26. Lost Memory

115 16 0
                                    

2 Minggu Kemudian...

Gevario dengan setia menunggu Bulan selama 2 minggu lamanya, menanti sang kasih siuman meski ia tidak tahu nanti ingatannya akan tetap normal atau

Hilang

Kini Gevario baru saja dari minimarket dengan membawa stok persediaan cemilan jaga-jaga kalau waktu yang ia butuhkan untuk menemani Bulan semakin lama.

Tapi sepertinya tidak, Bulan terlihat menatap sekitar dengan tatapan sedikit linglung(?)

"Hai, udah bangun?"

Bulan menoleh menatap kearah Gevario yang mendekatinya sambil mengeluarkan roti selai blueberry dan juga susu cokelat tapi yang Gevario terima hanyalah tatapan bingung serta kedua halis yang berkerut.

"Siapa? Kok tau gue suka roti isi blueberry sama susu coklat?"

Gevario yang baru saja menaruh kantong plastik dilemari nakas, tangannya merosot lemas dengan tatapan sulit dipercaya.

"Gak inget siapa kakak?"

"Kakak? Kakak gue cuma Rion aja bang, mana Rion Ezra sama Raidan?? Kok gue ada disini?? Lo siapa bang? Kenapa cuma lo aja ada disini??"

Nafas Gevario tertahan ditenggorokan mendengar perkataan Bulan yang hanya mengingat ketiga teman temudanya ketimbang mengingat dirinya.

Bahkan dadanya terasa sesak mendengar Bulan menggunakan kata lo-gue seperti awal ketika mereka bertemu pertama kali bahkan gaya bicaranya terdengar seperti berbicara kepada orang asing

"Tu-tunggu, gu-gua telpon mereka dulu"

Gevario berusaha tidak menatap Bulan agar gadis kesayangannya tidak khawatir melihat matanya yang sudah berair dan memerah meski Bulan bisa mendengar suara Gevario yang terdengar parau dan bergetar.

Gevario berjalan keluar tanpa ada berbicara kembali membuat Bulan sedikit kebingungan dengan gelagat Gevario, karena ia tidak ingat apapun.

Disaat waktu yang tepat, Gevario baru saja hendak menutup pintu berpapasan dengan Rion, Ezra dan Raidan menatapnya dengan tatapan terkejut.

"Kenapa nangis bang??" -Ezra

"Bulan gimana??" -Rion

"Loh??" -Raidan

"Ka-kalian dicari, masuk gih biar kalian tau jawaban kenapa gua nangis"

Setelahnya Gevario berjalan sendirian menyusuri lorong rumah sakit dengan perasaan tak karuan, sedangkan yang termuda hanya saling pandang panik dan penasaran.

Setelah ketiganya masuk disambut senyum hangat oleh Bulan membuat ketiganya saling pandang kebingungan.

"Abang! Ezra! Idan!!"

Ketiganya kini sedikit kaget mendengar Bulan memanggil Raidan dengan nama panggilan yang ia buat saat masa mpls dahulu bahkan Raidan sendiri sudah melupakannya.

"Itu kan nama panggilan lo? Bahkan Bulan aja udah lupa kayaknya kok bisa inget lagi??" -Rion

"Jangankan dia bang, gua aja udah lupa kapan nama itu dibuat" -Raidan

"Jangan-jangan??" -Ezra

Rion langsung tergesa-gesa menghampiri adiknya yang masih tiduran dengan senyuman yang belum luntur sambil berusaha menyembunyikan rasa sakit dan tatapan khawatirnya terhadap sang adik.

"Dek, lo inget gak siapa yang nemenin lo tadi disini?" Tanya Rion to the point

"Siapa? Yang tadi?? Gatau, tiba-tiba nyebut dia sendiri kakak padahal kakak gue cuma lo bang"

Bahu Rion melemas dan langsung menoleh ke Ezra dan Raidan yang tidak begitu jauh dari ambang pintu dengan wajah nanar disertai gelengan kecil.

"Ga-gapapa, jangan dipaksa nanti juga sembuh sendiri meski gatau kapan"

Ezra berucap dengan nada pelan disertai senyuman tipis berjalan mendekati Bulan dan Rion berada disusul Raidan dibelakangnya.

"Kenapa?? Gue perasaan baik-baik aja kok?" -Bulan

"Bulan, lo cuma inget kita bertiga doang setelah insiden 2 minggu yang lalu" -Ezra

"Gue lupa" -Bulan

"Zra, udah stop biarin aja nanti inget sendiri" -Raidan

"Tunggu ya dek, gue panggil dokter dulu"

Rion bangkit lalu berjalan keluar mencari dokter sedangkan Ezra dan Raidan mengalihkan suasana dengan cara membahas topik lain supaya Bulan tidak mengingat kembali soal mimpinya yang bisa menganggu ingatannya.

Rion kembali bersama dokter saja namun didepan kamar sudah ada Gevario, Karvino, dan Aslan dengan kantung mata yang terlihat sudah sembab. Ketiganya enggan masuk karena tidak mau membuat Bulan kesakitan mengingat siapa mereka.

"Bulan mengalami hilang ingatan dan ingatannya ini terhenti dimasa awal ia bersekolah, memang bukan permanen tapi sepertinya membutuhkan waktu lama untuk mengembalikannya dan soal kesehatannya Bulan bisa pulang nanti karena sudah membaik tapi harus tetap memakai kursi roda"

Pintu sengaja dibuka supaya Gevario, Karvino dan Aslan bisa mendengar apa yang diucapkan dokter.

"Mau gamau kasih tau Jefran, tapi kita harus tetep kasih kabar Bulan ke dia biar gak khawatir"

Aslan berkata dengan suara lemahnya dan sedikit parau membuat Karvino mengangguk lemah namun Gevario menggeleng kuat

"Kita harus kasih tau Jefran bang, kasian dia udah berekspetasi lebih soal Bulan eh dia disini malah hilang ingatan"

Aslan berusaha menjelaskan agar Gevario paham dan mau membiarkan Jefran tahu akan hal ini meskipun ketakutannya kan terjadi.

"Gua takut dia jadi kena imbas yang disini, gua sebagai yang tertua gamau liat senyuman Jefran jadi gaada karena kejadian ini"

"Tapi ini udah takdir bang, kita gabisa sembunyiin ini terus"

Gevario terdiam mendengar perkataan Karvino yang sedikit meninggi, setelah dipikir kembali juga memang ada benarnya apalagi Bulan sudah diikat secara tidak langsung oleh Jefran.

"Soal ketakutan lo, kita tanganin bareng bang lo jangan ngerasa sendiri oke? Ada kita disini yang ikut terpuruk liat Bulan"

Gevario menghela nafasnya sambil menatap ke dalam melihat ketiga teman termuda mereka tengah tertawa riang mengajak Bulan bercanda tanpa mengingat ketiganya disini sedikitpun lalu kepalanya mengangguk lemah sebagai jawaban persetujuan Aslan dan Karvino.

"Tapi kita tetep kabarin Jefran secara diem-diem, gua gamau keberadaan kita ke ganggu"






Bersambung....

My Intel Boy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang