Jonathan baru pulang ke rumahnya setelah jam menunjukkan angka 2 di jarum pendeknya dan angka 10 di jarum panjangnya. pekerjaannya seakan tidak ada habisnya. Padahal jika ditanya untuk apa dia bekerja gila-gilaan dan mati-matian seperti ini, maka jawabannya hanya ada tatapan yang kosong dan bahu yang mengendik bodoh.
Sekelas alpha seperti Jonathan pun tak berdaya di bawah kuasa dari omega Seokjin. Bahkan ia rela menjadi seorang pembunuh hanya demi mendapatkan pengakuan dari omega Seokjin, jika dirinya adalah alpha yang bisa diandalkan.
Jonathan baru saja akan masuk ke dalam kamarnya, tapi ketika ia melintas di depan kamar tempat di mana ia mengunci Taehyung, Jonathan mendengar suara rintihan. Tangannya sudah terulur dan siap menekan digit angka yang menjadi pengaman agar Taehyung tak bisa kabur dengan mudah. Tapi Jonathan mengurungkan niatnya. Ia jelas masih ingat apa yang disampaikan oleh Seokjin minggu lalu jika sebentar lagi Taehyung mungkin akan mengalami masa heat nya.
Tentu ini terlalu beresiko untuk Jonathan. Bau pheromone dari seorang omega yang sedang mengalami heat begitu sangat manis. Dan Jonathan tak mau berakhir konyol dengan meledakkan libidonya.
Suara rintihan kesakitan Taehyung pun Jonathan abaikan begitu saja. Lagipula itu tidak akan sampai membuat omega itu mati. Jadi tak perlu sampai Jonathan risaukan. Justru ia bisa mati jika sampai konyol masuk ke dalam kamar Taehyung.
Benar memang, Taehyung tak akan mati hanya karena menahan sakit ketika heat tanpa mendapatkan sentuhan alphanya. Tapi jika ditanya apakah Taehyung ingin mati atau hidup tentu Taehyung dengan senyumnya yang lebar akan memilih untuk mati saja.
"Ini terlalu sakit Jungkook...." Taehyung terus merintih. Suhu tubuhnya naik namun dirinya menggigil. Membuatnya bingung haruskah melepas semua pakaiannya, atau malah mengubur dirinya dalam selimut.
Airmatanya terus bergulir. Rasa rindunya pada alphanya semakin membuatnya merasa sesak. Taehyung seperti tengah dicekik oleh segala kedukaan, seakan tak ada titik cahaya terang untuknya.
Paha dan lengannya sudah mulai menunjukkan ruam biru. Itu adalah efek dari panas dari dalam tubuh Taehyung yang coba ia tahan, meskipun ini bukan kuasanya untun menahan. Bulan lalu ia masih beruntung karena Seokjin memberikannya obat pereda heat, tapi kali ini Seokjin sudah memberitahukan pada Taehyung jika dirinya tak akan menerima obat itu lagi. Obat pereda heat tidak dianjurkan untuk omega yang sedang hamil, apalagi hamil muda seperti Taehyung.
Tapi sekuat apapun Taehyung mencoba meredam gejolak ingin dipuaskan, pada akhirnya dirinya menyerah.
Ini terlalu sakit, dan Taehyung tak akan mau dikalahkan oleh hormonnya sendiri.
Taehyung masuk ke dalam kamar mandi. Langkahnya begitu gontai, bahkan ia sempat terjatuh berkali. Isakan tangisnya pun telah hilang dan berganti dengan suara sesenggukan yang memilukan hati. Perlahan tangan Taehyung meraih gagang pintu kamar mandi. Ia menjadikannya topangan untuk membantunya berdiri.
Kemudian ia masuk ke dalam kamar mandi dan mengunci rapat pintunya. Taehyung ingin melihat seberapa tangguhnya pasangan gila itu bertahan menyekapnya. Jika memang kematiannya ditentukan oleh mereka, maka Taehyung akan membuktikannya.
Taehyung mengisi penuh bathup dengan air dingin, dan lalu tanpa melepaskan pakaiannya ia masuk ke dalam. Rasa dingin seketika mengoyak pori-pori kulit tubuh Taehyung. Tentu ini bukan suatu hal yang patut ia coba, tapi Taehyung hanya ingin menghilangkan rasa sakit dengan rasa sakit yang lain.
Tidak mungkin jika tubuh Taehyung tak menggigil. Tapi perduli apa, ia tetap berada di dalam bathup dengan anggota tubuhnya yang perlahan mati rasa.
Tangannya yang semakin kaku ia kuatkan untuk bergerak mengelus perutnya. Entah ini karma atau ujian. Yang pasti apapun itu jika memang nyawanya masih menjadi miliknya esok hari Taehyung sudah bersumpah jika dirinya tak akan pernah memaafkan semesta. Taehyung akan terus melawannya, meski hancur yang akan ia dapatkan.