01

62 45 36
                                    

Sebelum baca ayo votement duluu yahhh...


Bangun pagi jam 04.30 udah menjadi rutinitas Naraya Senandika, bisa di bilang karna udah kebiasaan. Jam segitu cukup untuk melakukan persiapan kesekolah, mulai dari mandi, mengenakan seragam, dan sarapan.

Naraya biasanya berangkat ke sekolah jam 06.30 atau setengah 7. Pagi kan? Iya, bahkan Naraya terkenal di kalangan guru guru dan teman sekolahnya karna kesekolah pagi banget. Meski ia selalu datang pagi, Naraya juga pernah terlambat satu kali akibat telat bangun.

Hari ini adalah hari Senin, hari mulainya upacara bendera. Beberapa murid dari SMA Aksara Bangsa menghelah nafas, dikarenakan harus berdiri bermenit menit di bawah panas terik matahari. Begitu juga dengan Naraya.

Dring Dring Dring

Bel telah berbunyi, tandanya upacara akan segera di mulai. Beberapa murid kelas lain perlahan lahan mulai keluar dari kelas untuk segera kelapangan sekolah.

Tapi berbeda untuk kelas 12 Mipa 2 yang masih betah di kursi masing masing, ada yang sibuk ngegosip, main game, piket kelas, kerja pr, dll.

Naraya yang masih betah duduk di kursinya sambil menikmati betapa sejuknya angin kipas. Masih sibuk dengan dunia nya sendiri, tiba tiba Naraya tersentak kaget disebankan pintu kelasnya di pukul dengan keras. Perlu di ketahui posisi tempat duduk Naraya berada di paling pinggir pas banget samping pintu.

DUK! DUK!

"Kalian tau ini jam berapa? Kenapa tidak ada yang menuju ke lapangan sekarang?! Kalian semua cepat keluar!" Pukulan pintu masih terdengar, beberapa murid dari kelas lain segera berlari cepat agar tidak menjadi target selanjutnya. Ternyata orang yang memukul pintu itu adalah salah satu dari guru yang terkenal galaknya minta ampun.

Naraya yang mendengar teriakan guru itu segera beranjak dari kursinya dan berlari keluar sambil menarik tangan sahabatnya. Sahabat Naraya yang di tarik pun terkejut tapi tetap mengikuti langkah Naraya.

"Nara stop deh larinya, aku jadi tidak bisa bernafas ini!" Teriak sahabat Naraya yang terlihat agak sulit menstabilkan nafasnya. Naraya yang mendengarkan teriakan sahabatnya yang bernama Arumi Sarayu segera berhenti berlari.

"Hehe maaf ya Rum, soalnya kalau kita terlambat sedikit saja pasti juga kena imbasnya, kamu tadi tidak lihat pak Arya lagi bawa kayu gitu? Kamu juga tau kan gimana sifatnya pak Arya yang tidak kenal ampun, bahkan terkadang dia tidak segan memukul siapapun!" Naraya yang telah mengucapkan sedikit merinding dengan perkataanya.

Memang benar salah satu guru di sekolah mereka terkenal galak bahkan guru tersebut biasanya main tangan kalau udah mulai emosi. Setiap upacara di laksanakan, pasti ada beberapa murid udah kena imbasnya mau cewe ataupun cowo. Biasanya yang kena pukul anak yang barisnya suka ngereok atau bicara, terus pukulannya bukan main. Tidak cuma tangan dia pakainya, biasa aja kayu, besi, karet.

Sebagian guru dan kepala sekolah sudah tahu perihal guru itu, tapi tidak ada teguran untuk guru itu. Entah mereka hanya tutup mata atau apapun itu, hanya mereka yang tau.

Arumi yang mendengar perkataan Naraya hanya menghelah nafas pasrah.

"Yasudah buruan kita ikut barisnya, upacara juga udah mau di mulai ini." Arumi segera menyeret Naraya menuju barisan kelas mereka.

Upacara kini telah di mulai, seluruh lapangan telah di isi oleh murid murid. Tapi kalau di perhatikan dengan teliti masih ada beberapa siswa baru bergabung di barisan, bisa di lihat kalau mereka telat ke sekolah dan sepertinya mereka lolos dari pak Arya.

Naraya kini berada di barisan ke enam, dia terlihat sibuk memperhatikan sesuatu di depannya. Bukan berarti dia fokus ke pelaksana upacara.

Arumi yang berada di sampingnya sedikit penasaran apa yang sedang Naraya perhatikan sampai sefokus itu. Dengan rasa penasaran yang besar Arumi mengikuti kemana arah mata Naraya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Naraya || on-going>REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang