1 Aska

228 18 2
                                    

Happy reading....








16 tahun kemudian

Seorang anak laki² yang lucu dengan mata bulat yang lentik, hidung mancung dan bibir merah ceri alami sedang berdiri di salah satu pojok ruangan.

"Aska.. aska kenapa sih kamu buat ulah mulu? Bapa sampe cape ngurusin kamu"

"Yeeee bapanya aja kali yang terlalu perhatian"

Anak bernama aska itu masih terus saja menjawab apa yang kepala sekolah katakan

"Aska kenakalan kamu saat ini sudah fatal bahkan hampir menghilangkan nyawa seseorang, kamu ngerti ga?!"

Sang kepala sekolah yg bernama dodit masih terus berusaha menasehati anak nakal di hadapan nya.

"Pa.. chandra duluan yg mulai pa.., saya.."

"Cukup! Kamu selalu saja menjawab, saya ga mau tau pokoknya panggil orangtua kamu kesini"

Aska sedikit terkejut
"Janganlah pa.. kasih hukuman aja deh ya pa ya.."

Tokkk... Tokkk... Tokk...

Sebuah ketukan melerai pertengkaran mereka, pak dodit kembali menatap aska tajam

"Saya sendiri sudah memanggil orangtua kamu aska"

Pa dodit membukakan pintu, sedangkan aska masih berdiri dengan dengan dengan perasaan yang campur aduk

"Selamat siang bu kinan, silahkan masuk"

Wanita cantik yang terlihat masih sangat cantik di usianya masuk dan duduk, ia menatap sang anak yang masih berdiri di pojokan dengan kepala menunduk.

"Maaf bu kinan, bisa kita mulai?"

"Tentu pa"

Kinan memutus tatapan nya dari sanga anak dan menatap sang kepala sekolah

"Begini bu, aska anak ibu melakukan sesuatu kepada teman nya yg bernama chandra dan membuat lengan nya patah"

Kinan cukup terkejut, ia tau anaknya memang nakal namun ia juga tau jika aska tidak akan melakukan sesutu tanpa sebab

"Memang apa yang aska lakukan pa?"

Pak dodit terlihat menghela nafas sebentar

"Aska mendorong teman nya dari tangga bu, untung nya aska mendorong saat anak tangga tersisa 2 namun itu tetap membuat tangan chandra patah, dan dengan berat hati kami mengskor aska selama 1 minggu, mohon maaf sekali lagi bu"

Mendengar penjelasan sang kepala sekolah membuat kepalanya pening seketika, ia usap wajah ayu nya dan menatap sang anak geram.

"Baik pak terima kasih, saya akan mebawa aska pulang sekarang, permisi"

Kinan menghampiri sang anak dan segera menarik lengan nya kasar menuju parkiran

"Masuk!"

Tanpa membantah aska masuk dan segera duduk di kursi belakang, karena di sampin kemudi sudah ada mba desi (asisten kinan)

Sepanjang jalan hanya ditemani oleh keheningan, bahkan desi yang berada di antaranya merasakan hawa yang tidak biasa.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang, namun aska merasa jika ini bukan jalan yg biasa ia lalui

"Kita kemana bun?"

Hening..
Tidak ada kata apapun yang keluar dari bibir kinan, ia tetap melajukan mobilnya hingga hingga tiba di parkiran sebuah rumah sakit.

"Kok kesini bun?"

Masih tidak ada jawaban, desi yang mendapat tatapan bertanya dari aska pun hanya menggeleng.

Detak Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang