"Eugh" lenguhan terdengar dari bibir seorang gadis yang berpakaian sederhana.
"Bukannya aku sudah mati yah?" tanyanya kepada diri sendiri sambil menatap sekitarnya, yang ternyata adalah rumah yang sangat sederhana.
"Aku juga di mana? Bukannya aku seharusnya udah mati karena di bunuh Azra?!" bingungnya tapi seketika matanya membola saat melihat penampilannya, dan tempat yang dia tempati sekarang.
"Ini?? Ini pasti hanya mimpi kan?" tanyanya tidak percaya sambil mencari cermin, dan betapa terkejutnya saat melihat wajahnya sekarang di cermin.
"Aku kembali ke masa lalu" ucapnya tidak percaya, tapi sebuah senyuman tiba-tiba muncul di bibir gadis itu.
"Aku saat ini masih berumur 15 tahun, jadi sebentar lagi aku akan daftar ke akademi dec'res" girangnya dengan rencana yang tersusun rapi di otaknya.
"Baiklah karena aku kembali ke masa lalu, maka aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan kedua ini, dan menaklukkan dunia dengan mudah"
"Dan tentu dengan bantuan Azra" lanjutnya, sambil memikirkan kehidupannya dulu sebelum kembali ke masa lalu, saat dimana Azra yang terlihat gagah dengan elemen kegelapannya menghabisi semua orang yang menindasnya di masa lalu dengan kejam, termasuk dirinya yang juga di bunuh oleh Azra.
"Ahh dari pada si pangeran mahkota yang lemah, Azra jauh lebih tampan dan kuat daripada Zen!! Maka aku harus membuat Azra jatuh cinta kepadaku dan membuat Azra menuruti semua keinginanku, bahkan untuk menaklukkan dunia sekalipun pasti akan di turutinya"
"Tapi bagaimana kalau dia menolakku?"
"Kalau seperti itu aku akan memberikan dia kasih sayang, kan dia butuh kasih sayang seseorang" bahagianya dengan idenya sendiri.
"Baiklah selama di akademi aku harus berusaha melatih elemen cahayaku, bukan mesra-mesraan sama pangeran tidak berguna seperti Zen" rutuknya saat mengingat kehidupannya dulu yang di butakan oleh cinta dari pangeran tidak berguna itu, tapi itu dulu dan sekarang dia sudah sadar.
"Baiklah Alea ayo kita mulai kehidupan ini dengan lebih baik lagi!! Dan menjadikan Azra sebagai milikmu" semangat gadis itu yang ternyata bernama Alea.
Beberapa bulan kemudian, pendaftaran untuk murid yang akan masuk ke akademi sudah di mulai, dan sekarang Vea dan Xavier sedang menuju ke tempat pendaftaran dengan tangan Xavier yang menggenggam erat tangan Vea, dan juga topeng yang terpasang di wajahnya, sedangkan Vea menggunakan cadar untuk menutupi wajahnya.
"Vea~" panggil Xavier dengan manja sambil menatap Vea dengan cemberut.
"Aku tidak mau masuk akademi" ujar Xavier saat sudah di tempat pendaftaran, sambil memeluk tubuh Vea erat dan menumpukan kepalanya di bahu Vea.
"Lah? Tadi kan mau, cepet masuk nanti telat loh" balas Vea sambil melepaskan pelukan Xavier, membuat wajah Xavier menggelap, karena apapun sekarang dia tidak mau berjauhan dengan Vea walau hanya beberapa menit.
"Ayo pulang saja" ajak Xavier sambil menarik tangan Vea, tapi Vea langsung melepaskannya.
"Apa ka-"
"Aku tidak peduli balas dendamku!! Yang aku pedulikan sekarang adalah bersama denganmu Vea, walau aku aku harus mengubur niat balas dendamku untuk sekarang, tapi lain waktu pasti aku bisa membalas mereka" ujar Xavier sambil menangkup pipi Vea dan menatap Vea penuh kelembutan.
"Kamu harus masuk akademi Vier" mendengar itu langsung saja Xavier menolak dengan tegas.
"Tidak perlu masuk ke sana, aku tidak mau berjauhan denganmu Vea~" ucap Xavier dengan rengekan di akhir kalimatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vea~
FantasyZacora Atlanta atau biasa di panggil Ora, bertransmigrasi ke dalam tubuh gadis kecil yang masih berusia 5 tahun bernama Arnovea Rosellin H. Di kehidupan keduanya, dia bertemu dengan antagonis pria yang sangat kejam saat dewasa nanti dan mendapatkan...