"Yak hyung kau mau kemana? Kau berjanji mentraktir kami." tanya Hoseok saat Jin buru-buru meninggalkan lokasi photoshoot. Seokjin melihat membernya yang menatap curiga, mengira ia akan kabur.
"Aku harus pergi, makan saja sesuka kalian." kata Jin sebelum menyerahkan kartu kredit ke Jungkook yang berdiri tak jauh darinya.
"Wah jinjja? Ku harap kau tidak menyesal hyung." Sahut Jungkook yang memegang kartunya dengan mata berbinar.
Jin hanya mengangguk sebelum buru-buru meninggalkan lokasi. Ia bersyukur dirinya tadi membawa kendaraan pribadi, jadi ia tak perlu menunggu jemputan manajernya. Hal lain yang ia syukuri, ini sudah lewat jam 12 malam, jalanan menjadi lebih senggang jadi ia bisa sedikit ngebut.
Saat sampai di tempat yang dituju, ia bisa melihat Eumji yang duduk sendiri di halte bus sambil memeluk tas cukup besar di pangkuannya. Jin merasa bersalah karena membuat Eumji harus menunggunya sendiri di malam yang dingin begini. Wanita itu sudah mengirim pesan sejak beberapa jam yang lalu, saat Jin masih melakukan pemotretan bersama Bangtan. Namun Jin baru membukanya begitu ia selesai.
"Eumji-ya!" panggil Jin menurunkan kaca mobilnya. Ia memutuskan untuk tidak turun dari mobil, itu akan lebih aman. Eumji menatap Jin sejenak seolah memastikan sebelum berjalan mendekati mobil.
"Masuklah." ucap Jin membuka pintu di samping kemudi.
Dari jarak dekat begini, Jin bisa melihat wajah sembab Eumji, kemungkinan wanita itu habis menangis. Jin mengemudikan mobilnya dalam diam, ia merasa Eumji butuh waktu untuk menenangkan diri jadi dia tidak akan meminta penjelasan sekarang.
Setelah sampai di apartemen pun Eumji masih diam. Jin yang sebenarnya sudah gatal ingin bertanya menahan diri saat tak sengaja melihat air mata Eumji ketika ia mengulurkan segelas air hangat.
"Aku akan menyiapkan kamar tamu sebentar, itu kamar yang sempat kau gunakan sebelumnya. Menyusullah jika sudah kau tenang, hm?" Eumji hanya mengangguk.
Lima belas menit kemudian, Jin sudah selesai menyiapkan kamar tamu, sebenarnya ia hanya memindahkan beberapa barangnya yang tertinggal di sana lalu mengeluarkan selimut dan handuk baru dari penyimpanan.
Saat ia ke dapur, Jin menemukan Eumji yang meletakkan kepalanya di atas meja. Dari suara dan gerakan bahunya, Seokjin menebak wanita itu sedang menangis. Jin dengan ragu menarik kursi di depan Eumji.
Sepertinya Eumji menyadari keberadaanya karena wanita itu segera mendorong ponselnya ke arah Jin.
[Mereka tahu, lalu marah dan menyuruhku pergi. Aku tidak bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adik panti. Aku mengecewakan semuanya.]
Tulisan itu menjelaskan rasa penasaran Jin kenapa Eumji minta dijemput dini hari begini. Jin tidak tahu harus menanggapi bagaimana.
"Eumji, sama seperti kita yang butuh waktu untuk mencerna semuanya, mereka mungkin juga butuh waktu. Aku tidak bermaksud membela mereka, tapi mereka mungkin masih terkejut jadi belum bisa menerimanya. Suatu saat nanti, mereka pasti akan mengerti." ucap Jin pelan.
"Tapi jangan pernah salahkan dirimu, semua yang terjadi bukan salahmu. Ini pasti berat untukmu karena menghadapi situasi baru yang tidak terduga. Kau boleh merasa sedih dan terluka, bagaimanapun juga kau pasti berharap mereka akan mendukungmu menghadapi hal berat ini. Jadi ketika mereka menunjukkan reaksi yang berbeda, kau boleh merasa sedih karenanya. Memberku selalu bilang, tak apa menangis saat semuanya terlalu banyak untuk kau hadapi." Jin berharap ia bisa menerapkan itu untuk dirinya juga.
"Bisakah kau memelukku sebentar?" Jin mengangguk, bangkit dari duduknya lalu mendekati Eumji untuk memeluk wanita itu dari samping. Ini pertama kalinya mereka melakukan kontak fisik lebih secara sadar. Jin tahu, semua orang akan merasa lebih baik saat menerima pelukan di hari yang berat bagi mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Special Love
FanfictionSebagai kakak tertua, Jin merasa bertanggung jawab Mengalah dan mengorbankan bahagia untuk adik-adiknya Menekan ego dan perasaannya Berusaha selalu menghidupkan suasana Lalu menyimpan sulit dan lukanya sendirian Sampai ia bertemu seseorang Seseoran...