6: Undangan

262 43 13
                                    

Selama diperjalanan, baik kamu maupun Mycroft memilih untuk diam, terutama karena Mycroft bukanlah orang yang banyak bicara. Dia sengaja berjalan di belakangmu, raut wajahnya tenang namun waspada. Mycroft merasakan keberadaan orang lain yang mengikuti kalian berdua, sehingga dia memasukkan tangan kanannya ke dalam saku, merogoh pistol berwarna abu-abu yang siap digunakan kapanpun dibutuhkan.

Suara langkah kaki semakin jelas, bukan langkah kaki orang-orang yang sibuk berlalu-lalang dengan kesibukan masing-masing, melainkan langkah kaki yang teratur dan jelas menandakan bahwa sosok misterius itu mengikuti kamu. Mycroft semakin waspada, memegang pistolnya dengan erat.

"Nona Mountbatten-"

SRET-

Lelaki itu tercengang saat sebuah pistol ditodongkan ke arahnya, ujung pistol menempel pada keningnya. Bukan hanya satu, tapi dua pistol ditempelkan di keningnya. Dia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia bukanlah ancaman. Lelaki itu, Sherlock.

"Wow, wow, tenang-tenang. Aku ini bukan orang jahat," ucap Sherlock sambil menurunkan ujung pistol yang kau dan Mycroft todongkan dan menjauhkan wajahnya.

"Sherlock?!"

"Tuan Holmes?!"

Sherlock tersenyum geli, "Kamu cukup waspada ya, Nona?" Dia tertawa dan mengambil pistol dari tanganmu, "Tapi seorang wanita sebaiknya tidak bermain-main dengan senjata, lho."

Mycroft menghela napas, "Kenapa kamu mengikuti kami?" tanyanya.

"Kenapa? Tidak boleh?"

"Tidak," jawab Mycroft ketus. Hubungan keduanya memang tidak terlalu baik meski mereka saudara kandung.

"Ayolah, aku cuma ingin mengenal Nona muda ini." Dia mengangkat dan menurunkan alisnya, sementara kamu menatap jijik pada lelaki yang bersikap sok tampan ini. Mycroft, yang kesal dengan kelakuan adiknya yang kurang ajar, langsung mengetuk kepala Sherlock dari belakang.

"Bersikaplah sopan pada seorang wanita, Sherlock!"

"Apa? Aku tidak menyakiti dia- hei, kenapa kalian meninggalkanku lagi?!" Sherlock marah karena kamu dan Mycroft lagi-lagi mengabaikan kehadirannya. Orang-orang menatap heran pada kejadian di depan mata mereka. Padahal tujuan Sherlock ingin mengulik informasi tentang kamu, tapi malah digagalkan oleh Mycroft.

Sherlock kembali ke kediamannya dengan kepala penuh tanda tanya, salah satunya memikirkan bagaimana ia akan membayar sewa sebelum diusir oleh Nyonya Hudson. Namun, yang lebih menarik perhatiannya adalah wanita yang baru saja ditemuinya. Dari penampilannya, sudah jelas bahwa dia seorang bangsawan. Sherlock menemukan tingkahnya cukup menggemaskan, terutama saat wanita itu marah karena Sherlock mengangkat payungnya, membuatnya sulit dijangkau.

"Oh ya, payungnya masih ada padaku," gumam Sherlock sambil menatap payung berwarna biru muda dengan corak bunga ungu di tangannya. Awalnya, Sherlock berniat untuk mengembalikannya, tapi Mycroft segera membawanya menjauh sebelum ia bisa melakukannya, karena dia bercanda dengan sikap sok genitnya.

Sherlock tidak mengerti bagaimana bisa kamu begitu dekat dengan kakak laki-lakinya, Mycroft, padahal Mycroft adalah sosok yang kaku dan membosankan. Tidak mengherankan Mycroft mendirikan klub khusus laki-laki bernama Diogenes Club, tempat yang isinya para pria yang membosankan karena mereka tidak suka bergaul.

"Ya ampun, mengapa tidak ada yang meminta bantuan dariku untuk menyelesaikan kasus?" keluh Sherlock. Dompetnya sudah kering kerontang, tetapi Sherif belum meminta bantuan Sherlock untuk menyelesaikan kasus, dan Nyonya Hudson sudah marah-marah karena Sherlock belum membayar uang sewa.

oOo

Kamu menenggelamkan wajahmu ke dalam lipatan tangan begitu tiba di rumah. Baru saja kamu mengetahui bahwa Mycroft memiliki saudara kandung - seorang mahasiswa yang juga detektif swasta. Kamu belum begitu tahu sejauh mana kehebatan Sherlock, namun namanya cukup terkenal meski dia masih baru sebagai seorang detektif. Selama perjalanan, Mycroft bercerita bahwa adiknya ini sangat cerdas tetapi juga malas - suka menunda pekerjaan atau bahkan langsung beralih ke pekerjaan lain padahal pekerjaan sebelumnya belum selesai.

Kamu mendengar suara pintu kamar diketuk, "Nona Mountbatten, bisakah saya masuk?"

"Silahkan!"

Kamu menoleh, kepala pelayanmu tersenyum padamu sambil membawa nampan berisi sebuah surat dengan stempel lilin merah yang dicap dengan logo keluarga sebagai segel.

"Ada surat untuk anda, Nona," ucap sang kepala pelayan seraya menyerahkan surat tersebut kepadamu. Kamu mengambil surat itu dan mengamatinya dengan seksama, merasa familiar dengan logo surat tersebut.

"Tunggu dulu, aku merasa familiar dengan logo ini." Logo dengan gambar naga dan griffin di sisi perisai, serta tulisan "Je crois en moi" yang artinya "Aku percaya pada diri sendiri". Hanya satu keluarga yang memiliki logo seperti itu - keluarga Moriarty.

"Untuk apa mereka mengirimiku surat?" Kamu membuka surat itu dan membacanya dengan hati-hati. Isinya adalah undangan untuk minum teh pada hari Sabtu pagi. Kamu tidak menyangka tiba-tiba mendapat undangan pesta minum teh dari mereka.

Sudah lama kamu tidak bertemu dengan mereka karena kesibukanmu. Kamu menulis surat balasan bahwa kamu bisa menghadiri undangan mereka untuk minum teh pada hari Sabtu pagi, dan menambahkan stempel lilin bercap logo keluarga Mountbatten: sebuah singa di samping kiri perisai dan seekor unicorn di samping kanan, dengan burung merpati di tengah perisai dan hiasan mahkota mewah di atasnya.

Kamu memberikan surat tersebut kepada kepala pelayanmu, "Tolong kirimkan surat balasanku kepada Tuan Moriarty."

"Dimengerti. Saya akan mengirimkan surat ini melalui tukang pos," jawab kepala pelayan itu sambil berjalan keluar dari kamarmu.

"Aku tidak sabar berjumpa kembali dengan mereka."

***

A Shot in the Heart「Moriarty the Patriot 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang