Sepasang suami istri duduk berdampingan dihadapkan seorang pria yang duduk di depan mereka di dalam VIP Room sebuah restoran bernuansa klasik. Ketiganya berpakaian selayaknya petinggi angkatan udara dan polisi. Jo San yang terlihat sangat gagah dengan seragam resminya, Rinata yang tetap anggun meskipun seragamnya berbanding terbalik dengan kondisi perutnya, serta seorang pria yang memamerkan lencana Marsma angkatan udara.
Aura pria itu terpancar sangat jelas. Seorang Marsma pun wajahnya bisa lebih muda dari tahta pemegang petinggi militer. Jin Hu, pria berumur 6 tahun lebih tua dari Jo San memiliki kharisma yang mematahkan rekor, seorang pejabat tinggi dalam angkatan udara pun bisa dimiliki oleh pria berumur 46 tahun. Walaupun umurnya terpaut semakin tua, wajahnya akan menipu banyak orang. Itu juga berlaku bagi Jo San.
Jin Hu menggaruk alisnya. "Kalian kerabat ku yang paling setia." Dia beranjak dari kursi, berjalan menuju jendela kemudian bersandar secara menyamping agar kedua matanya tak kehilangan pemandangan luar dan pemandangan sepasang suami istri yang mengikuti kemana langkahnya.
"Bahkan kalian rela mati, terluka, atau mengorbankan seseorang hanya untuk mengabdi kepadaku."
Jo San bersiap. "Sudah sepantasnya, saya mengabdi kepada Bapak bahkan saya gugur."
Jin Hu tertawa kecil. Tawanya memecah belah keheningan yang sedikit terasa di di ruangan bernuansa klasik.
"Santai saja. Kali ini kalian tidak perlu mengorbankan nyawa kalian lagi."
Jo San dan Rinata menujukan pandangannya pada Jin Hu. Mereka sama-sama terdiam beberapa saat, berusaha menelaah kalimatnya.
"Maksud Bapak?" tanya Rinata berhasil membuka suara.
Jin Hu tertunduk. "Terkadang, aku terus merasa bersalah bahwa aku selalu membohongi Ayahku. Membuat kalian sama-sama jatuh ke jurang sampai hampir mati. Tapi di satu sisi, bukankah kita impas? Aku juga mati-matian mempromosikan dirimu hingga berada di titik ini. Dan aku juga mati-matian mendapatkan jabatan ini dari Ayahku sendiri. Jadi kesimpulannya,"
"apa kau merasakannya juga?"
Jin Hu menorehkan perhatiannya pada mereka, menanti sebuah jawaban atas pertanyaannya.
Jo San mengembuskan napas. "Ya, pak. Saya tidak merasa keberatan sama sekali atas tugas yang selama ini saya jalankan. Karena sudah sepantasnya saya sebagai prajurit mengabdi kepada negara atas perintah dari Marsekal dan juga Bapak."
"Bagus. Itulah mengapa Ayahku juga menyukaimu."
"Tapi..." sekali lagi, kalimatnya membuat keduanya saling melemparkan tatapan. "Kali ini tugas kalian benar-benar diluar dugaan. Jauh dari yang semestinya."
"Tugas apa itu, pak?" Jo San ragu-ragu bertanya.
"Namun, sejauh mana kita melakukan tugas bersama-sama, aku tidak pernah menjawab, mengapa sampai saat ini aku tidak memiliki pendamping."
"Lily Winata." Lanjutnya sambil tertawa kecil.
Lantas, keduanya sama-sama terbelalak mata mendengar nama Lily Winata menjadi sasaran sebuah 'Tugas'.
Rinata ketakutan, "M-Maksud Bapak?" kepanikannya tidak bisa ia tahan.
Ia seakan mengulur waktu untuk menjawab. Sehingga menciptakan keheningan yang penuh tanda tanya.
"Apa aku boleh mencintainya?" Jin Hu menyeringai menatap wajah ketakutan Rinata.
"Sangat tidak masuk akal jika kalian ku tugaskan, sebagai orang yang membuatnya jatuh cinta kepadaku. Apalagi kau, Inspektur Lily Rinata."
Rasa takut yang menyambar perlahan menghilang, digantikan tawa pecah yang memenuhi seluruh ruangan menutupi rasa takut mereka. Tetapi, tawa itu terjadi hanya sesaat.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Walkman To Secret
Romansa(18+) Cerita fiksi ini mengandung unsur konten dewasa, kekerasan verbal/fisik, serta pelecehan seksual. Dimohon kepada para pembaca yang sekiranya masih di bawah 18 tahun, untuk mengikuti prosedur yang tertera. Saya menyarankan para pembaca di atas...