Ch. 1

78 8 0
                                    

Dengan cepat,
Kim Dokja mengerjakan pekerjaannya yang hari ini di keyboard komputernya.

"Sudah selesai dan tinggal dikirim ke email ketua tim!"
Senyum ceria menghias wajahnya.

Aku mau makan puding buah yang aku buat dua jam yang lalu.
Seperti apa rasanya kalau murni mengikuti resep asli?
Apakah akan lebih enak daripada yang dimodifikasi?

Kim Dokja membuka kulkas kecilnya yang berada di ruang kerjanya tersebut dan selanjutnya mengambil kotak kecil berisi puding buah yang kelihatan lezat dan menyegarkan.

Tidak lupa menutup kembali pintu kulkas setelah mengambil apa yang mau diambil,
Kim Dokja mengambil sebuah sendok dan segera mencicipi puding tersebut.

Namun belum sempat lidahnya merasakan puding tersebut,
kegelapan membuatnya tidak bisa melihat.

Lalu kesadarannya menghilang.

Kerjaankuuuuuuu!!!!!!!!!!
Teriak Kim Dokja dalam hatinya sesudah tersadar.
Dan kemudian buru-buru bangkit dari lantai.

"......."
Ini dimana cog?!?!?!?!?!???
Siapa yang mau menculik orang seperti aku????
Apa aku sedang bermimpi?
Terus kenapa pula ukuran benda-benda ini sangat besar?!

Kim Dokja hampir meloncat setelah melihat ke sebuah pecahan cermin yang timbul dari celah tumpukan sampah.

Anak kucing?!
Aku jadi anak kucing!!!!
Coeg!!!!!!!
Aku dikutuk?!
Tidaaaaaaakkkkkkkkkk!!!!!!!!!
Kim Dokja berjalan berputar,
matanya kosong,
pikirannya kacau balau.

Tiba-tiba tenaga hilang dari tubuhnya.

Rasa sakit yang mengerikan timbul dari perutnya.

Kim Dokja kembali berbaring di lantai.

Menahan rasa sakit yang tak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.

Apakah ini akhir dari hidupku?
Aku rela kok.....
Tapi serius perutku sakit kali cog!!!!!

Bahkan untuk tetap sadar sudah sangat berat dilakukan.

Kim Dokja sudah pasrah dan menerima nasibnya di kehidupannya yang kedua yang baru saja dijalani.

Lalu samar-samar ia mendengar langkah kaki.

Kemudian aroma yang amat harum mengudara.

"Aku perlu seorang teman yang bisa di sisiku kapanpun dan dimanapun.
Aku harap kau tetap bertahan dan juga mengerti apa yang aku katakan."
Ucap seorang anak laki-laki yang memiliki wajah yang super indah,
penuh pesona,
dan rambut hitam menawan.

Kim Dokja yang secara insting mendekati aroma harum tersebut,
merasa aneh mendengar kata-kata yang cukup menyedihkan itu.
Ada apa dengan kehidupanmu sampai-sampai kau harus ditemani?
Lalu Kim Dokja berhenti memikirkan apapun sesudah memakan makanan yang diberikan oleh anak laki-laki tersebut.

"Aku akan memberimu nama setelah kau lumayan jinak."

Kim Dokja dapat merasakan dengan jelas kondisi tubuhnya perlahan-lahan membaik.
Apakah makanan ini bukan makanan biasa?
Dimana bocah ini mendapatkan makanan ini?

Energi dan tenaga sudah sepenuhnya pulih.
Ia meninggalkan seperempat karena sudah kenyang.

"Kenapa tidak dihabiskan?
Apa kau sudah kenyang?
Baiklah kalau begitu biarkan hewan lain memakannya."
Anak laki-laki tersebut mengelus kepala dan leher Kim Dokja sebelum memasukkan Kim Dokja ke dalam saku bajunya.

Hei??????? Bocah???? Heiiiiii??????
Kau mau bawa aku kemana?!
Kim Dokja khawatir dengan keselamatan dirinya sendiri yang belum bisa dipastikan apakah aman atau tidak.

"Yoo Joonghyuk!"

"Kalian bermainlah berdua atau bertiga, aku tak peduli.
Karena mulai hari ini aku sibuk."

Yoo Joonghyuk......
Ciri-ciri dua anak perempuan ini....
Kok tidak asing ya???????
Kim Dokja menggali ingatannya seraya memperhatikan kedua anak perempuan yang sepertinya seumuran dengan anak laki-laki yang membawanya tanpa repot keluar dari dalam saku.
Tidak menyadari bahwa seharusnya makhluk apapun tak bisa melihat seperti itu kecuali jika mempunyai sihir visi (vision magic).

Decakan dan decihan tak senang terdengar entah dari yang berambut hitam atau yang berambut putih atau dari keduanya.
Kim Dokja tidak tau.
Yang jelas kedua ekspresi anak perempuan tersebut tidak begitu bagus.

"Kau sibuk apa sih?
Tiba-tiba kau kayak begini."
Kata anak perempuan berambut putih dengan mata yang berkaca-kaca.

"Setidaknya kau jelaskan kenapa kau sibuk.
Apa kau tak menghargai pertemanan kita?!"
Anak perempuan berambut hitam tampak menahan amarahnya.

Yoo Joonghyuk menghela napas.
Berikutnya menunjukkan seekor anak kucing yang dari tadi ia simpan di saku bajunya pada kedua sobatnya itu.
"Karena kita manusia,
kita tidak akan bisa terus bersama karena kita punya kehidupan yang tidak sama.
Jadi aku dapat solusi setelah berpikir sebentar.
Anak kucing ini yang akan menemaniku sekaligus buat penyemangatku."

Kedua anak perempuan itu menatap Kim Dokja dengan mata yang berbinar-binar.

"Kucing ini punyaku.
Kalian bisa minta pada orang tua kalian kalau kalian ingin memelihara kucing atau hewan lainnya."
Ujar Yoo Joonghyuk yang mengundang seruan yang penuh kekecewaan dari kedua anak perempuan itu.

"Anak kucing cuman sedikit.
Karena kucing dewasa tidak seaktif dulu, pada masa prasihir."
Kata anak perempuan berambut hitam.

Anak perempuan berambut putih menyambung omongan sobatnya tanpa ragu.
"Itu karena inti kekuatan dunia yang kurang mendukung hewan-hewan.
Sehingga manusia menjadi ras yang tertinggi."

Sesuai dengan penjelasan yang ada di dalam novel <I am a Heroine>.
Manusia sudah berevolusi menjadi ras yang terkuat.
Sehingga makhluk yang lebih besar dari manusia akan tunduk pada manusia meskipun makhluk tersebut sedang mengamuk.
Yang menjadi masalah hanya kehidupan sosial manusia dengan sesamanya.
Kadang sampai melibatkan aksi bunuh-bunuhan,
baik itu yang sengaja maupun yang tidak disengaja.
Kim Dokja sama sekali tidak bergerak dan juga tidak bersuara.
Cuma menatap kedua anak perempuan tersebut dengan matanya yang besar.

"Aku harap aku juga bisa memelihara anak kucing seperti kau, Joonghyuk."

"Aku juga berharap begitu,
Sooyoung."
Kata anak perempuan berambut putih dengan nada yang sedikit sedih.

Yoo Joonghyuk memasukkan Kim Dokja kembali ke dalam saku bajunya.
"Aku tidak bisa mengantar kalian.
Kalau kalian mau,
aku bisa meminta beberapa penjaga untuk mengantar kalian."

"Tak usah.
Aku dan Seolhwa bisa menjaga diri sendiri.
Kau mulailah kegiatan yang harus kau lakukan supaya kita bisa bermain lagi seperti biasanya."
Kata Han Sooyoung sebelum pergi keluar dari rumah Yoo Joonghyuk bersama dengan Lee Seolhwa.

Syukurlah kehadiranku tidak menyebabkan perubahan pada jalan ceritanya.
Kim Dokja tertidur setelahnya.

.

.

.

.

Anak kucing memang lebih sering tidur daripada kucing dewasa.
Yoo Joonghyuk menaruh Kim Dokja di tempat tidurnya.
Lalu duduk di kursi meja belajarnya.
Membuka beberapa buku,
dan melanjutkan apa yang sudah dipelajari sebelumnya.

Ekor Kim Dokja bergerak kecil.
Begitu juga dengan telinganya.
Lalu matanya perlahan membuka.

Yoo Joonghyuk adalah pasangan sah si protagonis.
Han Sooyoung, si protagonis novel <I am a Heroine>.
Sayangnya novelnya tidak akan dilanjut karena alasan yang tidak diketahui.
Bahkan pernikahan mereka berdua pun belum terjadi.
Sungguh sangat disayangkan.
Kim Dokja meregangkan badannya,
merilekskan otot-ototnya.

Yoo Joonghyuk yang sedang belajar,
berhenti menulis.
"Imut kali."
Gumam Yoo Joonghyuk yang tidak akan bisa didengar Kim Dokja kalau bukan karena wujudnya.

Bersambung

RagamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang