part 4

132 20 7
                                    

-Hailey's POV-

"Kurasa aku harus memutus panggilannya karena mata kuliahku akan dimulai tiga puluh menit lagi dan aku masih berada dikamar. Aku pergi dulu, Mom. Da-ah." Dan dengan itu, aku memutuskan sambungan teleponnya. Aku berani bersumpah, Mom jarang sekali menelponku untuk bertanya soal kegiatan sekolahku, biasanya semua yang ia pedulikan hanyalah tentang uang. Aku dan Ashton merasa tidak dianggap.

Terbangun dari pikiranku, dengan lekas aku bergegas mengambil tasku lalu menaruh satu buku tulis dan beberapa buku refrensi untuk mata kuliah hari ini. Aku benar-benar malas karena dosen pertama adalah; Mrs. Hudson. Si nenek tua yang hobinya mengomel saat memulai kelas. Well, aku memang belum pernah bertemu dengannya. Tapi aku seratus persen percaya dengan Gwen tentang Mrs. Hudson.

"Ashton aku sudah siap!" teriakku sambil membanting pintu kamarku. Kakiku menapaki satu persatu anak tangga lalu menemui Ashton yang sedang mengenakan jaket Army-nya. "Tapi aku lapar." gumamku, perutku memang benar-benar lapar karena aku tidak ada memakan apapun pagi ini.

Ashton melirik ke arahku, "Itu salahmu, kau sendiri yang tidak mau bangun."

"Kau memang kakak yang paling menyebalkan, tidak pernah mengerti keadaanku."

"Yayaya." Ashton memutarkan bola matanya kearahku, dan berlalu menuju ambang pintu. Astaga, mengapa ia terlalu bersemangat.

Dengan malas, aku melangkahkan kakiku mengikutinya dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa berkutik. Saat Ashton menyetir, ia sempat melontarkan beberapa kalimat tetapi aku tidak meresponnya. Masa bodoh dengannya, aku lapar dan tidak ingin menguras tenagaku hanya untuk berbicara dengannya.

"Kalau kau tetap mau diam denganku, tidak apa. Padahal aku mau membelikanmu burger di maccas. Tapi kau marah denganku, jadi aku tidak mau membelikanmu."

"Maccas?" tanyaku pada Ashton, kalimat macam apa itu? Aku sama sekali tidak pernah mendengarnya.

"Berapa lama kah sudah berada di Australia, Hailey? Maccas means McDonald."

Mulutku membentuk huruf 'O' seperti mengolok ke arah Ashton lalu membuang muka. Aku hanya berakting, senang rasanya mengerjai Ashton seperti ini.

"Kau mau burger tidak?"

Tapi, aku hanya diam. Padahal perutku sudah berbunyi meminta makanan masuk, akan tetapi mengerjai Ashton seperti ini sangatlah lucu sehingga aku tertawa di dalam batin.

"Sampai kapan kau harus tidak menghiraukanku?" tanya Ashton. "Fine, sebentar lagi kita sampai dan aku akan membelikanmu burger."

Aku menyengir. Lagipula, McDonald dan kampus kami tidak terlalu jauh.

***

Aku berjalan tergesa-gesa menyusuri koridor kampus, sepuluh menit lagi mata kuliah akan dimulai. Tidak, bukannya aku berlebihan. Akan tetapi, Mrs. Hudson pasti akan masuk kelas lebih awal dan akan memulai ceramahnya.

Aku merasakan diriku berjalan lurus, namun tubuhku menabrak seseorang sehingga terhuyung ke belakang. Siapa sih dia? Memangnya ia tidak memiliki mata? "Lain kali hati-hati." cerocosku.

"Hey, lihat. Harusnya kau yang harus lebih berhati-hati."

"Tidak. Harusnya kau."

"Baiklah, aku minta maaf. Oke?" katanya, membuatku hanya mengangguk sebagai jawaban. "Kau kekanak-kanakan, berapa umurmu? Lima tahun?"

Mendengar itu, telingaku panas. "Dasar kau sialan. Tutup mulutmu karena kau sangat menyebalkan."

Lelaki itu memutarkan bola matanya, "Yah, terserah," jawabnya. "Aku harus cepat-cepat pergi karena mata kuliahku akan dimulai."

"Bye."

"Namaku Calum, untuk informasi."

Aku tidak menghiraukan perkataan si lelaki tadi dan langsung pergi menuju kelas. Saat sampai dikelas, aku benar-benar terkejut jika waktu disini lebih lambat beberapa menit dari arlojiki. Sialan, mengapa aku bisa tidak tahu sehingga aku terlalu tergesa-gesa untuk memasuki kelas.

"Hey," aku mendengar suara sapaan Gwen.

"Hey," sapaku balik. Aku menaruh tasku di kursi lalu duduk, dan kembali menghadap ke Gwen. "Jadi, kita satu kelas hari ini."

"Begitulah," Gwen mengangguk. "Ah ya, aku lupa. Nanti malam akan ada frat party, kau datang?"

Aku menyerngit, pasti Ashton tidak memperbolehkanku. Tapi, aku sangat ingin datang ke pesta ini daripada aku menghabiskan waktuku dikamar dan terus-menerus memikirkan Luke. Kurasa aku bisa berbohong pada Ashton. "Apa kau bisa membantuku untuk berbohong pada Ashton?"

Gwen terdiam, terlihat seperti berpikir. "Bisa," gumamnya. "Aku juga akan memperkenalkanmu pada kekasihku nanti."

Dan aku hanya mengangguk sebelum Mrs. Hudson melangkahkan kakiknya masuk dan memulai pelajaran.

****

Finally! disinilah aku, bersama Gwen berada dimobil untuk menuju ke frat party. Wohooo! aku sangat bersemangat. Ini pertama kalinya aku datang ke party. Setelah beberapa akting kebohongan yang dilakukan Gwen tadi akhirnya Ashton memperbolehkan ku pergi. Gwen benar-benar hebat berakting. Kurasa suatu saat ia akan menjadi aktris besar nanti.

"Here we gooooo" Ucap Gwen sembari meminggirkan mobilnya untuk parkir.

Suasana disini cukup ramai, bahkan hentakan musik terdengar hingga keluar. Astaga aku sangat bersemangat.

"Baiklah, kau ikuti aku terus, oke? jangan banyak berbicara kepada laki-laki karna mereka semua bajingan." Ucap Gwen memperingatiku seolah aku gadis berumur 10 tahun. Oh ayolah, hanya karna ini party pertamaku bukan berarti aku harus diperlakukan seperti ini kan?

"Jangan membantah, aku tahu kau bukan gadis 10 tahun yang harus selalu dijaga hanya saja aku tak ingin kau menjadi mangsa laki-laki bajingan di dalam sana." Lanjutnya. Wow, apakah ia lesbian sehingga ia melarangku berdekatan dengan laki-laki?

"I'm not a lesbian. Kau ingat aku akan memperkenalkan mu kepada pacarku bukan?" Lanjutnya lagi.

"Astaga Gwen, apakah kau benar-benar bisa membaca pikiranku atau bagaimana?" Ucapku tak percaya sekaligus bingung melihat daritadi pernyataannya selalu pas dengan apa yang kupikirkan.

"Entahlah, itu hanya mengalir dipikiranku begitu saja. Kau ingat kan tuhan memang sepertinya mentakdirkan kita untuk menjadi sahabat." Ucapnya diakhiri dengan senyum manis. Aku merasa sedikit senang mendengar ucapannya. Entahlah kurasa pertemananku dan Gwen akan berjalan baik.

Aku dan Gwen berjalan memasuki frat. Musik yang kudengar semakin dekat semakin kencang. Astaga! Aku benar-benar bersemangat. Ku edarkan pandanganku menyusuri ruangan, mataku menangkap beberapa orang sedang bercumbu di ujung ruangan, ada juga yang sedang menari atau pun hanya sekedar mengobrol.

Gwen menggandeng tanganku entah kemana tujuannya. Mungkin mencari pacarnya melihat tingkahnya daritadi seperti mencari uang jatuh, eh maksudku mencari orang. "That's him."

Aku menoleh ke arah yang Gwen tunjuk. Laki-laki itu tersenyum saat melihat Gwen yang berlari ke pelukannya. Aku tak bisa melihatnya dengan jelas karna ruangan ini sedikit gelap. Tanganku sendaritadi tak lepas dari genggaman Gwen. Laki-laki didepannya menarik kami, um maksudku menarik Gwen dan aku ikut tertarik ke ruangan yang lebih terang menurutku itu dapur.

"Hei, Clair kenalkan ini pacarku." Ucapan Gwen membuatku mendongak.

DEG!

Dia.

Dia di depanku sekarang.

Dia mengulurkan tangannya kepadaku.
"Luke. Luke Robert Hemmings."

Promise » lhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang