Sirene gila

19 4 4
                                    

"Nama tokoh, konflik
Ataupun cerita adalah fiktif.
Jika terjadi kesamaan itu murni kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan"
...

Written by Yadyaapasya

🤝

Di balkon rumah Khayran mulai mengenakan jaket yang sempat Arul pinjamkan, jarum jam sudah menunjuk ke arah angka 11, udara dingin sudah mulai menyengat kulitnya

Ia masih berharap teman-temannya bisa kembali pulang sebelum pukul 12 malam

Khayran memeriksa ponselnya, sinyal benar-benar tidak tersambung. Ia coba berjinjit mengarahkan ponselnya ke atas berharap 1 bar sinyal dapat ia tangkap

Namun nihil, entah karena apa sinyal bisa mendadak terputus seperti itu

Bruk! Arul menjatuhkan dirinya sendiri, ia menghampiri Muti yang terjatuh di tarik oleh pra zombie.

Dengan sekuat tenaga, Arul mengarahkan tongkatnya pada 4 zombie yang berusaha menyerang Muti

Arul, melayangkan tendangan low kick kemudian meninju satu persatu zombie sialan yang membuat Muti ketakutan

Setelah 4 zombie itu tumbang Arul juga ikut tumbang, ia merebahkan tubuh di sisi Muti yang tengah memeriksa sendi kakinya

Peperangan belum selesai, tubuh yang tadi sudah terkoyak di depan pintu supermarket kembali bangkit

"Erghh...arghhh.." srek... Srek... Zombie itu berjalan dengan isi perut yang memburai berantakan keluar, ia terseok-seok menghampiri Arul dan Muti

Dengan sigap Sean melompat mengarahkan pisaunya pada tengkuk zombie, pisau itu menembus hingga ke mulut.

Dengan begitu zombie yang berada di supermarket lantai satu, sudah terbantai habis.

Namun,

Zombie dari luar terus berdatangan menempel pada pintu kaca yang sudah hampir terbuka

Seseorang dari dalam mobil mengintai menggunakan teropong ke arah dalam supermarket

"Sialan, kenapa merubung tempat itu" decihnya sebal

Ia datang dari kota lain, menerobos undangan-undangan larangan untuk pergi ke kota Jakarta. Ia hanya ingin mencari adiknya di kota itu

Heni ikut turun menghampiri tiga kawannya, ia sekali lagi mengkhawatirkan luka di kaki Arul

"Rul, darahnya" lirih Heni sembari berusai airmata

Arul hanya pasrah melihat lukanya, ia juga tak tahu harus berbuat apa

Buru-buru Muti mengeluarkan sesuatu dari kantung jaketnya, solatip. Ia rasa ini mungkin bisa membantu mencegah darah Arul keluar lebih banyak.

Arul menurut saja ketika kakinya yang tadi dia ikat oleh potongan kemeja, kini di tambal lagi oleh beberapa lapisan solatip tebal

In a dead city Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang