“Jangan tanyakan sekbid budi pekerti kalau adab dalam belajar pun masih mengandalkan orang lain, tanpa berusaha untuk mengandalkan isi pikiran diri sendiri.”
-
Pulang sekolah pun sudah tiba. Giovani bergegas merapikan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Ekor matanya menangkap sosok gadis yang kini menunggunya di depan pintu kelas. Giovani menyeringai melihat Ferani yang bersemangat untuk kumpulan OSIS.
“Lo nungguin gue?” tanya Giovani keluar dari kelasnya.
Ferani memutar bola matanya malas. “Ya iyalah, pake nanya lagi. Kalau nggak, nggak mungkin gue ada di sini. Aneh lo.”
Giovani terkekeh, padahal mereka satu kelas. Mengapa Ferani harus menunggunya di luar? Mengapa tidak di dalam saja?
“Oke, oke. Sorry lama. Gue 'kan beres-beres dulu tadi.” Giovani melangkahkan kakinya mengajak Ferani untuk berjalan berbarengan.
Namun dari arah parkiran Lani dan Susi datang menghadangnya, dengan kedua tangan mereka yang merentang layaknya berhasil menangkap seorang pencuri.
“Kalian ngapain sih, ngalangin jalan,” ketus Ferani menatap kedua sahabatnya jengkel.
Lani menyipitkan matanya, curiga. “Hayoh loh mau ngapain kalian berdua? Mau pacaran ya? Mana gandengan lagi.”
Menyadari hal itu Ferani menepis tangan Giovani dan mengikis jarak di antaranya. “Idih, otak lo geser apa gimana? Ya kali gue mau pacaran sama nih anak.”
“Gue juga amit-amit,” jawab Giovani menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Susi dan Lani yang melihat interaksi keduanya pun terkekeh geli. Mereka menatap Ferani dan Giovani kebingungan. “Kalian keliatan buru-buru banget. Mau pada kemana?”
“Gue mau ikutan OSIS,” celetuk Ferani menyengir kuda, menampilkan deretan giginya yang putih.
Terlihat Susi dan Lani menganga lebar mendengar respon dari sahabatnya, Ferani. “L-lo serius?”
“Kesambet apaan dah lo, tiba-tiba mau ikutan begituan? Aneh. Baru kali ini gue lihat lo tertarik organisasi, padahal di SMP lo lebih suka seni daripada hal-hal berbau pendidikan.” Lani mengetuk-ngetukkan dagunya, berpikir.
“Iya bener, jangan-jangan lo kasih guna-guna ya ke Ferani? Ngaku lo?!” tuduh Susi menunjuk-nunjuk ke arah Giovani.
“Eh apa-apaan nih, gue nggak seburuk itu kali Sampe ngehasut dia buat ikut OSIS, ini kamauan dia sendiri, kok.” Giovani mendelik tajam ke arah Ferani. Gadis itu malah bengong, menatap teman-temannya saling adu mulut.
“G-gue—.”
“GIO! KATA KAK SETO CEPETAN! KUMPULAN OSIS NYA MAU DIMULAI!” teriak Hani Camelia. Anggota OSIS kelas sebelas yang menyandang gelar sebagai wakil ketua OSIS.
“Loh sih lama, ayo buruan Fer!” Giovani menarik tangan Ferani menuju ruangan OSIS.
Lani dan Susi saling pandang satu sama lain, seakan-akan bertanya. 'Lo mau ikutan OSIS kagak?'
Susi mengangguk, sebagai jawaban. Lani pun ikut menganggukkan kepalanya. Mengejar Giovani dan juga Ferani yang sudah jauh dari pandangannya.
Setelah mereka sudah sampai di pintu ruang OSIS. Ferani melotot melihat Susi dan Lani berlari ke arahnya. “Lo pada mau ngapain?”
“Kita juga mau ikutan jadi OSIS. Lo lupa? Kalo lo ikut suatu kegiatan, kita juga bakalan ikut,” ucap Lani mendapat persetujuan langsung dari Susi.
Ferani menepuk jidatnya sambil bergumam. “Gini banget punya sohib dari orok. Susah banget buat pisah, beban temen emang!”
KAMU SEDANG MEMBACA
Gelombang Rasa [SELESAI]
Teen Fiction14/01/23. Hidup dalam rengkuhan badai diselimuti ombak mengerikan bukanlah keinginannya, namun itu sebuah takdir yang Tuhan tetapkan untuk Ferani. Bagaimana rasanya jika mempunyai kakak yang sama sekali tidak menganggap Adiknya ada? Sakit? Tentu. Da...