Maaf belum bisa double up, karena author lagi sakit, jadinya aku kasih bab yang agak panjang aja ya.. dijamin puas dah..Semangat puasanya kawan-kawan 🤗
"Lo harus coba es krim ini!" kata Dona menarik tangan Thalita menuju sebuah toko es krim dalam mall.
Sejak pagi Dona berusaha menghibur Thalita dengan mentraktirnya banyak hal. Mulai dari baju, sepatu, tas, makanan dan lain sebagainya.
"Kan kita udah makan es krim," balas Thalita ogah-ogahan. Langkah kakinya terasa berat karena sudah terlalu lama keliling mall.
"Yang ini beda." Dona mendekati tukang es krim dan berkata, "Bang, es krim matcha dua, ya?"
"Baik, Kak." Tukang es krim segera mengambil pesanan mereka.
Dona kecewa melihat usahanya tidak membuahkan hasil. Sejak awal mereka keluar, Thalita tak menunjukkan tanda-tanda terhibur sama sekali.
Pertama kali mereka ke pekan raya, bermain banyak hal seperti anak kecil, tak lupa beli banyak jajan kesukaan Thalita. Dona bahkan beli kardigan panjang agar menyamai Thalita yang berusaha menutupi tubuhnya yang mulai tampak berisi.
"Tha!" rengek Dona, jengah melihat wajah murung Thalita yang sulit ia singkirkan.
"Hah?" Thalita baru tersadar dari lamunannya.
Dona cemberut, dia mengeluh, "Lo kenapa sih? Dari pagi sampai tengah hari lo murung mulu. Sesusah itu ya menghibur lo?"
Thalita meliriknya, lalu berkata dengan tajam, "Katanya mau gue maafin, kok ngeluh?"
"Bukan begitu!" Dona merengek seperti anak kecil. Dia menambahkan, "Gue tuh udah kehabisan ide buat hibur lo, gue gak tahu lagi harus lakukan apa cuma buat lo senyum dan maafin gue. Bukannya gue ngeluh."
"Itu ngeluh namanya!" sahut Thalita. Dia sengaja bersikap demikian untuk mengetes kesabaran dan kesungguhan Dona untuk mendapatkan maafnya.
"Silahkan es krimnya," ujar mas penjual es krim, seraya menyodorkan dua rasa matcha.
"Makasih, Mas," balas Dona sembari menerima es krim itu.
Dia tetap fokus pada Thalita yang bersikap menyebalkan menurutnya. "Lo emang sengaja nguji kesabaran gue, ya?" tebaknya.
"Menurut lo?" Thalita acuh.
"Gue bakal buktiin kalau gue lebih sabar dari yang lo kira!" Dona berkata dengan penuh keyakinan.
"Cih," kekeh Thalita meremehkan. Itu membuat ego Dona terluka.
"Gue beri tiga permintaan, buruan lo mau apa?" Dona benar-benar putus asa.
"Cuma tiga?" tanya Thalita.
"Ayolah! Keburu sore ini," pinta Dona.
"Lo sahabat gue, kan?" Thalita bertanya dengan serius, "Bukankah harusnya lo paling tahu apa buat gue terhibur?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTRI RAHASIA ERWIN
Fiksi Remaja[UPDATE SESUAI TARGET!] . "Kakak gue yang bikin lo bunting, kenapa gue yang harus nikahin?" - Erwin. ***** Hidup seorang ketua genk motor yang diidolakan banyak gadis, tak semulus kelihatannya. Sifat dingin dan cuek Erwin bukan tanpa alasan, ada ban...