5. Rindu

1.3K 68 0
                                        



Tentang Rindu yang kian membelenggu seiring dengan berjalannya waktu

     ••SAMUDRA BERCERITA ••




Terlihat seorang anak kecil berumur 4 tahun tengah bermain bola di taman bersama kedua kakaknya dan ditemani oleh kedua orangtuanya, kebahagiaan begitu nampak kala melihat bagaimana keluarga itu tertawa bahagia..
    
"Sayang udah dulu mainnya, makan dulu"ucap sang ibu Lembut.
    
Sontak ketiga anak kecil itu berlari ke arah kedua orangtuanya dengan bersemangat, meninggalkan bola yang di biarkan menggelinding di atas rumput hijau yang ada di taman.
    
Brukkhh
    
Keempatnya sontak kaget kala melihat si bungsu yang saat ini sudah tersungkur di tanah, sang ayah dengan cepat menghampiri sang putra kemudian mengamankannya, melihat apakah ada luka di tubuh putra bungsunya .
    
"Aka, gak papa kan sayang"ucap Sonya yang hanya di angguki oleh sang putra, tapi berbanding terbalik dengan  matanya yang kini telah berkaca-kaca dan siap menumpahkan air matanya.
    
"Cup cup cup, jagoan ayah gak boleh nangis"ucap Stevan menggendong sang putra, berusaha menenangkannya.
    
"Sutttt gak papa nanti biar Abang pukul siapa yang berani gangguin adek"ucap Skala.
    
"Adeknya Abang gak boleh cengeng"tambah Ken dengan mengusap air mata Samudra, yah walaupun ia sedikit ingin tertawa ketika melihat wajah menggemaskan sang adik.
    
Senyum Samudra terbit kala melihat perlakuan dari sang keluarganya, ia merasa senang akan hal itu, dan di hari itu pula, Samudra berharap kebahagiaan itu akan selamanya, walau ternyata itu hanya hayalannya semata.

    

•• SAMUDRA BERCERITA ••

   
Mata hezel yang semula tertutup kini mulai terbuka kembali, senyum tersungging di bibirnya tapi tidak dengan netranya yang mengeluarkan air mata.
    
Sesak itulah yang Samudra rasakan, kenangan itu kembali hadir, kenangan yang menjadi alasan bahagianya, tapi juga kenangan yang menjadi alasan lukanya, ia rindu, tapi rindu yang bahkan tak bisa ia ungkapkan kepada siapa-siapa, rindu yang bahkan tak diketahui apa obatnya, rindu yang semakin lama terasa mengikis jiwanya.
    
Hikss
    
Hikss
    
Hikss
    
Hikss
    
"Ayah Sam disini, jagoan ayah di sini, Ayah maafin Sam udah cengeng, Ayah pasti marah sama Sam gara-gara Sam cengeng kan?"batin samudra menangis.
    
"Bunda pangeran Bunda di sini"
    
"Abang adek di sini"
    
Adakah yang mendengarnya?, adakah yang mengingatnya?, adakah yang masih menyayanginya?, kata-kata itu terus berputar di otaknya bagai kaset rusak, Samudra hanya terus menangis sambil menatap ruangan gelap berdebu yang sering menemani hari-harinya.
    
Hari-hari bahagianya telah sirna, diganti dengan hari-hari yang begitu melelahkan dan menyesakkan, impiannya telah sirna, diganti dengan rasa putus asa yang megrogoti dada, Samudra tetap menangis bahkan tak memperdulikan darah yang mulai mengering di wajahnya.
    
Matanya menelisik gudang gelap yang hanya diterangi oleh lampu yang sepertinya sudah hampir padam, pandangannya jatuh kesalahan satu pojok ruangan gudang, dengan pelan samudra membawa tubuhnya ke arah pojok tersebut walau harus menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
    
Setetes air mata berhasil turun kembali saat ia melihat sebuah figura yang terdapat foto keluarganya saat ia masih berusia 3 tahun, tangannya mengusap figura tersebut dengan hati-hati menghilangkan debu yang menempel pada figura tersebut.
    
Rindu, lagi-lagi kata itu yang pertama kali muncul di kepalanya saat ia melihat foto tersebut, disana terdapat sang ayah dan juga sang bunda, dengan kedua abangnya dan dirinya yang terlihat tengah duduk di pangkuan sang ayah.
    
Lagi dan lagi, kenapa ia harus di ingatkan dengan masa lalu yang membuatnya sakit, diingatkan masa lalu yang bahkan ia sendiri ragu apakah itu nyata atau tidak.
    
"Sam rindu padahal kita satu rumah hehehe"batin samudra terkekeh, tapi tidak dengan matanya yang terus memancarkan kesedihan.
    
Samudra menatap lekat pintu gudang yang masih tertutup, bolehkah ia berharap jika salah satu keluarganya akan datang dan membukakan pintu untuknya?.

SAMUDRA BERCERITA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang