Di akhir pekan ini, biasanya Farid akan menghabiskan waktu dengan tidur, olahraga atau pun pergi berkumpul dengan teman-temannya. Namun, karena ia sedang berusaha meluangkan waktu untuk Nadi, ia pun memutuskan diam di rumah dan tidak mendekam di dalam kamar. Saat ini anak dari Kakaknya sedang berada di rumah dari kemarin, dan sejak pagi tadi ia memperhatikan Nadi yang sibuk menjaga sepupunya yang berusia di bawahnya.
"Kak Nadi tahu nggak? Ayah beliin aku sepeda lagi loh." Edo yang baru berusia sepuluh tahun berkata dengan nada bangga.
"Memang sepeda Edo yang sebelumnya kenapa?" Tanya Nadi.
Edo menggeleng, "Nggak kenapa-kenapa, tapi kan aku udah lebih tinggi sekarang, butuh sepeda untuk anak lebih besar."
"Kapan-kapan bawa ke sini sepedanya."
"Kakak mau pinjam?"
Pertanyaan itu dijawab oleh anggukan Nadi, "Kalau boleh, aku mau minjam."
"Janganlah Kak, nanti Nenek marah lagi kayak waktu itu." Edo pun tertawa, sedangkan Nadi hanya tersenyum kecil. "Iya juga, ya. Badanku kan udah besar, harusnya nggak pake sepeda punya kamu." Seru Nadi santai.
Farid yang duduk di sofa dekat Nadi dan Edo yang sedang duduk lesehan dekatnya terdiam. Apa selama ini Nadi menginginkan sepeda? Hal yang wajar kan jika seorang anak menginginkan sepeda? Sayangnya, sejauh yang Farid ingat ia bahkan sama sekali tak pernah terpikir untuk membelikan Nadi sepeda. Seketika momen Nadi yang mengejar-ngejar Edo saat bermain sepeda beberapa tahun silam terlintas di pikirannya.
Farid lalu menengok pada Nadi yang sekarang sedang duduk sambil memperhatikan Edo yang bermain game di ipadnya. Nadi tampak antusias dan mendengarkan Edo dengan seksama saat anak itu menjelaskan game yang sedang dimainkannya.
"Kakak mau nyoba main?" Tawar Edo yang ditanggapi dengan binar oleh Nadi. "Boleh?"
"Boleh. Nih." Belum sempat Edo menyerahkan ipadnya, panggilan Dewi di arah dapur membuat Nadi langsung berdiri.
"Sebentar, ya." Ucapnya pada Edo lalu menghampiri Dewi yang sedang ada di dapur yang tak jauh dari tempat mereka duduk tadi.
"Ini cuci piring dulu, wastafelnya bersihin juga. Saya mau nyuci ayam sama ikan soalnya." Pinta Dewi yang langsung diangguki oleh Nadi.
Sedangkan Farid yang memperhatikan adegan itu sejak tadi hanya menghela napas. Ia pun berjalan ke arah dapur. Dan tanpa kata, ia langsung merebut spons cuci piring yang sedang dipegang Nadi.
"Kamu main aja. Ayah yang cuci piring."
Nadi diam sambil menatap heran Farid. "Aku aja." Nadi kembali merebut spons di tangan ayahnya.
Farid berdecak. "Ayah lagi pingin nyuci piring. Nggak apa-apa. Kamu main lagi sama Edo."
Nadi diam sambil melirik Dewi yang tak jauh dari mereka. Farid pun paham kerisauan anaknya. "Ma, hari ini Farid bakal diem di rumah. Kalau Mama butuh bantuan, suruh Farid aja." Ucapnya sambil kembali mengambil spons di tangan Nadi dan menggeser tubuh anaknya untuk menjauh.
Dewi mengernyit, "Tumben di weekend gini kamu diam di rumah."
"Lagi pingin aja." Balas Farid seadanya. Ia bersyukur, setidaknya Dewi tak mempermasalahkannya yang menggantikan Nadi mencuci piring.
"Oh ya, kalau Minggu depan kamu kosong kan?" Tanya Dewi sambil sibuk memotong sayuran.
"Kosong." Jawab Farid sambil melirik Nadi yang sedang mencoba bermain game di ipad Edo. Ia pun tersenyum kecil saat mendapati Nadi yang tertawa kecil bersama Edo.
"Ketemu sama anak temen Mama, ya?"
Farid mengernyit, "Maksudnya Farid anter Mama ke rumah temen Mama?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadi | Seri Family Ship✅️
General FictionFarid melakukan kesalahan besar saat masa remajanya, dan mau seberapa besar usahanya untuk memperbaiki keadaan, semuanya tetap sama. Ada korban atas kesalahan bodohnya; Nadi. Begitu Farid memanggilnya. Dan hanya dengan melihat Nadi, perasaan bersal...