The Aegis

461 63 16
                                    

"Kenapa, Ris? Kenapa?!"

Inok meracau dan terisak di samping Karis yang terbaring. Kali ini bukan di UKS, melainkan rumah sakit. Lelaki surai hijau itu menatap iba kondisi Karis yang mengenaskan. Rompi merahnya koyak, noda darah mengotori kaus putihnya. Celurit Jeje pasti telah menciptakan luka yang dalam pada tubuh lelaki surai pirang itu. Belum lagi lebam di sekujur tubuh karena dihantam oleh baseball bat milik Kai. Tak terbayang oleh Inok seberapa menyakitkan luka dan lebam yang dirasakan Karis sekarang.

"Gua udah bilang, gua temen lu. Lu sendiri udah nerima gua sebagai temen lu, kan?" Karis membalas dengan suara lemah. Satu tangannya yang terluka terulur hendak mengusap air mata Inok, namun dicegah oleh lelaki berkacamata itu.

"Tapi bukan dengan gantiin gua buat jadi target Jeje sama Kai! Gua ga tega liat lu hancur begini!" sanggah Inok dengan tangisan yang semakin menjadi. Kedua tangannya masih menggenggam tangan Karis, ia tak mau tangan terluka temannya merasakan perih saat bersentuhan dengan air matanya.

"Gua nggak apa-apa, Nok. Gua-"

"Nggak apa-apa gimana? Luka lu parah!" Inok kembali menyanggah ucapan lirih Karis.  Mulai detik selanjutnya, mereka berdua tenggelam dalam hening.

Inok tertunduk merenungi kesalahan fatalnya, kesalahan karena membuat temannya menjadi korban aniaya dua orang yang membully dirinya. Kalau saja waktu itu ia cukup sehat untuk mengerjakan pekerjaan rumah Jeje dan Kai, kalau saja kemarin ia bisa memaksakan diri untuk masuk sekolah, Karis tak akan mengalami hal seperti ini.

"Ini alesan gua dulu cuekin lu dan sempet nolak buat temenan sama lu, Ris. Gua nggak mau lu ada di posisi gua," lirih Inok. Lelaki surai hijau itu menyeka air matanya dengan satu tangannya, sedang tangan yang lain tetap menggenggam tangan Karis.

"Tapi gua nggak mau lu ngerasain ini terus-terusan. I willing to get this, kalau memang ini yang gua dapetin dari ngelawan mereka dan speak up tentang perbuatan bajingan mereka," bantah Karis yang netra hijaunya tak lepas sedetikpun dari menatap Inok.

"Gua tau, gua anak baru yang nggak tau apa-apa tentang sekolah kita, tapi gua mau SMA Dirgantara jadi tempat yang aman tanpa ada pembulian. Kalau nggak bisa, gua rela tempuh cara apapun untuk buat SMA Dirgantara jadi neraka buat para pembully kaya Jeje dan Kai, juga orang-orang yang diam seolah buta sama kasus bullying." Karis melanjutkan ucapannya, kali ini dengan senyum tersungging di bibirnya yang lecet berhias darah yang mengering di ujungnya.

Inok kembali termenung, mencoba memahami maksud dari perkataan Karis. Lelaki itupun tak mengerti mengapa Karis setenang ini setelah dianiaya oleh teman-teman sekelasnya, dan rela terluka demi dirinya. Di tengah lamunan, ia terkesiap ketika satu tangan Karis menepuk lengannya.

"Inok, tetaplah hidup. Lawan mereka. Demi lu, demi gua."

Rasa kalut seketika menyerang Inok setelah mendengar pesan Karis. Lelaki itu seketika mendongak, jantungnya berdegup kencang saat menyadari tangan Karis yang jatuh dan mata Karis yang terpejam.

"Karis?"

"KARIS!"

The Aegis [Bakwan: Fight Back AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang