jalan hidup Lana. Tiba-tiba dia harus berada di lingkaran yang sama dengan pria itu lagi.

Lana masuk ke rumah dan tidak bicara lagi pada Lazuardi, sadar sikapnya kasar. Dia bahkan tidak pulang ke kantor bersama Lazuardi, di perjalanan pulang ke rumah, Lana hanya diam. Lazuardi tetap mengantarnya pulang dan mengikuti permintaan Lana untuk pulang segera, sekalipun Lazuardi kebingungan dengan sikapnya.

Lazuardi tidak salah apa-apa, dia hanya berada di tempat yang tidak seharusnya, menjadi seseorang yang tidak tepat. Apakah istilah itu benar adanya? Karena itu ...

Agak lama, Lazuardi barulah meninggalkan Lana. Dia harus kembali ke kantor terlebih dulu. Lana duduk menatap ponselnya, ingin mengirim pesan pada Lazuardi dan berkata ingin minta maaf akan sikapnya. Lazuardi tidak salah dalam hal ini, dia tidak mengetahui apa yang terjadi. Tapi, Lana masih diliputi amarah.

Lana mendengar pintu rumahnya diketuk, dia mengusap matanya. Lana tadi sudah meminta Rania untuk menjemput Mawar dan menjaga Mawar, dia juga meminta pengasuh Mawar pulang lebih cepat. Lana ingin berdiam diri sendirian.

Seperti biasa, Rania bertanya-tanya apa yang terjadi. Nanti, Lana akan bercerita padanya setelah perasaannya lebih baik.

Lana beringsut dan membuka pintu, betapa kagetnya dia saat melihat sosok saudara tirinya di sana. Lana memasang ekspresi yang tak terbaca namun seluruh urat di wajahnya terlihat tegang.

"Aku tahu kamu membenciku. Kamu menuduhku merebut semua yang kamu miliki, Lana." Nara langsung mencacarnya dengan kalimat itu, sebelum Lana sempat bicara ataupun bertanya untuk apa dia datang.

Lana menatapnya dengan kemarahan, "berhenti jadi orang hipokrit."

Nara tidak akan pernah bisa menindasnya, apapun yang terjadi. Bukannya Lana tidak tahu sejak Nara menjadi bagian dari keluarganya, Nara selalu menusuknya dari belakang. Dengan bantuan ibunya membuat seolah-olah dia korban dan Lana adalah pelaku yang menyakitinya sebagai saudara tiri.

"Kenapa kamu merebut pacarku, Lana?" Nara memandangnya, wajahnya berubah warna menjadi merah.

Tadinya Lana berpikir kalau Nara datang untuk menyampaikan pesan dari ayah atau ibunya, namun ternyata, apa ini?

Pendar (Masa Lalu Berselimut Jelaga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang