Keesokan harinya tepat pukul 8 pagi jennie berdiri di dekat tembok kelas lim, tepatnya di lorong yang mengarah ke kelas E4, lorong yang hanya di tempati satu kelas, yaitu hanya kelas lim, jennie yang sudah berdiri disana sekitar setengah jam yang lalu. Hanya bisa melihat sekelilingnya berharap orang yang ia tunggu segera datang, gadis itu terus merasa gelisah dengan sesekali melihat ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 8 lebih 10 menit. Di ponselnya."haiss apa dia tidak berangkat?, apa lukanya sangat parah?, hyakk benar2 membuatku tidak tenang. " gumamnya yang memang sedari tadi gadis itu terus merasa gelisaha dengan keadaan seseorang yang ia tunggu.
"neu ( kau) ?" lim yang berjalan tak sengaja pandanganya mengarah ke jennie yang berdiri sambil bersadar di dekat tembok kelas lim, tentu hal itu membuat lim menghampirinya" sedang apa kau disini?" tanya lim sambil melihat sekitar dan kini pandanganya ke arah jennie.
"a,aku emm," jennie yang kesusahan untuk menjawab pertanyaa lim. "emm apa lukamu sudah tidak sakit lagi?" tanyanya karna gadis itu sedari tadi malam sangat khawatir dengan lim, ia berfikir apa yang terjadi pada lim akibat ulahnya juga, jennie tidak tahu jika seulgi akan melakukan hal ini pada pria batu, yang mulai membuat perasaanya tidak karuan.
Lim yang di tanya seperti itu, membuat dirinya mengerutkan keningnya dan tersenyum tipis tanpa jennie tahu hal itu. " eghmm" pria itu berdehem guna menyembuyikan rasa senangnya. " aku baik-baik saja." kata lim, membuat jennie melihat luka lim yang lupa ia tutupi dengan plester.
"yak, apanya yang baik² saja? Lihatlah wajahmu itu sangat buruk, apa kau tidak mau menutupinya?" tanyanya dengan gugup membuat pandangan jennie kesana kemari dan seperti takut melihat lim, benar saja bagian sudut bibir dan pipi lim masih ada bekas luka dan lebabnya.
"biarkan saja, lagipula aku tidak membawa penutup luka. " katanya.
"nah aku membawanya" jennie menyodorkan plester kepada lim, yang memang ia sengaja bawa untuk diberikan olehnya, hal itu tentu membuat lim melihat pleseter yang diberikan oleh jennie untuknya. " yakk kenapa hanya dilihat?, ambillah. " kata jennie dengan terbata2 sambil menyodorkan berkali2 plester tersebut, gadis itu selalu berusaha untuk menghindari kontak mata saat lim melihatnya, bukan kenapa, setiap melihat wajah lim, perasaanya menjadi tak karuan, hingga membuatnya selalu gugup saat bersama lim.
Lim yang diberikan plester tersebut hanya bisa melihat plesternya dan sedikit mendongak melihat jennie. " untukku?" tanyanya dengan bodoh, ini adalah pertama kalinya jennie bersuara lembut padanya.
"ne, untukmu, untuk siapa lagi memangnya?, hanya kau dan aku yang ada di lorong ini." kata jennie yang kesal pada.
"emm, gomawo" jawab lim sambil mengambil plester yang diberikan olehnya.
"tutupi lukamu, kau bisa terinfeksi jika tidak kau tutup" kata jennie yang melihat lim, saat pria itu fokus pada plester yang ia pegang.
"arantago, (aku mengerti ) " jawabnya melihat jennie dan terseyum manis padanya, tentu jennie yang melihat senyum lim terdiam sejenak dan terpanah akan senyuman hangat yang diberikan oleh lim padanya.