BAB 3

49 13 0
                                    

Tiada hentinya Anna tersenyum kala mengingat pria yang ia temui seminggu lalu.

Ia sangat ingin keluar dari hutan dan melihat kehidupan orang lain disana.

Elias yang semakin jarang menemui Anna, membuat Anna lebih bebas. Sehingga ia meninggalkan hutan dengan maksud mencari pria yang pernah ditemuinya.

Hingga sampailah Anna disebuah desa, orang-orang disana menatap Anna dengan jijik dan sebagian lainnya tampak ketakutan.

"Siapa kau? Apa kau monster?".

Pekik seorang wanita tua sembari melemparnya dengan kerikil.

"Hei kau pergilah, jangan membuat sial!".

Seorang pedagang menatap Anna dengan tampang merendahkan.

Bermacam hinaan dan perlakuan kasar yang diterima Anna membuat ia menangis, hingga ia meninggalkan desa itu dan kembali kehutan.

"Tuan, tuan, dimana anda?".

Sembari mengucek airmatanya yang sedari tadi tak berhenti tumpah ke wajahnya, Anna memanggil Elias agar bertemu dengannya.

"Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk tidak keluar dari hutan ini?".

Meski wajah Elias selalu datar, namun suara yang dikeluarkannya bagai orang yang sedang murka.

"Tuan, kumohon tolong aku."

Kala itu Anna duduk bersimpuh dihadapan Elias, ia menangis sejadi-jadinya.

"Mengapa kau melakukan ini?"

Tanya Elias tak paham maksud kalimat yang dilontarkan Anna.

"Aku membenci wajahku, orang-orang menghinaku, dan sebagian dari mereka takut melihatku, bisakah anda merubah wajahku menjadi gadis cantik?".

Seketika Elias tertegun, baru kali ini ia memasang ekspresi wajah yang seperti itu.

"Untuk apa kau melakukan ini?".

Tanya Elias lagi dengan dingin.

"Aku ingin bebas, izinkan aku hidup normal seperti orang lain!".

Pekikan itu membuat Elias tersinggung, karena ia tahu dirinyalah yang selalu menahan Anna agar ia tak meninggalkan hutan.

Kala itu Elias menatap lama wajah Anna, dan iapun berkata.

"Baiklah, namun kau harus rela kehilangan suaramu sebagai ganti dari wajah barumu."

Anna yang tampak senang langsung mengiyakan syarat dari Elias, hingga dengan sekejap ia tidak bisa berbicara.

"Kini kau bebas, pergilah kemanapun tanpa perlu malu dengan wajahmu."

Ujar Elias dengan ekspresi sedih, ini pertama kalinya ia mengubah ekspresi datarnya.

Airmata yang terus keluar membuat pipi dingin Elias sangat basah, ia terpaku menatap Anna yang berlari girang meninggalkannya dihutan pinus itu.

Seperti sebelumnya, ia kembali sendirian disana, Ia berpikir akan kesepian selama seratus tahun, atau lebih lama lagi.

"Anna, meski kau telah pergi, namun suaramu akan menjadi penghiburku."

                              ***

"Nona, anda terlihat bingung, siapa yang anda cari?".

Orang-orang yang tadinya jijik, kini sangat ramah dan menolong Anna yang kesusahan.

"Nona, sepertinya anda orang baru disini? Ambilah, ini hadiah perkenalan dariku."

Seorang pria memberinya sekeranjang kue yang tampak lezat.

"Sayang sekali wanita secantik anda tidak bisa berbicara, sebaiknya anda tinggal disini saja, Saya khawatir kejadian buruk menimpa anda."

Ucap seorang wanita yang tinggal sebatang kara dirumahnya.

Tentunya Anna menolak ajakan itu, ia  tidak ingin terjebak kembali seperti bersama Elias saat dihutan pinus.

Meski ia tak memiliki uang, banyak orang desa yang dengan senang hati memberinya pakaian dan makanan.

Hingga suatu hari, tanpa sengaja ia melihat pria yang pernah ditolongnya dahulu.

Sontak ia menghampiri pria itu. sayangnya pria yang ditolongnya dulu tak mengenali Anna yang tidak bisa berbicara, dan lagi wajah Anna telah berubah.
Untungnya pria itu memiliki urusan pekerjaan didesa itu, membuat ia dan Anna sering bertemu dan tanpa sadar mereka menjadi akrab.

Anna senang, meski pria itu tak mengenalnya, setidaknya ia bisa terus bersama pria yang diharapkannya itu.

____________________________________

Yang belum Follow jangan lupa Follow ya 😇

pecintasenjamu

Elias (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang