[][][]
Jalan besar yang menjadi perbatasan antara desa dengan kota Jirakarta malam itu lengang. Berkebalikan dengan isi pikiran si pengemudi yang berisik. Bahkan lebih berisik dari pengeras suara di acara perpisahan taman kanak-kanak yang baru saja ia dan keluarga kecilnya hadiri.
Kegundahan Indranila tercetak jelas dari wajahnya yang menegang sejak mobil yang dikemudikannya keluar dari area perbatasan yang sepi. Kembali berbaur di keramaian kota.
Pria dengan setelan jas putih di kursi kemudi mengetuk-ngetukkan jarinya pada setir, membuat kebisingan kecil. Sementara wajahnya bergeming memucat. Mungkin karena efek muntah tadi.
"Papi sakit ya?"
Ekspresi Indranila buyar sesaat kala mendengar pertanyaan itu mencelus dari sang putri yang duduk bersebelahan dengannya. Satu helaan napas terdengar, "Enggak, sayang," sangkalnya. Terselip nada pedih di celah kalimatnya.
Ada desiran aneh yang merayapi rongga dadanya saat sepasang tangan kecil milik Keyna bergelayut manja pada lengannya. "Key ngantuk, mau bobo," lapornya seraya mengusap mata dengan lesu. "Ayo cari jalan pintas biar cepat sampai di rumah."
Indranila hanya bisa tersenyum atas permintaan putri semata wayangnya. Tentu saja ia tak akan pernah bisa menolak permintaan sosok paling berharga buatnya itu. Tangannya yang bebas mengusap kepala Keyna penuh sayang.
Indranila melirik istrinya yang sudah terpulas di jok belakang, lalu berganti pada gadis cilik berumur tujuh tahun yang bersandar manja di sebelahnya. Indranila melepas kacamatanya, mengusap matanya yang berembun.
"Oke," Indranila mengiyakan, terlambat beberapa detik. "Jalan pintas biar cepat sampai ke rumah. Sesuai permintaan Princess Key." Dikenakannya kembali kacamatanya saat mobil hitam di depan mereka kembali merangkak beberapa meter. Tangan bersiaga di setir, siap memutar arah ke jalan pintas yang lebih sepi.
Sepi, seharusnya. Bukan klakson panjang yang hampir membuat tuli. Bukan juga suara tabrakan dan teriakan melengking.
“KEY!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Urai
Fantasy"Aku justru lebih suka kalau kamu mati, Key." -- Hidup Keyna baik-baik saja sebelum Kencana hadir. Lelaki itu menginginkan kematian Keyna, dan berharap bisa menemukan 'sesuatu' yang -menurutnya- membantu Keyna hidup sampai sekarang. Apa yang terja...