𖤓06⸙

46 11 1
                                    

ִ ࣪𖤐𖤓𐦍  "Kau yakin, Lorcan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ִ ࣪𖤐𖤓𐦍  "Kau yakin, Lorcan?"

Lorcan mengangguk pelan, sesekali matanya melirik sang adik yang tengah menangis. Noah duduk bersebelahan dengan Maisie, sedangkan Lorcan duduk di sebrangnya.

Suasana makan malam ini berubah tak enak karena Lorcan mengatakan akan pergi ke kota.

Máruel, kota yang tak pernah tidur di negeri ini. Karena pusat pemerintahan serta tempat berdirinya kastil, kota Máruel sangat amat di puja oleh beberapa orang yang tidak bisa tinggal di sana. Nama kota ini awalnya adalah Emeoseon, namun raja terdahulu mengubahnya menjadi Máruel karena Emeoseon di buat untuk nama negeri ini, untuk kerajaan yang agung ini.

Maisie dengan kedua anaknya tinggal di pegunungan Castiva, pedesaan yang cukup terpencil karena jaraknya yang jauh dari kastil.

"Aku akan sering mengunjungi kalian, aku berjanji."

Tangisan Noah pecah saat itu juga, putra bungsu Atwood itu berlari ke kamarnya sambil terisak pilu. Memberikan banyak rasa bersalah pada hati sang kakak.

"Temui aku di kamar."

Setelah membersihkan meja makan, Maisie pergi ke kamarnya dan di susul Lorcan.

Lorcan memperhatikan gerak-gerik ibunya yang tengah mencari sesuatu di dalam lemari. Matanya menangkap sebuah kotak berukuran sedang yang terlilit erat oleh kain berwarna hijau emerald.

Maisie mendudukkan dirinya di lantai, menarik tangan anak sulungnya untuk ikut duduk di sampingnya.

"Aku dan ayahmu sudah berjanji akan memberikanmu ini saat umurmu sudah menginjak 19 tahun, dan mungkin ini adalah waktu yang tepat untukmu mengetahuinya."

Maisie memberikan kotak hijau itu pada Lorcan. Maisie tersenyum lembut pada sang anak, wajah Lorcan tampak kebingungan.

Pelan namun pasti, Lorcan membuka lilitan kain itu hingga akhirnya ia bisa membuka kotak hijau itu.

"Mai? Kau yakin?" 

Maisie mengangguk pelan. "Bawa Araria bersamamu. Kau adalah takdirnya, Lorcan."

Dengan ragu Lorcan mengeluarkan Araria dari kotaknya, menatap kagum ukiran indah di setiap inci perak runcing itu.

"Bagaimana bisa belati semegah ini menjadi takdirku, Mai?" Tanya Lorcan. Tangan kanannya masih mengusap setiap inci belatinya. "Ini terlalu berharap untuk diriku, aku merasa tidak pantas."

"Takdir tidak mempunyai alasan tertentu untuk datang di kehidupan seseorang, Lorcan. Jaga Araria seperti ayahmu menjaga kita semua."

°
°
°

"Kau benar-benar akan meninggalkanku, ya?"

Noah menatap kakaknya dengan mata bengkaknya. Noah menangis semalaman, pagi ini ia bangun dengan keadaan pusing serta penglihatan yang kurang jelas.

EMEOSEON [HaruKyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang