1. Nyanyian

1.3K 88 0
                                    

"Hah?" Tivana menoleh, baru saja ada sesuatu yang terdengar oleh gendang telinganya.

Apa itu tadi? Batin gadis ini, bingung. Menoleh kesana kemari, hal tersebut mengundang perhatian dari teman yang berada tepat disampingnya.

"Ada apa Tivana?" tanya Rachel, mengikuti pandangan Tivana yang terlihat seperti meneliti setiap jengkal pemandangan pantai didepan sana.

Tak ada jawaban. Tivana seolah asik sendiri dengan kegiatan yang ia lakukan, bahkan kedua matanya menjadi sangat sipit guna mempertajam penglihatan.

Rachel yang terabaikan kembali menoleh kearah Tivana, jelas tidak ada apapun didepan sana selain bibir pantai yang diterjang ombak serta lautan luas.

"Tivana?" panggil Rachel.

Gadis pemilik nama Tivana tersebut akhirnya menoleh; kearah temannya. Terdapat jeda kosong sebelum gadis tersebut bicara.

"Kau mendengar nyanyian Rachel?" tanyanya kemudian. Jelas mengabaikan semua pertanyaan yang Rachel lontarkan.

Kening Rachel berkerut, bingung. Apa yang gadis disampingnya ini katakan? Nyanyian? Nyanyian apa? Rachel tidak mendengar apapun selain suara dari burung-burung camar yang berterbangan disore hari.

"Ti... tidak..." sahut Rachel bingung.

Rona muka Tivana yang sebelumnya terlihat sangat serius berubah menjadi santai setelah mendengar ucapan dari Rachel, temannya.

"Benarkah?" beo gadis itu, lugu.

"Mungkin aku salah dengar, tadi itu aku mendengar suara seperti nyanyian Rachel..." ungkapnya lagi. Rachel yang duduk tepat disamping gadis tersebut merotasi mata, dia kemudian buka suara.

"Sungguh?"

Tivana menggangguk.

"Ya!" jawabnya singkat.

Rachel terdiam sejenak.

"Mungkin karena kelelahan, makanya kau mendengar suara-suara aneh..." komentar Rachel kemudian. Tivana menggangguk setuju, mungkin pernyataan yang temannya itu katakan benar.

Dia kelelahan, begitu juga Rachel; makanya-mereka jadi tertahan disebuah pondok kecil di tepi pantai dengan pemandangan matahari terbenam yang sangat indah tersaji tepat didepan mata.

"Haruskah kita menyusul mereka atau kembali ke penginapan saja?" tanya Rachel, menunjuk kearah lain di mana teman-teman seangkatannya berada; berjarak lumayan jauh dari pondok atau lebih tepat berada dekat bibir pantai. Mereka sedang melakukan kegiatan pengambilan sampel zoobenthos disana.

Kelopak mata Tivana terpejam.

"Hah~" hela napas berat terdengar.

"Ku rasa, lebih baik kita kesana." putusnya.

***


"Aku dengar kau pernah tinggal disini Tivana?" Johan bertanya, Tivana dan Rachel yang mendengar spontan menoleh kearah lelaki tersebut. Kegiatan makan malam meraka tertahan berkatnya.

Rachel tampak ikut tertarik setelah mendengar ucapan Johan.

"Benar, kau pernah bercerita pada ku soal itu sebelum kita berangkat kesini melakukan penelitian..." ucapnya, membumbui perkataan Johan. Teman-teman seangkatan yang semula asik menikmati makanan mereka ikut menjatuhkan minat, termasuk dosen pendamping dari kegiatan penelitian ini.

"Woah? Tak heran banyak masyarakat sini menyapa kita dengan hangat..." ungkap dosen pendamping muda itu, sir Liam.

Tivana menggeleng, dia mencoba membantah kabar hoax yang sedang Johan sebarkan.

Roar of the Ocean (Promosi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang