BAB.14

856 16 2
                                    


Hedrawan naik ke bangku kayu dengan tubuh gemetaran. Ia bersiap- siap. Dengan pandangan kosong. Kepalanya berloncatan wajah cantik Soleka. Senyum perempuan itu mengambang bahagia dipelupuk matanya. Kedua tangan Soleka merentang terbuka. Menyongsong ke arahnya.
" aku datang Soleka" kata Hedrawan lirih.
Lelaki itu berdiri diatas bangku kayu didalam kamar tidurnya. Tangannya memegang tali tambang yang mengantung diatas plafon. Ia harus pergi menyusul isterinya Soleka. Ia mengikatkan tali tambang ke lehernya tanpa menunggu waktu lagi ia menedang bangku dibawah kakinya hingga bangku kayu itu terbalik dan jatuh. Tubuhnya merosot ke bawah. Tidak ada tempat pijakan . Tali tambang jemuran itu menjerat lehernya secara erat dan kencang. Tubuh Hedrawan kelojotan. Kedua matanya melotot . Urat-.urat dimatanya berubah merah darah. Darah menetes dari sudut matanya. Lidahnya terjulur keluar. Air liur membanjir dari lidah yang menjulur. Suara leher tercekik terdengar lirih diruangan itu.
Tubuh Hedra masih kelojotan diselingi dengan kejang- kejang. Tangannya memegangi tali tambang yang melingkari lehernya.

Hedrawan sekarat, menjemput ajal. Tubuhnya diam tak bergerak lagi. Tergantung dan berayun- ayun pelan.
Hendrawan mengakhiri nyawanya dengan cara gantung diri.

Bowo menangis sejadi- jadinya. Ia masih tak menyangka ayahnya akan mengahiri hidunya dengan cara tragis dan menyedihkan. Bagaimana mungkin seorang lelaki yang berpikiran rasional berakhir ditiang gantungan. Ini di luar logika. Dua nyawa tewas didalam kamar itu. Soleka ibu tirinya dan sekarang ayahnya.

Hujan lebat mengiringi pemakaman ayahnya. Seperti airmata kesedihan. Ia menjadi anak yatim piatu. Tak lagi memiliki ayah dan ibu.

Karena hidup sendiri akhirnya nenek Bowolah yang memutuskan merawat Bowo. Nenek dari pihak ibu.

Ketakutan Bowo akhirnya menjadi kenyataan ilmu pelet itu berbalik ke Ayahnya menjadi nasib buruk.

Untuk memutuskan mata rantai kutukan arwah Soleka. Bowo memutuskan untuk masuk pesantren didaerah demak. Ia akan meperdalam ilmu agama. Bocah itu setiap hari selalu dibanyangi oleh sosok Soleka yang menghantuinya. Bahkan dalam tidur malamnya Soleka akan menemuinya terkadang dalam wujud wajah cantik , terkadang dalam wujud buruk menyeramkan.

Satu yang menjadi pertayaan dalam otak bocah itu. Kemana larinya perhiasan emas yang berhasil di rampok Iput. Perhiasan- perhiasan itu disembunyikan dimana?.
Sepertinya pihak kepolisian masih terus mengusut dan menyelidiki.
Iput belum mau mengaku dimana ia menyembunyikan perhiasan- perhiasan emas tersebut.

TAMAT.


      AlAS ROBAN 4 (pelet Bulu Monyet alas roban)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang