one

133 12 0
                                    

ONE: Jumpa pertama, kesan pertama, dan keluhan pertama

• • •

Hima mengedarkan pandangannya semi melamun ke sekeliling bangunan rektorat, tempat pemberhentian kedua setelah menjelajah kampus tujuannya. Pagi-pagi sekali tadi, seluruh mahasiswa pertukaran dikumpulkan di lapangan asrama untuk dipecah menjadi kelompok yang lebih kecil atau yang dikenal sebagai kelompok Modul Nusantara. Kelompok yang nantinya akan selalu bersama-sama dalam berpetualang mengenal budaya nusantara di sekitar kampus tujuan.

Misi pertama mereka setelah dibagi kelompok adalah bertemu dengan Liaison Organizer (LO) mereka dan berkeliling Universitas Andalas kampus Limau Pauh yang terhampar seluas lebih kurangnya 500 hektare. Awalnya, mereka pikir itu hanyalah sebuah gurauan dari LO. Namun setelah berjalan cukup jauh, sepertinya itu bukanlah sebuah gurauan.

"Woi, Hima!"

Sebuah suara hadir membuyarkan lamunan Hima. Pemuda tersebut lantas berbalik badan untuk mencari tahu seseorang yang baru saja meneriakan namanya. Menurutnya, itu adalah salah seorang yang duduk dalam sebuah lingkaran. Orang-orang yang kala tadi berada di samping kiri dan kanannya saat berkeliling lingkungan kampus. Kelompok Modul Nusantaranya.

"Haduh, kalau mau jalan-jalan nanti lagi ya, Pak. Kita baru aja berhenti," cerocos Chaca, salah satu LO di kelompok Hima.

"Iya, Kak," balas Hima sembari berjalan menghampiri kelompoknya yang telah membuat lingkaran.

"Okay, sudah lengkap semua, ya," ujar Baruna seraya memeriksa kelengkapan kelompok. "Kalau gitu, kita kenalan yang beneran. Dari aku dulu deh..., nama aku Baruna Samudera, akrabnya dipanggil Baruna. Kali ini aku berkesampatan menjadi LO kalian bareng Kak Chaca. Salam kenal ya."

"Salam kenal juga, Bang Baruna!"

"Selanjutnya, mungkin bisa dilanjutkan Hima."

Hima melirik Baruna dengan wajah terkejut. "Eh, aku Bang?" tanyanya.

"Iya, coba perkenalkan nama, asal kampus, sama jurusan."

Hima mengangguk. Kemudian, ia menarik napas dalam seiring dengan menarik senyumannya. "Halo semuanya, perkenalkan aku Bahana Satria Himawan. Bisa dipanggil Hima ya, temen-temen. Aku dari Universitas Negeri Yogyakarta, jurusan PGSD¹."

"Pasti multitalenta ya, Mas?" tanya Kirei menanggapi perkenalan dari Hima.

Hima tertawa kecil. "Nggak juga, tapi gara-gara masuk PGSD harus bisa ini-itu," timpalnya.

"Yuk lanjut, sebelahnya Hima yang mungil," ujar Chaca.

Juan—seseorang yang berada di samping Hima celingukan seraya menatap teman sekelompoknya yang berada di sisi samping Hima yang lain. Ia memicingkan matanya untuk membandingkan kemungilan tubuhnya. "Emang aku mungil, ya?" tanya Juan dengan mengernyitkan keningnya.

Anggota kelompoknya mengangguk kompak. Juan makin mengernyitkan keningnya. "Ih, ya udah. Kenalin nama aku Juanda Dwi Pamungkas dari Universitas Merdeka Malang. Aku dari jurusan Psikologi," ujar Juan. "Oh iya, panggilannya Juan," tambahnya.

"Juju aja biar gemes," ledek Lilia.

"Yang lebih mungil diem deh," balas Juan sebal dengan melipat lengannya.

"Aku yang lebih pendek dari kalian aja diem," timpal Gita.

Baruna tertawa sekilas. Ia kemudian menutup mulutnya dengan tangan untuk menghentikan tawanya. "Okay, lanjut dulu deh perkenalannya. Ledek-ledekannya nanti lagi, biar kita cepet sarapan."

Lilia terkikik. Ini gilirannya berkenalan karena ia berada di sebelah Juan. "Halo, halo semuanya. Perkenalkan nama aku Chandrika Melia, biasanya dipanggil Lilia atau Lia. Aku dari Universitas Brawijaya, jurusan Sastra Inggris. Salam kenal semuanya!" ujarnya dengan sangat ceria.

Lilia kemudian menyenggol bahu seseorang di sampingnya. Seseorang tersebut kemudian mengangguk. "Sampurasun², aku Yupi dari Kesejahteraan Sosial, Universitas Pasundan," jelas Yupi. "Hanupis³," tambahnya seraya menyatukan tangannya.

"Singkat banget," ujar Gita menanggapi.

"Biar cepet sarapan, Teh," balas Yupi.

"Kalau gitu aku juga deh." Gita kemudian melirik ke semua teman kelompoknya yang ada di dalam lingkaran sambil melambaikan tangan. "Hai semuanya, kenalin nama aku Gita dari Ilmu Ekonomi UNPAD⁴."

Perkenalan terus berlanjut hingga dua puluh lima orang dalam lingkaran kelompok menyebutkan nama serta jurusan dan kampus asalnya. Selanjutnya, mereka beranjak pergi dari pelataran rektorat. Menuruni bukit rektorat dan terus berjalan sampai kembali lagi di lapangan asrama.

Baruna mengambil sekresek penuh yang berisikan sarapan dari motornya. Kemudian, ia membagikan sampai semua anggota kelompok menerima. "Udah dapet semua?" tanyanya memastikan.

"Udah, Bang."

Baruna mengacungkan jempolnya dan berkata, "Sip." 

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang