Yudha baru saja kembali ke ruangan kerjanya setelah makan siang. Saat ia mengambil handphonenya yang ia taruh dalam tas, Yudha tertegun. Ada 25 kali panggilan tidak terjawab dari Anastasia.
Yudha pun jadi terdiam. Ia bingung harus berbuat apa. Ia tidak ingin berurusan lagi dengan Anastasia namun ia pun gak tega kalo harus terus-terusan nyuekin Anastasia. Yudha pun berpikir keras. Dan akhirnya dengan kesal, ia meletakkan hapenya di meja, yang artinya dia memilih untuk tidak berbuat apa-apa.
Sementara itu Anastasia sedang duduk sendiri di dalam kelas. Ia bener-benar bingung harus berbuat apa lagi.
" Kenapa Om Yudha gak angkat-angkat telepon gue ya? " kata Anastasia dengan wajah resah.
Yudha sendiri masih terus berkutat dengan pikirannya. Lalu tiba-tiba ia teringat dengan Anastasia, dengan semua yang mereka alami bersamaa. Saat ia hanya berdua dengan Anastasia di rumahnya, itu membuat dia merasakan sesuatu yang aneh, yang selalu membuat jantungnya berdegup kencang setiap mengingat Anastasia. Senyumannya, gaya sok imutnya, sikap manjanya, selalu teringat dalam benak Yudha.
Yudha akhirnya berdiri dari kursinya. Dia udah memutuskan. Yudha mengambil handphonenya dan langsung menonaktifkannya. Itu sudah menjadi keputusannya.
Saat Anastasia mencoba untuk meneleponnya, ia benar-benar kecewa.
" Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif. " Malah operator yang menjawab panggilan Anastasia. Anastasia langsung meletakkan handphonenya diatas meja. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia benar-benar kecewa dengan Yudha.
Cyntia hanya bisa melamun di kamarnya. Ia terus melihat ke depan dengan tatapan yang kosong. Hal ini membuat Rina semakin khawatir dengan kondisi Cyntia.
" Cyntia, coba kamu ceritain sama mama, siapa yang bikin kamu sampai luka begini? " tanya Rina berusaha mencari tahu siapa yang telah melukai Cyntia. Namun Cyntia tetap tidak menjawab. Ia tetap terdiam sambil menatap lurus ke depan.
" Cyntia, kamu jangan kayak gini dong! Kamu itu bikin mama khawatir! " kata Rina yang udah gak tahan lagi dengan sikap Cyntia.
" Kayak mama peduli aja kalo aku kasih tahu siapa orangnya. " Cyntia mulai bicara.
" Ya mama pedulilah! Kamu kan anak mama! " Rina berusaha meyakinkan Cyntia.
" Lina dan Santi. Mereka musuh aku dari SD. Dari TK malah. Mereka yang ngerjain aku. Terserah mama mau apain mereka, " kata Cyntia dengan menatap mata Rina.
Rina pun hanya bisa balas menatapnya dan terdiam.
Jennifer, lagi-lagi, mengurung diri di kamar. Ia masih gak terima dengan keputusan papanya.
" Papa tuh bener-bener ngeselin! Belum pernah tahu gak papa sekeras ini. Masa cuma gara-gara Indah doang, papa jadi kayak gini sih? Emang papa pilih kasih! " Jennifer jadi ngomel-ngomel sendiri.
" Aaaaah, gue gak mau gak makan lagi kayak kemaren! Gue kan baru sembuh. " Ternyata Jennifer masih sayang juga sama dirinya sendiri.
" Mumpung papa sama mama lagi gak ada, gue keluar dulu ah! " Lalu Jennifer pun keluar dari kamarnya.
Saat Jennifer sampai di dapur, ia melihat Indah sedang mengambil kue di kulkas. Saat Indah menutup pintu kulkasnya, ia agak terkejut saat tiba-tiba melihat ada Jennifer.
" Suka ngemil juga lho ternyata, " kata Jennifer sambil melirik ke kue coklat ditangan Indah.
" Emang kenapa? Terserah gue dong! " Indah membela diri.
" Minggir loe! " usir Jennifer.
Indah pun langsung minggir dan mulai memakan kue coklatnya. Jennifer pun gak jauh beda, ia juga mengambil kue coklat yang sama. Lalu setelah menutup pintu kulkas, Ia pun mulai memakan kue itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Girls Story
Fiksi PenggemarKisah tentang enam orang cewek yang dipertemukan oleh takdir, bertemu di sebuah sekolah seni ternama di Jakarta, Famous Art High School. Di sekolah itu, mereka mengalami banyak pengalaman baru dan menarik. Mereka pun mulai bersahabat dan slalu bersa...