Awal

3.1K 91 20
                                    

"Telat lagi?"

"Ya maaf, macet dijalan."

"Percuma motor lo kenceng, kalau tetep telat!"

"Nggak ada hubungannya, mau motor gue 1000cc kalau macet ya bengong juga."

"Banyak alasan, ya udah sana masuk. Eh, mana dasi lo?"

"Di tas."

"Keluarin dulu, pakai disini!"

"Ah elah, ribet Zee!"

"Cepet!"

Pria itu meraih tas dari punggungnya dan mengeluarkan dasi dari salah satu saku tasnya. Dengan malas ia melepas jaketnya dan langsung menggunakan dasi dengan lambang 2 strip di tengahnya.

"Udah kan?"

"Nah, silahkan masuk. Besok lagi sekali ya telat, nanti gue kasih piring cantik."

"Ha, ha, ha. Lucu lo." Pria itu melenggang masuk ke dalam area sekolah, meninggalkan diriku yang masih berjaga di depan gerbang. Hari ini adalah jadwal piket ku untuk menangkap anak-anak yang terlambat masuk sekolah dan tidak menggunakan atribut yang lengkap. 5 menit lagi harusnya jam pelajaran pertama dimulai, yang artinya waktu jaga ku juga selesai.

"Zee, masuk yuk! Udah nggak ada yang dateng lagi nih."

"Yuk deh Kath, tutup aja gerbangnya."

"Pak! Tutup aja gerbangnya!" Teriak temanku Kathrina, kepada satpam yang berjaga.

"Yuk Zee! Eh, tapi kita ke kantin dulu deh, gue laper banget belom sarapan!"

"Dih, dari tadi dong! Udah mau masuk nih, ntar ditanya-tanya sama Pak Arifin lagi, males banget gue."

"Udeh tenang aja, selama ada Kathrina semua aman!"

Aku hanya tertawa mendengarnya. Saat kami sampai di kantin, kulihat ada wajah yang familiar sedang mengantri di salah satu stand di kantin. Wajah itu melihatku dan memberikanku sebuah tatapan tajam, tentu saja aku menatapnya kembali dengan tatapan yang sama. Aksi saling balas tatapan kami terhenti karena pesanan milik Kathrina sudah selesai dan ia mengajakku kembali ke kelas. Pria itu juga keluar dari area kantin disaat yang bersamaan dengan kami.

"Lo ngeliatin siapa Zee? Ohh, Zee saran gue kalau lo suka confess aja."

"Apaan sih Kath, gue gak suka sama dia!"

"Gue yakin Dimas punya perasaan yang sama kok, hahahaha!"

"Nggak-nggak, gue nggak mau."

Pria yang bertemu denganku di kantin tadi adalah Dimas Aditama, dia juga pria yang terlambat tadi. Kami sudah saling mengenal sejak kami masih SMP, sekarang di SMA kami kembali bertemu dan berada di kelas yang sama. Dimas memiliki perawakan yang tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 170an sentimeter. Badannya cukup berisi, berisi otot bukan lemak. Dan wajahnya... sebenarnya aku cukup malu untuk mengakuinya, namun tidak bisa dipungkiri kalau dia cukup tampan. Semua hal diatas membuatnya masuk kedalam kriteria fisik pria idamanku. Namun untuk attitude-nya, dia jauh dari kriteria pria idamanku. Dia orangnya susah diatur, sangat amat iseng, dan yang terpenting dia bodoh! Entah mengapa dia bisa masuk ke dalam kelas yang sama denganku, aku cukup terhina ketika melihat namanya di absen kelasku. Apa artinya aku sebodoh dia? Tentu tidak! Mana mungkin seorang Azizi Asadel bisa sebodoh Dimas Aditama?! Aku mungkin memang tidak pintar-pintar amat, tapi aku bukan orang yang meraih peringkat bawah sejak SMP hingga sekarang seperti dia.

Ternyata kelas belum dimulai saat aku sampai disana. Kulihat Dimas belum hadir di kelas, padahal kami pergi dari kantin disaat yang bersamaan. Si bodoh itu pasti merokok dulu di WC belakang! Aku sering memergokinya sedang merokok bersama teman-teman geng nya disana, sudah sering aku menyita rokok mereka, namun mereka selalu punya cara baru untuk menyelundupkan rokok ke sekolah.

Cerita cinta ala FTVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang