19.

1.4K 215 29
                                    

Di kediaman Xiao, nyonya Xiao duduk di depan TV sambil merapihkan kukunya.

"Ma, Zhan gege dimana?" Xiao Bao yang baru saja turun dari lantai atas, langsung menghampiri ibunya dan bertanya. Pasalnya ia tak melihat sang kakak sejak semalam dan pagi ini, pun sang kakak masih tak terlihat.

Nyonya Xiao melirik Xiao Bao dengan ekor matanya, lalu kembali menatap kukunya, ia meniup pelan kukunya yang indah dengan kutek berwarna merah muda. 

"Entalah. Gegemu sedang merengek seperti anak kecil. Biarkan saja, sedikit lagi juga dia akan pulang ke rumah." Jawab nyonya Xiao dengan acuh tak acuh.

Mendengar itu, Xiao Bao menghela nafas panjang dengan ekspresi tak senang.

"Ma, tidakkah Mama terlalu keras pada Gege? Gege belum pernah kabur dari rumah sebelumnya, apalagi sampai menginap di luar seperti ini!"  Lontar remaja berusia 15 tahun itu.

Nyonya Xiao terdiam sesaat dengan tatapan mata yang dingin, ia menatap lurus kedepan, lalu berbalik menatap Xiao Bao dengan ekspresi wajahnya yang datar.

"Baobao, kehidupan ini sangat keras. Kamu tidak akan berhasil kalau tidak berusaha. Mama tumbuh di keluarga yang sangat ketat, kami semua di wajibkan untuk menguasi segala teknik piano. Itulah yang di ajarkan kakek dan nenekmu pada Mama, jadi tidak ada salahnya Mama mengajari kalian, anak-anak Mama untuk pandai bermain piano juga, kan?" Nyonya Xiao berbicara dengan tenang tetapi ekspresi wajahnya terlihat tegas.

Mendengar itu, Xiao Bao mengepal erat tangannya. Entah kenapa, kali ini dia tak setuju dengan presepsi ibunya.

"Tapi Zhan ge juga berjuang keras Ma. Zhan ge pintar dalam semua mata pelajaran dan selalu menjadi juara. Kenapa Mama tidak mendukung bakat gege? 1 keluarga tidak harus memiliki bakat yang sama, Ma." Lirih Xiao Bao dengan suara rendah.

Nyonya Xiao mengerutkan dahinya. Ia berdiri dengan sedikit kasar dan maju beberapa langkah ke arah Xiao Bao.

"Baobao, Mama sangat menyayangimu, jadi jangan ikut campur dalam hal ini dan fokus saja dengan latihan piano. Mama punya hak untuk mendidik anak-anak Mama, agar kelak menjadi orang sukses. Kamu mengerti kan, sayang?" Ia mengelus pipi Xiao Bao dengan lembut, namun terasa penuh tekanan.

Xiao Bao mengepal erat tangannya. Tak banyak yang bisa ia lakukan karena saat ini, ia hanyalah seorang remaja yang bahkan baru memasuki masa pubernya.

Ia tak bisa membantah ibunya lebih banyak lagi.

"Baik, Ma."

Xiao Bao kemudian pergi ke ruang latihan sebab hari ini sekolahnya sedang libur.

Nyonya Xiao kembali duduk di sofa dengan wajahnya yang masih datar.

"Aku tidak pernah salah. Anak-anak jaman sekarang sangat keras kepala, ya."

☆☆

Di sekolah, jam istirahat tiba. Wang Yibo berdiri dengan cepat dan langsung berjalan keluar dari kelas. Anak-anak gadis yang melihatnya, menampakkan ekspresi heran karena ini pertama kalinya mereka melihat Wang Yibo keluar dari kelas dengan terburu-buru seperti itu, tepat setelah bel istirahat berdering.

Tidak hanya para gadis, Yubin sendiri, pun terkejut karena Yibo sudah tak ada lagi di tempat duduknya, padahal belum 1 menit berlalu sejak bel istirahat berdering.

"Hah? Kemana anak ini?" Yubin bertanya-tanya entah pada siapa.

"Hei Yubin, jadi main basket tidak?" Tanya seorang pria dari belakang.

Yubin menoleh dengan ekspresi bingung, "Entalah. Dimana Yibo? Kita harus mengajaknya." Jawab Yubin sembari bertanya.

Beberapa pria di belakang mengendikkan bahu mereka.

Accepting & Forgiving (Yizhan 🦁🐰/END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang