part 6

45 5 0
                                    

Kembali pada dunia pagi yang penuh tipu tipu, dimana seperti biasa sarapan pagi terlebih dahulu, dan keadaan kembali seperti semula di mana Deta yang sedang menyuapi Ano, dan si alien duduk anteng di tempat, ho sudah sadar rupanya, karena pemeran utama kita sudah diperbolehkan untuk sekolah, tentu saja seperti biasa bersama Deta menuju kelasnya.

Kelas yang awalnya bising kini hening, tentu saja karena seorang guru yang masuk dan seseorang yang ikut di belakangnya, hmm murid baru.

"Anak anak, kalian kedatangan, teman baru, ayo perkenalkan dirimu." Guru tersebut menoleh pada muridnya, masih berdiri tentu saja, tidak mungkin ia duduk sambil memperkenalkan muridnya.

"Rean"

Hah?

Semuanya melonggo, apa apan murid baru itu, lagi cosplay jadi tembok atau apa datar sekali.

"Itu saja?" Tentu saja hanya dibalas anggukan oleh rean, guru tersebut hanya mampu menghela nafas dan meyuruh muridnya duduk di tempat kosong.

"Minggir"

Baru datang, ngatur lagi, bukanya duduk di bangku kosong malah duduk ditempat orang, untung saja orang itu tak mempermasalahkannya, jika iya, mungkin sudah terjadi perkelahian sekarang, dan duduklah ia disini dengan antengnya tanpa beban.

"Kenapa?" ucap Rean entah pada siapa.

"Kenapa?" Ucapnya sekali lagi.

"Kenapa?" Kali ini ia menoleh pada teman sebangkunya itu.

Si empu yang dipanggil, oh dia tak peduli, masih asik dengan dunianya sendiri.

"Ano"

Si empu akhirnya menoleh juga, namun hanya sekilas, setelahnya kembali pada rutinitasnya, melamun tentu saja.

"Ano" kenapa pula ia harus sebangku dengan alien punggut ini, heh ia tak tahu dia dari mana, dan sekarang tengah mengganggunya, selalu saja ada orang yang mengganggunya melamun.

"Ano." Datanglah Deta dan kawan kawan setelah bel istirahat berbunyi.

"Murid baru Lo?" Tanya Adit, dia itu si pengamat, jadi jangan salah dia selalu memperhatikan teman sebangku Ano, dan kali ini orang yang berbeda, bisa saja kan dia murid baru.

Rean hanya menjawab dengan deheman.

"Hadeh," kalo ini Aldi yang menghela nafas, mengapa orang orang yang ia kenal tak ada yang beres.

"Ayo kekantin" Deta menarik tangan Ano dan tentu saja rean ikut dibelakang mereka bertiga, dirinya juga lapar, jadi ia ikut saja ke kantin.

"Adit pesen," ucap Deta tanpa beban, beginilah jika punya teman yang minus akhlak seenaknya saja, Adit berdiri dan tentu saja menarik Aldi ikut bersamanya.

"Siapa yang suruh?" Deta bertanya pada Rean yang saat ini duduk didepannya dan Ano yang di sampingnya.

"Kakek," jawab rean malas.

"Sejak kapan?" tanya Deta lagi, mengapa ia tak tahu, atau hanya dirinya yang tak tahu.

"Tiga hari yang lalu." Pantas saja Deta tak tahu tiga hari yang lalu ia ada tanding basket.

Rean kali ini menatap Ano yang sejak tadi terus melamun, apa anak itu tak cape melamun terus?

Ano? Ia bingung, kakek? Berarti kakenya juga kan? Lalu apa rean itu sepupunya? Tapi siapa, ia bahkan baru pertamakali melihatnya saat anak itu datang denga suara melengkingnya, dia itu sepupu dari ayahnya atau ibunya? Ia bahkan tak tahu, seingatnya saudara dari ayahnya ada, ada berapa? Lalu saudara ibunya? Apa ini apakah ia tiba tiba amnesia sekarang? Siapa, siapa saudara ayah adan ibunya, apa orang didepannya ini beneran sepupunya.

Iel

Shhh

Kepalanya mendadak sakit.

Deta yang mendengar ringgisan itu segera memeriksa keadaan adiknya, apa luka kemarin masih terasa sakit baginya? Harusnya ia tak mengijinkan adiknya ini pergi sekolah.

Ano segera memeluk Deta erat, ini sakit, ia belum pernah merasakan sakit yang begitu terasa, luka goresan kemarin saja tak terasa baginya, lalu mengapa sakit di kepalanya begitu terasa.

Deta hanya mengelus punggung adiknya itu, entahlah semoga rasa sakit yang dirasakan adiknya itu menghilang.

Iel

Shhh

Kali ini Deta yang meringis, entah mengapa tiba tiba ia merasakan sakit di kepalanya, tapi mengapa, ia merasa tak ada masalah dengan tubuhnya, lalu? Ia juga cukup istirahat belakangan ini.

Ano semakin mengeratkan pelukannya, rasa sakitnya tak kunjung reda malah semakin parah.

"Napa tuh?" Aldi yang baru saja selesai memesankan mereka makanan, menaruh makanan itu di hadapan mereka.

Deta menggeleng, ia juga tak tahu mengapa, pelukan Ano semakin kencang, apa begitu sakit?

"Sa-kit," lirih Ano dan perlahan pelukan sudah tak seerat tadi.

"Ano," Deta yang panik kini mengguncang tubuh Ano, setelah ia mendengar nada lirih dari adiknya itu, untuk kedua kalinya ia melihat adiknya pingsang didepannya, bahkan kali ini berada dipelukanaya.

Sshh

Ngiiiingg

Telinganya berdengung, dan detik berikutnya ia tak tahu apa yang terjadi semuanya gelap.

Kedua temanya itu dilanda panik tentu saja, Deta yang jarang sakit pinsang didepannya, Rean yang minim ekspresi itu juga dilanda panik, ia tak pernah berada di situasi seperti ini, bahkan semua penghuni kanting juga ikut terkejut melihat kejadian ini.

"Bantuin angkat woi," Aldi yang sadar akan situasi memapah tubuh keduanya tentu saja dibantu yang lain, dan membawa mereka ke UKS.

Mereka bertiga saat ini berada di UKS, menjaga Deta dan Ano tentu saja, yang tak kunjung bangun hingga dua jam lebih, bahkan sudah hampir waktu pulang sekolah, namun keduanya masih belum bangun juga.

"Harus di bawah kerumah sakit keknya." Aldi tak tahu lagi harus bagaimana, setaunya orang pingsang tak akan lebih dari sejam, jika seperti ini harusnya mereka membawanya kerumah sakit kan?

Rean yang mendengar itu kembali fokus pada ponselnya.

Tak lama setelahnya langkah yang tergesa gesa terdengar, sepertinya mereka sudah tiba, dan benar saja mereka segera masuk keruangan itu Tampa banyak bertanya langsung mengangkat keduanya dan segera membawanya ke rumah sakit, Rean juga ikut tentu saja, Aldi dan Adit juga namun kadunya mengunakan motornya masing masing.

Disinilah mereka semua sedang menunggu keduanya yang tengah diperiksa dokter.

"Apa yang terjadi? Mengapa mereka bisa seperti ini" Sean membuka suara, ia harus tahu apa penyebab kedua adiknya seperti itu, jika itu Ano ia tak akan heran, karena belakangan ini memang kondisi Ano seperti itu, namun Deta? Bagaimana bisa adiknya yang selalu baik baik saja tiba tiba pingsan seperti itu.

Adit dan Aldi kompak menggeleng, kedua tak tahu penyebabnya karena begitu sampai mereka berdua sudah pingsang, tatapan keduanya kompak menoleh pada Rean, meminta penjelasan.

Rean mengelamg ia juga tak tahu mengapa keduanya bisa pinsang, ia hanya mengobrol ringan tadi, apa mengobrol bisa membuat orang pinsang?

"Tidak tahu, Deta hanya bertanya mengapa aku bersekolah disana, setelah menjelaskan semuanya, Ano tiba tiba peluk Deta dan keduanya pinsang," jelas Rean, ia sudah menjelaskan situasi dengan benar bukan?

Semuanya hanya bisa menghela nafas setelah penjelasan rean, itu tak mungkin terjadi, kejadian macam apa ini?

Dokter itu keluar dari ruanganya, nampaknya telah selesai memeriksa keduanya.

"Bagaimana?" Si paman bertanya setelah melihat dokter keluar dari ruanganya.

"Keadaan ...


























Next...
Waktu yang tak ditentukan

Paling cepat sebulan paling lama 5 bulan, mungkin?
Maaf yaa, mau benerin alur dulu, berasa aneh ngk sih ceritanya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang