25. Promise

74 13 3
                                    

Metta memegangi puncak pagar pembatas sembari menatap langit biru yang begitu cerah. Dia tersenyum manis, menikmati semilir angin yang berhembus menerpa wajahnya dan juga rambut pirangnya.

Dari ketinggian ini, suara-suara yang memenuhi area utama sekolah menghilang begitu saja seolah ia ada di dunia lain yang jauh dari segala keramaian yang terjadi di sekolah ini tepat di hari di mana semua orangtua hadir ke sekolah untuk agenda pembagian raport. Pokoknya di sini rasanya begitu sepi, menenangkan dan menyegarkan.

"Pantesan aja Mao lo betah banget ke rooftop. Suasananya emang beda banget" ucap Metta. Dia menoleh ke sisi kirinya di mana Maura berdiri dengan menyandarkan punggungnya pada pagar pembatas rooftop sembari bersidekap.

Meskipun Metta sudah lama tahu soal rooftop di gedung ini, tapi ini adalah kali pertama Metta datang ke rooftop ini, itupun karena Metta yang mengajak Maura untuk melipir kemari karena terlalu malas menunggu acara pembagian raport usai. Bukannya apa-apa, pembagian raport memang biasanya hanya memperbolehkan para orangtua saja untuk hadir mengingat tempat pembagian raport serentak ini dilaksanakan di kelas masing-masing, akan sangat sempit kalau para murid pun masuk ke dalam kelas. Lagipula keputusan tersebut akan membuat wali kelas lebih leluasa untuk memberikan evaluasi.

Namun bagi Maura, tentu saja fakta bahwa dirinya menunggu di luar kelas bersama siswa-siswi lain adalah satu keadaan yang cukup tidak nyaman. Yah, meskipun setelah beratus-ratus hari berlalu, sikap murid di kelasnya utamanya, tidak lagi separah dulu. Perlahan mereka mulai menerima kehadiran Maura kembali. Dan semuanya tidak terlepas dari peran Metta.

Rasa percaya yang mulai bangkit di diri teman-teman sekelas Maura tidak lain dan tidak bukan karena Metta yang kembali menjadi sahabat Maura. Ibaratnya itu begini, Metta saja yang sudah dibuat terluka oleh Maura bisa kembali memberikan kepercayaan kepada Maura, artinya ada perubahan besar di dalam diri Maura sehingga Maura pun bisa mereka percayai sebagai teman mereka kembali. Namun sayangnya hal tersebut tidak berlaku untuk siswi lain dari luar kelasnya yang notabenenya masih tidak menyukai fakta soal statusnya dengan Darren. Dan tentu saja sindiran dan sikap mereka itulah yang pada akhirnya membuat Metta mengajak Maura menjauh dari keramaian. Sederhananya Metta hanya ingin melindungi Maura.

"Kak Ren yang pertama kali buat gue tau tempat ini" gumam Maura.

Metta mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali ketika Maura menyebutkan nama kekasihnya itu dengan tatapan sendu yang menyorot jelas dari manik matanya. "Gue jadi penasaran deh Mao, kok bisa sih lo pacaran sama Kak Ren dan terima syarat untuk backstreet? Padahal setau gue sejak kita sekolah di sini lo kelihatan cuek sama idola di sekolah ini"

Ya, apa yang Metta katakan memang benar. Sejak awal dia menginjakkan kakinya di sekolah ini dan menemukan tiga siswa populer di sekolah ini yang menjadi pujaan banyak wanita termasuk Metta, ia justru menjadi satu-satunya wanita yang kelihatan biasa-biasa saja, dia terlihat cuek bahkan tidak tertarik pada Jordy, Ken maupun Darren. Nyatanya memang begitu, hanya saja semuanya berubah karena satu kejadian yang bermula dari rasa penasarannya.

"Gue juga nggak ngerti Ta. Karena awalnya gue juga nggak begitu suka sama Kak Ren karena dia itu terlalu dingin dan nggak bisa disentuh. Gue juga nggak mau berurusan sama dia yang buat gue terlibat sama para fans-nya itu" ucap Maura dengan suara pelannya.

Maura mendongakkan kepalanya ke atas secara perlahan, menatap langit yang begitu cerah dengan semilir angin yang cukup kuat. Suasana didetik ini sama persis seperti kejadian saat itu. Saat untuk pertama kalinya semua sudut pandangnya berubah akan sosok seorang Darren. Saat untuk pertama kalinya Maura merasa jantungnya berdegup kencang karena seorang Darren.

"Tapi nggak tau kenapa gue selalu penasaran sama dia. Karena diantara Kak Jordy dan Kak Ken, dia itu justru yang kelihatan nggak suka sama kepopulerannya. Dan gue juga nggak ngerti kenapa dia bisa jadi yang paling disukain banyak perempuan ketimbang Kak Jordy dan Kak Ken sementara Kak Ren itu kan dingin dan cuek banget. Mulai dari situ, akhirnya gue diem-diem selalu perhatiin dia... sampe akhirnya gue nekat ikutin dia" ucapnya sembari terkekeh pelan. Mengingat lagi kenangan yang terjadi diantaranya dan Darren di awal-awal tahun pertama Maura sebagai siswi di sekolah ini.



Maura & Darren (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang