Hujan turun dengan deras, menemani dua manusia di tempat yang berbeda, yang kini sama-sama menatap hujan dengan sendu. Mungkin hujan tahu bahwa mereka sama-sama sedih, sama-sama merasa tak lagi memiliki.
Aydan masih menatap foto Mesha dengan lekat. Wajah Mesha yang sangat ia rindukan. Aydan memikirkan Mesha yang kini tidak bisa lagi direngkuhnya.
Drrtt...
0823xxx: Mesha?
Mesha yang tengah menatap hujan kini mengalihkan pandangannya darinya. Mengambil ponsel yang ia letakkan di meja.
Mesha mengernyitkan kening, ada pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
“Nomor siapa ini?” gumam Mesha bingung. Ia memilih menutup ponselnya dan kembali menikmati hujan di tengah kesepian.
Drrtt...
Lagi-lagi, telinganya mendengar pesan yang masuk. Mesha segera mengambil ponselnya dan melihatnya kembali.
0823xxx: Aku yakin kamu sedang menikmati hujan saat ini.
Mesha dibuat kebingungan. Bagaimana tidak, hanya ada dua nomor yang disimpannya saat ini, yaitu bibi dan pamannya. Sudah, itu saja. Ia sama sekali tidak tahu bahwa pengirim pesan adalah Aydan.
0823xxx: Jangan pernah menatap hujan dengan sendu.
0823xxx: Kamu harus hidup dengan bahagia mulai saat ini.
0823xxx: Jangan pernah melamun sendirian.
0823xxx: Jangan pernah merasa sendirian.
Mesha menghembuskan napas panjang. Ia mendapat pesan beruntun dari nomor yang tidak diketahuinya itu. Mesha geram, dan akhirnya membalas pesan tersebut.
Mesha: Siapa?
Aydan melihat sebuah pesan di ponselnya. Tertulis nama Mesha di sana. Aydan tersenyum kecil, akhirnya Mesha membalas pesan darinya walau harus dengan cara mengirim pesan beruntun terlebih dahulu.
0823xxx: Dari manusia yang selalu memikirkanmu.
Mesha mengernyitkan kening. Pesan tersebut membuatnya sekilas berpikir bahwa pesan tersebut dikirimkan oleh Aydan. Namun, detik selanjutnya ia tidak yakin bahwa itu Aydan, karena ia tidak penah memberikan nomor ponselnya pada Aydan. Mesha yakin jika pesan tersebut dikirim oleh orang yang hanya iseng dengannya.
Mesha mematikan ponsel dan kembali menatap hujan yang turun dengan derasnya.
Dia sedang apa ya saat ini?, batin Mesha.
*
Istirahat pertama Mesha gunakan untuk pergi melihat mading sekolah. Hobi baru Mesha adalah melihat senja yang diambil oleh Aydan. Ya, meskipun Mesha tahu bahwa kemarin ia mengatakan semuanya pada Aydan dan ia juga tahu bahwa Aydan akan langsung menjauhinya, tidak menghalangi Mesha yang kini sangat menyukai yang namanya senja.
Datangnya Aydan membuat kehidupan Mesha berubah. Dari yang dulunya tidak menyukai senja, kini setiap hari menunggu-nunggu jam istirahat untuk melihat mading sekolah yang berisi gambar-gambar senja yang amat indah.
Mesha mencari-cari foto senja terbaru di setiap sudut mading sekolahnya itu, namun sama sekali ia tidak menemukannya. Hanya ada sisa foto lama di sana. Pikirannya mengarah pada Aydan.
Apakah dia tidak akan menempelkan foto senja lagi di sini? Apa karena kejadian kemarin, ia marah dan tidak mau mengambil foto senja? Tapi kenapa? Kenapa harus senja yang menjadi korbannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Bila Hujan
Novela Juvenil"Alam raya tidak akan membiarkannya menjadi sebatang bunga yang kuncup di musim panas. Tidak. Selama aku masih berada di sisinya" Aydan Balin Pratama~ "Takdir terlalu bermain-main denganku hingga tidak ada kata bahagia dalam kampus hidupku" Ara Mesh...