🍒 A N O Z 18 🍒

576 51 1
                                    

Saya paling tak tahan dengan pria Sunda, ketika dia marah dia berkata kepada saya. "Ari kamu teh kunaon atuh? Teu tiasa calik sakedap? Calik ... Sok ... Kasep ... Bageur ... Dangukeun aa. Da aa nyarios kie Oge kangge kamu! Kamu nya-teu cape pinggulna naik-turun naik-turun Kitu?"

Saya tersenyum genit, "Tidak. Tidak akan pernah."

Sedangkan pria itu, Reza. Malah mendorong saya lebih jauh, bukankah dirinya yang tadi memarahi saya agar diam?





Michaels melangkah ke ruang makan yang diisi aroma harum dari masakan yang sedang dimasak oleh Gabriel. Ia tersenyum melihat Gabriel yang begitu fokus di dapur, mengaduk adonan dengan penuh asih.

"Mau sarapan apa hari ini, Mica?" tanya Gabriel tanpa menoleh, tetapi senyumannya terlihat jelas dalam suaranya.

Michaels menjawab dengan nada ceria, "Apa pun yang kamu masak pasti lezat."

Gabriel membalas senyuman tanpa melepaskan pandangan dari panci di depannya. Seiring aroma harum yang semakin menguar, Michaels mengingat semua momen indah (?) yang telah mereka lewati bersama selama seminggu ini.

Michaels juga baru tahu jika Gabriel tipe orang yang benar-benar bersih, rapi, intinya dia benar-benar perfeksionis. Gabriel juga orang yang polos.

"Ayah ... Ibu!" Seru Emiles seraya turun dari tangga.

"Emiles? Kenapa sayang?" Gabriel mematikan kompor listriknya lalu berlari kearah Emiles yang hampir menangis.

Tangan kanan Emiles memegang boneka kelinci kesayangannya, "Emil kaget ibu ayah enggak ada di kamar!"

Gabriel yang kini dipanggil ibu tak menolak pelukan yang Emiles berikan, "I, Ibu lagi masak, Emil mau makan sama apa?" Tanya Gabriel agak canggung. Emiles bahkan satu tahun lebih tua darinya, Angga. Cukup sulit bagi Angga menyesuaikan diri.

Setelah sarapan, mereka bersama-sama membersihkan meja dan kemudian beralih ke kegiatan rutin harian. Seperti biasa Gabriel, membersihkan kamar mereka dan kamar Emiles sambil ngomel-ngomel dan misuh-misuh. Sementara itu, Michaels duduk di ruang keluarga, memeriksa beberapa pekerjaan dari laptopnya.

Setelah bersiap, Gabriel mengajak Emiles bermain di taman belakang mansion.

Terkadang, mereka menjadi keluarga pahlawan yang melawan monster, atau berpetualang di negeri dongeng. Meski Emiles harus hadapi keterbatasan tubuhnya, ia tetap ceria dan penuh semangat menghadapi ibunya yang energik.

Kini, Emiles tengah menjadi seorang penjahat dan ibunya itu tengah menjadi ... Penjahat juga.

"Ayo Emil kita bunuh kelinci jahat itu!!" Ucap Gabriel pada boneka kesayangan Emiles yang sekarang sudah tergantung mengenaskan.

"Jangan Bu, kasian mister bunny!" Emiles mengguncang pelan tubuh Gabriel, "Kita bunuh ayah saja yuk!"

"Jangan! Nanti kita mati duluan kalo bunuh ayahmu. Udah bunuh boneka kelinci jahat itu aja."

"Ih! Jangan Bu ...!"

"Lagian boneka kamu udah mati. Jadi di bunuh sekali lagi gak akan buat dia jadi mayat ... Oke?"

[END] Gabriel Von Hundberd || TRANSMIGRASI || Crt Ke 1 || HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang