24 November 2023
Seorang laki-laki membuka indra penglihatannya secara perlahan. Matanya sedikit menyipit dan berkedip beberapa kali guna memudahkan penyesuaian cahaya yang masuk ke retina. Dia terdiam cukup lama sambil melirik area sekitarnya.
'Di mana aku?'
'Dinding berwarna putih, jendela geser di sebelah kanan, sofa di seberang ruangan, alat pendeteksi detak jantung, kantong infus.'
Dia mencoba menggerakan tangan dan kakinya sedikit, ada rasa lelah nan lemah dari tubuhnya. Terasa juga sedikit rasa pusing dari kepalanya.
'Ternyata aku di rumah sakit.'
Suasananya cukup damai, suara kicauan burung yang saling beradu terdengar begitu merdu menggelitik telinga. Ternyata sekarang masih pagi.
Dia mengangkat tubuhnya dengan perlahan, berusaha mengambil posisi duduk. Butuh usaha keras karena anggota geraknya terasa kaku, seperti sudah lama tidak digunakan. Dia menggertakkan giginya, 'Ayo, bergeraklah!'
Krieet...
Bruk!
Di tengah jerih payahnya itu, terdengar suara pintu yang terbuka serta benda yang terjatuh di lantai dari sebelah kirinya.
"Akhirnya... akhirnya Bang Gem terbangun juga. Haha... aku tidak percaya ini, syukurlah..."
Dia menoleh ke arah sumber suara, terdapat seorang pemuda bermata merah membara bagikan api. Sang pemuda tengah berdiri di ambang pintu dengan kantong kertas yang tergeletak di lantai begitu saja. Isi kantongnya sedikit tercecer keluar.
Pemuda yang baru tiba itu segera mendekat dan membantunya untuk duduk, kemudian memeluknya cukup erat.
'Huft.. sesak.'
"Hiks, syukurlah... syukurlah... Tunggu sebentar Bang, aku akan panggilkan dokter dan yang lainnya," pemuda itu melepaskan pelukan tubuhnya. Menyeka air mata yang mengalir perlahan.
Belum sempat dia merespon, pemuda tersebut kembali melangkah keluar kamar, bahkan melupakan barang bawaannya sendiri yang belum dibereskan.
Tak lama setelahnya, sang pemuda datang membawa dokter, perawat, serta lima orang tidak dikenal yang mengekor di belakangnya.
"Hiks, benar kata Kak Aze. Dia sungguh sudah bangun! Dia sudah bangun! Hiks..." pemuda bermanik hijau terlihat mulai terisak.
"Iya Duri, akhirnya keajaiban itu datang!" pemuda bermata sapphire ikut menangis, memeluk pemuda satunya sembari mengelus kepalanya perlahan.
Tiga pemuda lainnya lebih memilih diam, namun berbagai macam perasaan cukup terukir jelas dari wajah mereka, terutama rasa senang dan lega.
"Selamat pagi, saya Dokter Rafi. Kami akan melakukan pemeriksaan sebentar ya, untuk memastikan keadaanmu saat ini." Dokter itu memperkenalkan diri.
Dia mengangguk tanda memberikan izin. Maka, dimulailah sesi pemeriksaan kondisi tubuhnya. Di saat para tenaga medis bekerja, terlihat beberapa pemuda tadi sedang melingkari dirinya meskipun memberi sedikit jarak, tidak ingin mengganggu proses pemeriksaan. Barang yang terjatuh di ambang pintu telah diambil dan diletakkan di meja.
"Baiklah, untuk kondisi organ dalam bagian tengah dan bawah dinilai cukup baik. Sekarang saatnya melakukan pemeriksaan ingatan, apakah kamu mengingat siapa namamu?" Tanya Dokter Rafi tiba-tiba, menarik kembali perhatiannya. Dia terdiam agak lama.
"Aku..." suaranya begitu serak dan pelan, sedikit sakit. Seorang pemuda bermata ruby memberikan gelas berisi air hangat, "Ini, minumlah terlebih dahulu". Dia menerima gelas itu dan meminum isinya sedikit agar kerongkongannya tidak terlalu kering.
KAMU SEDANG MEMBACA
Repair
FanfictionSeorang laki-laki terbangun dari koma panjangnya tanpa ingatan apapun, baik namanya, apa yang telah terjadi padanya, hingga identitas enam orang yang tengah mengerumuninya. "Gempa, namamu adalah Gempa, dan kami merupakan saudara-saudaramu," ucap sal...