[3]. Menyapa Daksa

96 10 9
                                    

Welcome to Chapter Three!
Happy Reading^^

☽☾

"Woy, Han!" teriak lelaki di lobi fakultas MIPA.

"Hm?" jawab Dohan menghampiri lelaki tersebut yang tak lain adalah temannya.

"Kantin, yuk." ajak temannya sambil merangkul Dohan dan melanjutkan langkahnya.

"Enggak." tolaknya.

"Ah, gak asik lo."

"Gak sarapan?" tanya Dohan meski tahu kebiasaan temannya.

"Kagak, gue males sarapan di rumah."

"Kenapa?"

"Biar bisa cuci mata di kampus. Di kantin pasti ada cewek-cewek cantik." temannya antusias.

Dohan memutar bola matanya malas. Temannya yang satu ini memang cocok dijuluki playboy karena suka sekali mendekati perempuan. Berbeda dengan dirinya yang bisa dibilang justru anti terhadap perempuan. Tapi anehnya ia malah berteman dengan orang yang berbanding terbalik dengannya.

"Ngapain?" bingung Dohan merasakan lengannya ditarik temannya ke arah kantin.

"Temenin gue lah. Gue belum sarapan ini. Lo gak kasian apa sama gue? Nanti kalo gue asam lambung gimana? Terus lo gak punya temen lagi karena gue--" ucapannya terhenti kala melihat Dohan menyentak tangannya dan meninggalkannya memasuki kantin lebih dulu.

"Ck, tungguin kek." menyusul Dohan.

"Banyak drama." cibir Dohan.

Mereka pun berjalan memasuki kantin yang suasananya cukup ramai. Sepertinya banyak mahasiswa yang memilih untuk sarapan di kantin.

Dohan mendudukan dirinya di meja paling pojok yang kemudian disusul oleh temannya.

"Lo emang pengertian banget sih, Han." Dohan mengernyit bingung.

"Dengan duduk di pojokan gini, gue jadi lebih leluasa ngeliat cewek cakep di sekeliling." cengirnya.

"Terlalu percaya diri."

"Apapun itu alasan lo, tetep aja nguntungin gue."

"Cepet sana." usir Dohan menggidikan dagunya ke arah bibi kantin.

"Iya-iya. Jangan kemana-mana lo, awas aja." beranjak ke arah bibi kantin.

Sepeninggal temannya, Dohan mengambil ponselnya di saku celana. Ia membuka password dan terlihatlah beberapa notif dari aplikasi chatnya.

Dohan tidak ada niatan membuka pesan-pesan tersebut. Karena chat tersebut hanya dari nomor-nomor asing yang ia duga adalah para wanita.

Dohan kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku. Ia beralih membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah buku yang lumayan tebal. Buku tersebut merupakan buku edukasi umum yang sering ia baca.

Kebiasaan Dohan yang lain adalah membaca buku. Ia suka mengisi waktu luangnya dengan membaca buku. Tak heran, selain pandai dalam matematika ia juga pandai dalam pengetahuan yang lain.

"Buku mulu." tegur temannya yang datang membawa nampan berisi sepiring lontong sate dan dua gelas es capuccino.

Dohan hanya diam tanpa memperdulikan temannya.

"Nih, gue beliin es capuccino." meletakkan segelas cup di hadapan Dohan.

"Thanks." ucap Dohan melirik sekilas.

"Yoi. Gak usah diganti duitnya." songongnya.

"Gak ada yang mau ganti."

"Ck, basa-basi doang elah."

He's so Attractive but He's YoungerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang