1. Cafe

1 1 0
                                    

Nyatanya camilan dengan rasa asin dan pedas selalu berhasil membuat Ara merasa terbuai oleh kenikmatan lidah ini. Rasa yang selalu menjadi teman disegala kondisi hatinya. Bisa juga jadi teman saat menonton drama atau saat menonton MV idol group kesukaannya.

Sayangnya ia tidak lagi bisa merasakan kenikmatan tersebut karena Ara harus kuliah dari pagi sampai sore, setelah itu dilanjut bekerja sampai malam. Ara bekerja di butik milik seorang kenalan orang tuanya. Gadis itu tidak terlalu mengerti soal kain dan semacamnya, tapi ia mampu belajar dengan cepat dan bisa dipercayai.

Sedari masa sekolah dulu, Ara sangat ingin kuliah dengan uang yang ia hasilkan dari kerja kerasnya sendiri, tidak mau jika orang tuanya terus-menerus berusaha mengeluarkan uang untuk pendidikannya lagi. Dari sekolah di taman kanak-kanak sampai menengah atas itu sudah cukup untuk mereka. Untuk yang kuliah ini, biar gadis itu ingin membiayainya sendiri.

Dan ini bukan waktunya ia berleha-leha untuk menonton drama sambil memakan camilan pedas kesukaannya atau ia tidak akan mendapatkan uang.

Ara membantu pelanggan yang telah selesai melakukan pembayaran untuk membawa gulungan kain ke dalam mobil. Ara tersenyum ramah dan membungkukkan tubuhnya saat pelanggan tersebut membunyikan klakson sebagai tanda terima kasih.

Ara melihat jam di pergelangan tangannya. "Sudah lewat lima belas menit."

Ara kembali masuk ke dalam butik dan segera mengganti papan persegi yang tergantung di kaca pintu dari yang bertuliskan open menjadi closed. Ara merapikan data pemasukan hari ini, meletakkan pajangan-pajangan sempel kain ke tempat yang lebih aman, terakhir ia menutup toko tersebut dengan rolling door.

Sebelum pulang, ia mengirimi pesan pada Yang Jiyoon, kakaknya.

"Oppa bisa jemput aku di butik? Aku sudah selesai." Ini sudah malam dan rasanya ia sangat malas jika harus pulang dengan taksi online.

'Maaf, tapi cafe sedang ramai. Oppa tidak bisa menjemput mu. Naik taksi saja ya.'

"Seberapa ramai sampai jemput saja tidak bisa? Aku mengantuk sekali, nanti kalau aku tertidur di taksi online lalu diculik bagaimana? Kalau aku dirampok bagaimana? Oppa tidak kasihan padaku?"

'Yak jaga mulutmu. Oppa benar-benar tidak bisa. Telepon Appa untuk menjemput. Maaf.'

Ara berdecih kesal karena Jiyoon tidak bisa menjemputnya malam ini. Ia ingin memesan taksi online tapi ragu karena ia tidak berbohong soal rasa kantuknya. Ara berdiam sebentar untuk berpikir apakah harus memesan taksi atau menelepon Appa nya, tapi ia tidak mau merepotkan.

Jiyoon kembali mengirim pesan.

'Aku tahu kau tidak akan menelepon Appa, 'kan?'

'Tunggu sebentar, Oppa akan jemput. Jangan ke mana-mana.'

Hubungan Ara dengan kakaknya sangatlah dekat. Ara selalu terbuka pada Jiyoon, itu sebabnya pria itu tahu jika adiknya tidak akan menelpon sang ayah karena tidak ingin merepotkan dan memilih pesan taksi online. Sejujurnya Jiyoon sendiri tidak pernah membiarkan Ara pepergian dengan taksi online jika bukan dirinya yang memesankan agar bisa memantau pergerakan driver lewat aplikasi. Jiyoon sangat menyayangi Ara dan tidak akan membiarkan adik satu-satunya kenapa-kenapa.

"Ra-ya! Kau tidur?" Jiyoon sudah sampai dan melihat Ara yang terduduk di teras butik dengan wajah yang terbenam di antara lipatan kaki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Show Me Your Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang